Chereads / I Will Always Love You by Rizdhan / Chapter 3 - Chapter 3 : Pemakaman Nadine

Chapter 3 - Chapter 3 : Pemakaman Nadine

Keesokan harinya.

Orang-orang pun kembali berdatangan ke rumah orang tua Nadine untuk membantu proses pemakaman Nadine. Beberapa temanku dan teman Nadine termasuk Noa, Vyn, Karina dan Alisha pun juga kembali datang. Tidak hanya mereka saja, ada juga beberapa polisi dan wartawan yang datang untuk meliput berita. Karena Nadine meninggal akibat kecelakaan, apalagi kecelakaan yang terjadi itu menimbulkan korban yang cukup banyak, sudah jelas kalau kecelakaan itu akan diliput sebagai berita. Kondisi korban baik itu korban luka ataupun korban meninggal sudah pasti tidak akan luput dari pemberitaan.

Untungnya meskipun beberapa wartawan itu datang untuk meliput berita, mereka tetap bisa meliput dengan tenang. Mereka juga tidak memaksa untuk mewawancarai orang terdekat Nadine yang merupakan korban karena mereka tahu kalau orang terdekat korban sedang berduka.

Lalu pada siang harinya, kami semua pun bersiap untuk memakamkan jenazah Nadine. Jenazah Nadine akan dimakamkan di pemakaman umum yang letaknya tidak jauh dari rumah orang tuanya, hanya sekitar 20 menit dengan berjalan kaki.

Setelah persiapannya sudah selesai, jenazah Nadine pun diangkat dan dibawa keluar dari rumah orang tuanya oleh beberapa pria. Setelah jenazah Nadine sudah dibawa keluar dari rumah orang tuanya, jenazah itu pun selanjutnya langsung dibawa menuju ke pemakaman.

Sebagian besar orang yang telah berkumpul di rumah orang tua Nadine pun ikut ke pemakaman untuk melihat prosesi pemakaman Nadine, sementara sisanya tetap berada di rumah orang tua Nadine. Aku, kedua orang tuaku, kedua orang tua Nadine, Rania serta temanku dan teman Nadine ikut ke pemakaman bersama dengan sebagian besar orang lainnya. Kami berjalan tepat di belakang beberapa pria yang sedang membawa jenazah Nadine.

Kami semua pergi ke pemakaman dengan berjalan kaki karena memang jaraknya yang dekat. Kami bisa saja menggunakan kendaraan untuk pergi ke pemakaman itu, tetapi akses ke pemakaman itu dengan menggunakan kendaraan cukup sulit. Mungkin akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan berjalan kaki.

Ketika rombongan pengantar jenazah Nadine berjalan melewati jalanan menuju pemakaman, orang-orang yang berada di jalanan itu pun langsung menepi agar rombongan pengantar jenazah itu bisa lewat.

20 menit kemudian, kami pun sampai di pemakaman umum tempat Nadine akan dimakamkan. Setelah sampai, beberapa pria yang membawa jenazah Nadine langsung bergegas pergi ke makam yang sudah disiapkan untuk Nadine. Kami yang berada di belakang beberapa pria itu pun juga mengikuti untuk menuju ke makam Nadine.

Setelah sampai di makam yang sudah digali, jenazah Nadine pun kemudian diletakkan di samping makam itu. Lalu, beberapa orang mulai turun ke makam yang sudah digali itu. Beberapa orang yang turun ke makam itu bertugas untuk meletakkan jenazah Nadine ke dalam makam yang sudah digali itu. Melihat beberapa orang mulai turun ke makam itu, aku berinisiatif untuk ikut turun ke makam itu. Tetapi ketika aku mau turun ke makam itu, ayahku, Noa dan Vyn langsung mencegahku.

"Kamu tidak perlu ikut turun, Rav. Kamu tidak perlu turun untuk membantu," ucap ayahku.

"Ayah lu benar, bro. Lu tetap disini aja karena takutnya nanti lu nggak akan kuat saat di bawah sana," ucap Noa.

Setelah mendengar perkataan mereka, aku pun hanya diam saja sambil mematuhi mereka agar tidak turun.

Lalu, setelah beberapa orang sudah turun ke bawah makam, beberapa orang yang ada di atas makam kemudian mulai mengangkat jenazah Nadine untuk diturunkan ke bawah makam. Beberapa orang yang sudah turun ke makam itu pun langsung mengangkat tangan mereka untuk menerima jenazah Nadine yang diangkat oleh orang-orang yang ada di atas. Setelah mereka telah menerima jenazah Nadine, mereka lalu secara perlahan mulai meletakkan jenazah Nadine di dalam makam itu.

Setelah jenazah Nadine sudah diletakkan di makam itu, aku yang berada di atas makam hanya terdiam sambil melihat jenazah Nadine. Saat aku terdiam melihat jenazah Nadine, aku merasakan kalau air mata mulai keluar dari kedua mataku.

"Nadine....," ucapku dengan pelan.

Setelah aku mengatakan itu, aku merasakan kalau kedua bahuku dipegang oleh seseorang. Tanpa menoleh dan melihat orang yang memegang kedua bahuku, aku tahu kalau Noa dan Vyn lah yang sedang memegang kedua bahuku karena mereka saat ini berada di sampingku. Dan benar saja, setelah kedua bahuku dipegang, aku mendengar suara mereka berdua.

"Lu yang kuat ya, bro," ucap Noa.

"Lu harus sabar, bro. Memang ini sulit bagi lu tetapi gw dan Noa akan selalu menguatkan lu," ucap Vyn.

Aku pun hanya terdiam setelah mendengar perkataan mereka.

Setelah itu, beberapa orang yang sebelumnya turun ke bawah makam untuk meletakkan jenazah Nadine kemudian mulai bergegas untuk naik ke atas. Beberapa orang yang berada di atas makam pun langsung membantu mereka yang ingin naik ke atas. Di antara mereka yang membantu itu adalah Noa, Vyn, ayahku dan ayah Nadine yang kebetulan memang sedang berada di pinggir makam.

Aku pun juga berada di pinggir makam. Aku juga sempat melihat ada orang yang mengulurkan tangannya kepadaku agar aku bisa membantunya naik, tetapi uluran tangan orang itu langsung diambil oleh Noa. Noa lah yang membantu orang itu untuk naik. Sepertinya Noa tahu kalau kondisiku sekarang tidak memungkinkan untuk membantu orang itu untuk naik makanya dia berinisiatif untuk menggantikanku dalam membantu orang itu.

Lalu setelah semua orang yang sebelumnya turun ke makam sudah naik ke atas, beberapa orang yang telah memegang cangkul mulai mendekati makam Nadine. Kemudian, mereka pun mulai menguburkan jenazah Nadine dengan menggunakan tumpukan tanah yang sebelumnya digali untuk membuat makam Nadine. Mereka terus memasukkan tanah itu ke dalam makam Nadine dengan menggunakan cangkul mereka.

Aku yang melihat hal itu secara perlahan mulai berjongkok dan mengambil segenggam tanah yang ada di dekatku. Kemudian, aku melemparkan segenggam tanah itu ke dalam makam Nadine. Ayah Nadine, ayahku, Vyn dan Noa terlihat terkejut ketika aku melakukan itu. Namun meskipun mereka terkejut, mereka tidak berkata atau melakukan apapun terhadapku.

Kemudian, aku tanpa henti terus melemparkan segenggam tanah yang ku ambil dengan menggunakan tanganku ke dalam makam Nadine. Aku melakukan itu sambil terus mengeluarkan air mata dari kedua mataku.

Lalu seiring waktu, tanah yang dimasukkan ke dalam makam Nadine pun semakin meninggi hingga akhirnya tanah itu sudah mengubur jenazah Nadine sepenuhnya hingga jenazah itu sudah tidak terlihat sama sekali. Beberapa menit kemudian, proses penguburan jenazah Nadine pun akhirnya telah selesai. Gundukan tanah kini terbentuk di atas makam Nadine. Di atas gundukan tanah itu ditancapkan sebuah papan kayu yang bertuliskan nama 'Nadine Xylia Levronka' sebagai penanda kalau gundukan tanah itu merupakan makam Nadine.

Setelah proses penguburan selesai, orang-orang yang ikut dalam prosesi pemakaman Nadine pun mulai pergi meninggalkan pemakaman satu persatu. Orang-orang itu terus pergi meninggalkan pemakaman sampai akhirnya hanya tersisa aku, beberapa temanku dan teman Nadine, orang tuaku, orang tua Nadine, Rania serta kerabat-kerabat terdekat lah yang masih berada di makam Nadine. Aku saat ini masih sedang berjongkok sambil memegang papan kayu yang bertuliskan nama Nadine. Aku memegang papan kayu itu sambil melihat ke makam Nadine. Air mata yang sejak tadi keluar dari mataku masih terus keluar dan belum berhenti sedikitpun. Tidak hanya aku saja yang mengeluarkan air mata, orang-orang di sekitarku seperti orang tuaku, orang tua Nadine, Rania dan beberapa teman Nadine pun juga mengeluarkan air mata sambil melihat ke arah makam Nadine.

"Bro, lu yang kuat ya," ucap Noa yang terus berusaha untuk menguatkanku.

"Lu yang sabar ya, Rav. Nadine kini benar-benar telah meninggalkan kita semua," ucap Karina yang merupakan sahabat dekat Nadine.

Selain mereka berdua, beberapa temanku dan teman Nadind yang lain juga berusaha untuk menghibur dan menguatkanku. Mendengar mereka yang berusaha untuk menghibur dan menguatkanku, aku hanya menanggapi mereka dengan singkat.

"Iya," ucapku.

Lalu tidak lama kemudian, teman-teman Nadine dan teman-temanku yang lain serta para kerabat pun secara perlahan mulai meninggalkan makam Nadine. Orang tuaku, orang tua Nadine, Rania, Noa dan Vyn pun juga mulai pergi meninggalkan makam Nadine.

"Rav, ayo kita pulang," ucap ayah Nadine.

"Duluan saja, pak," ucapku singkat.

Ayah Nadine hanya diam saja setelah mendengar perkataanku. Kedua orang tuaku pun juga hanya diam saja ketika melihatku yang masih berjongkok di depan makam Nadine. Mereka hanya diam dan kemudian mereka pun kembali melanjutkan langkah mereka untuk pergi meninggalkan makam Nadine.

Disaat mereka sudah pergi, aku masih terus berjongkok di depan makam Nadine. Aku berjongkok sambil terus melihat makam Nadine.

"Nadine.....," ucapku pelan.

Air mata pun terus mengalir keluar dari kedua mataku saat aku mengatakan itu.

-Bersambung