Chereads / I Will Always Love You by Rizdhan / Chapter 5 - Chapter 5 : Bingkai Foto Berdua

Chapter 5 - Chapter 5 : Bingkai Foto Berdua

"Bangun, sayang. Ini sudah waktunya untuk berangkat kerja," ucap suara seorang wanita.

Setelah mendengar suara itu, aku pun langsung terbangun. Setelah terbangun, aku lalu langsung melihat ke sekelilingku. Saat ini aku masih duduk di kursi yang ada di meja makan dan ketika aku melihat ke sekelilingku, tidak ada sesuatu yang berubah. Semua sama seperti sebelumnya.

"Aku pikir ada Nadine di sebelahku karena suara barusan merupakan suara Nadine. Tetapi ternyata tidak ada siapapun di sebelahku. Sepertinya suara barusan hanyalah sebuah mimpi," ucapku sambil sedikit tersenyum.

Setelah itu, karena aku merasa kedua mataku gatal, aku pun langsung mengucek-ngucek kedua mataku itu. Saat aku mengucek kedua mataku, aku merasa kedua mataku telah bengkak. Sepertinya kedua mataku bengkak karena sebelumnya aku telah menangis cukup lama, aku telah menangis hampir sekitar 1 jam.

Sebelumnya, begitu sampai di rumah ini, aku langsung menangis karena aku teringat dengan Nadine setelah aku melihat barang-barang miliknya. Lalu setelah menangis, aku lalu memakan makanan yang diberikan oleh ibu Nadine karena aku merasa sangat lapar. Setelah makan, aku merasa sangat mengantuk dan aku pun langsung tertidur di meja makan itu.

Setelah selesai mengucek-ngucek kedua mataku, aku lalu melihat ke jam dinding yang ada di ruang makan itu. Jam dinding itu menampilkan pukul 7. Aku awalnya berpikir kalau itu adalah jam 7 malam. Tetapi ketika aku melihat smartphoneku setelah melihat jam dinding itu, alangkah terkejutnya aku setelah melihat kalau jam di smartphoneku menampilkan jam 7 pagi.

"Jam 7 pagi!?," ucapku yang terkejut.

Setelah melihat smartphoneku, aku langsung bergegas keluar dari rumahku untuk memeriksa langit. Setelah aku membuka pintu rumahku, langit terlihat cerah seperti langit pada pagi hari. Ternyata benar, waktu saat ini memang jam 7 pagi.

"Kalau aku tidak salah ingat, ketika aku memakan makanan yang diberikan oleh ibu, waktu saat itu menunjukkan hampir jam 3 sore. Jika sekarang sudah jam 7 pagi, itu berarti aku sudah tidur sekitar 16 jam!?,"

"Apa mungkin karena di malam sebelumnya aku tidak tidur karena aku ingin menemani Nadine, jadi sekalinya aku tidur durasi tidurnya menjadi sangat lama," pikirku.

Aku terdiam cukup lama sambil memikirkan hal itu. Lalu setelah memikirkan hal itu, aku kembali masuk ke dalam rumah. Setelah masuk ke dalam rumah, aku kembali ke meja makan tempatku tertidur sebelumnya. Setelah sampai di meja makan itu, aku lalu melihat ke arah meja itu sambil terdiam dan mengingat sesuatu. Aku mengingat tentang suara Nadine sebelumnya.

Setelah melihat ke arah meja itu, aku lalu melihat ke bingkai foto yang dipajang di dinding yang ada di ruang makan itu. Bingkai foto itu merupakan fotoku dan Nadine. Foto itu merupakan foto yang belum lama aku ambil bersama Nadine disaat hubunganku dan Nadine mulai membaik.

Sebelumnya ketika hubunganku dengan Nadine belum membaik, jangankan mengambil foto bersama, berbicara dengannya pun aku tidak mau karena aku masih merasa benci dengannya akibat 'kejadian itu'.

Satu-satunya foto aku dan Nadine yang diambil sebelum hubungan kami membaik adalah foto pernikahan kami. Saat pernikahan, aku yang masih benci dengan Nadine terpaksa untuk melakukan foto pernikahan dengannya. Menikah dengannya pun juga terpaksa karena orang tuaku bersikeras untuk menjodohkanku dengan Nadine.

Meski dulu aku terpaksa menikah dengannya, tetapi kini aku senang karena telah menikah dengannya. Meskipun rasa senang itu hanya sesaat karena Nadine sekarang sudah tiada.

Ketika melihat fotoku bersama dengan Nadine, aku pun mulai tersenyum sambil memandang foto itu.

"Pantas saja aku mendengar suaramu yang biasanya kamu katakan di pagi hari saat hari kerja, jadi sekarang memang sudah pagi ya. Meskipun kamu sudah tidak ada, kamu masih membangunkanku seperti yang biasa kamu lakukan," ucapku sambil tersenyum.

Setelah mengatakan itu, aku merasa air mata kembali keluar dari kedua mataku. Tetapi kali ini aku tidak membiarkan air mataku itu terus keluar dan langsung buru-buru mengusapnya. Setelah mengusap air mataku itu, aku lalu kembali mengatakan sesuatu.

"Sepertinya kamu menyuruhku untuk pergi bekerja ya. Jika itu memang maumu, maka aku akan pergi bekerja hari ini. Lagipula hari ini memang merupakan hari kerja,"

"Lagipula jika aku tidak bekerja, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, apalagi sekarang aku hanya tinggal sendiri di rumah ini. Jika masih ada kamu, mungkin aku bisa melakukan banyak hal denganmu ketika aku sedang tidak bekerja. Tetapi sekarang tidak ada yang bisa aku lakukan karena kamu sudah tidak ada,"

"Lalu jika aku terus berada di rumah ini, aku akan semakin teringat denganmu. Jadi lebih baik aku pergi keluar dan bekerja," ucapku sambil tersenyum.

Setelah itu, aku langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi, aku lalu berganti pakaian ke seragam kerjaku dan bersiap untuk berangkat kerja. Aku tidak sarapan terlebih dahulu di rumah dan memilih untuk membeli sarapan di tempat kerja saja. Jam kerjaku dimulai jam 9 pagi, jadi begitu aku sampai di tempat kerjaku, aku masih bisa membeli sarapan terlebih dahulu. Jarak rumahku dan tempat kerjaku pun tidak begitu jauh. Karena sekarang masih jam setengah 8, waktunya masih cukup sebelum jam kerjaku dimulai.

Setelah sudah bersiap, aku lalu mengambil kunci motor milikku. Selain mobil, aku juga memiliki motor untuk digunakan sebagai kendaraan. Setelah sudah mengambil kunci motor, aku lalu bergegas menuju ke pintu rumahku. Aku lalu membuka pintu rumah itu untuk keluar. Tetapi sebelum aku keluar dari rumah itu, aku menyempatkan diri untuk melihat foto milikku dan Nadine yang juga dipajang di dekat pintu rumah.

"Aku berangkat dulu, Nadine," ucapku sambil tersenyum ketika melihat foto itu.

Setelah itu, aku lalu menutup dan mengunci pintu rumah itu dari luar. Kemudian, aku mengambil motor milikku yang ada di garasi dan kemudian langsung menghidupkannya. Setelah itu, aku menaiki motor itu dan bergegas menuju tempat kerjaku.

Ketika motorku melaju di jalanan kompleks tempat tinggalku, aku berpapasan dengan beberapa warga kompleks. Ketika berpapasan itu, para warga kompleks itu menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Nadine. Aku pun menanggapi belasungkawa yang mereka sampaikan itu dengan tersenyum.

Kemarin, ketika ada orang yang ingin menyampaikan belasungkawa kepadaku, aku hanya terdiam dengan ekspresi yang kosong karena kemarin aku masih sangat tidak menyangka dan belum menerima kalau Nadine sudah meninggal. Tetapi sekarang, aku sedikit demi sedikit mulai menerima kalau Nadine sudah meninggal. Kemarin perasaan dan hatiku sangat tidak tenang setelah meninggalnya Nadine, tetapi sekarang perasaan dan hatiku sudah sedikit lebih tenang. Mungkin ini efek dari menenangkan diri yang aku lakukan di rumah meskipun aku hanya tidur saja selama 16 jam.

Lalu setelah menanggapi ucapan belasungkawa mereka, aku pun langsung pamit kepada mereka dan segera pergi menuju tempat kerjaku.

-

Sekitar 30 menit kemudian, aku pun sampai di gedung tempat kerjaku berada. Tempat kerjaku berada di daerah Jakarta pusat yang dekat dengan daerah Jakarta Selatan, jadi tempat kerjaku itu benar-benar tidak begitu jauh dari rumahku. Setelah sampai di tempat kerjaku, aku lalu memakirkan motorku. Kemudian aku membeli sarapan terlebih dahulu sebelum pergi ke lantai tempat kerjaku. Ketika aku sedang membeli sarapan, aku berpapasan dengan beberapa rekan kerjaku yang berada di divisi berbeda dari divisi tempatku bekerja. Mereka terkejut melihatku yang sudah bekerja padahal baru kemarin istriku dimakamkan. Selain itu, mereka juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Nadine karena sebelumnya mereka tidak sempat untuk datang melayat dan menyampaikan belasungkawa. Sama seperti sebelumnya, aku pun menanggapi ucapan belasungkawa mereka dengan tersenyum.

Setelah selesai membeli sarapan, aku lalu bergegas menuju ke lantai gedung tempatku bekerja. Begitu sampai di lantai tempatku bekerja, aku melihat sudah ada beberapa rekan kerjaku yang telah tiba disana. Sama seperti sebelumnya ketika aku sedang membeli sarapan, beberapa rekan kerjaku itu juga terkejut ketika melihatku yang sudah datang untuk bekerja. Tidak lupa juga beberapa dari mereka yang tidak sempat melayat juga turut menyampaikan belasungkawa kepadaku.

Setelah itu, aku pun pergi menuju meja kerjaku. Di sekitar meja kerjaku itu terlihat masih sepi, belum ada rekan kerja yang 1 divisi denganku yang datang. Begitu sampai di meja kerjaku itu, aku pun langsung memakan sarapan yang tadi aku beli.

Sekitar 3 menit kemudian, ketika aku sedang makan, salah satu dari rekan kerna 1 divisiku telah datang. Rekan kerjaku itu adalah seorang pria yang bernama Tio. Begitu Tio datang, dia terlihat terkejut ketika melihatku yang sedang makan di meja kantorku.

"Loh Rav, lu udah masuk kerja aja hari ini. Gw belum denger kabar kalau lu bakal masuk kerja hari ini. Gw kira lu masih mau libur hari ini," ucap Tio.

"Iya, gw emang belum memberi kabar ke pak Indra kalau gw bakal masuk kerja hari ini. Gw memutuskan untuk masuk kerja hari ini karena gw juga nggak tahu mau ngelakuin apa kalau misalnya gw libur lagi. Lagipula sekarang gw tinggal sendiri," ucapku.

Pak Indra yang barusan kusebut merupakan kepala divisi tempatku bekerja. Lalu, setelah aku mengatakan itu, Tio pun langsung terdiam. Melihat Tio yang terdiam, aku lalu membicarakan hal yang lain dengannya.

"Lu udah sarapan, Tio?," tanyaku.

Tio yang awalnya terdiam pun sempat terkejut ketika aku tiba-tiba menanyakan itu. Tetapi dia kemudian langsung menjawab pertanyaanku itu.

"Ini gw baru mau sarapan. Ya sudah, Rav, kalau begitu gw sarapan dulu," ucap Tio.

"Iya," ucapku.

Setelah itu, Tio lalu duduk di meja kerjanya dan mulai sarapan.

Beberapa menit kemudian, aku pun telah menyelesaikan sarapanku. Lalu begitu aku telah selesai sarapan, rekan kerja 1 divisiku yang lain pun mulai berdatangan. Rekan kerjaku yang baru datang itu adalah 2 orang wanita bernama Sophie dan Alina. Begitu mereka tiba, sama seperti Tio sebelumnya, mereka pun juga terkejut ketika melihatku yang sedang duduk di meja kerjaku.

"Loh lu udah masuk kerja, Rav? Padahal istri lu baru aja dimakamkan kemarin, gw nggak nyangka kalau lu bakal langsung masuk kerja hari ini. Gw kira lu bakal ambil libur lagi," ucap Sophie.

"Gw juga nggak nyangka," ucap Alina.

Setelah mereka mengatakan itu, aku pun lalu menjelaskan alasan kenapa aku langsung masuk kerja hari ini. Alasan yang aku jelaskan itu sama seperti alasan yang aku jelaskan kepada Tio sebelumnya. Setelah mendengar alasanku itu, mereka berdua pun langsung terdiam. Tetapi tidak lama kemudian, mereka mulai berbicara kembali.

"Jadi begitu ya. Ya udah deh, kalau begitu gw mau duduk dulu," ucap Sophie.

"Gw juga," ucap Alina.

"Iya," ucapku.

Setelah itu, Sophie dan Alina pun langsung duduk di meja kerja mereka. Baik Sophie, Alina dan Tio tidak menyampaikan belasungkawa kepadaku karena mereka sudah lebih dulu menyampaikan belasungkawa ketika mereka datang melayat. Mereka bertiga termasuk Pak Indra merupakan salah satu di antara pegawai kantor ini yang datang melayat ke rumah orang tua Nadine.

Lalu menjelang dimulainya jam kerja, Pak Indra yang merupakan kepala divisi tempatku bekerja pun telah datang. Sama seperti Tio, Sophie dan Alina, Pak Indra juga terkejut saat melihatku yang sedang duduk di meja kerjaku.

"Loh, Rav, kamu masuk kerja hari ini? Kamu tidak bilang kepada saya kalau kamu bakal masuk kerja, saya kira kamu masih ingin libur mengingat kamu masih sedang berduka," ucap Pak Indra.

"Saya minta maaf karena tidak sempat memberitahu Bapak. Saya memutuskan untuk langsung masuk kerja hari ini karena saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan di rumah apabila saya memutuskan untuk libur lagi. Apalagi saat ini saya tinggal sendiri, meskipun libur pun saya tidak tahu harus melakukan apa,"

"Selain itu, dengan sibuk bekerja mungkin akan membuat saya secara perlahan melupakan kematian istri saya, maka dari itu saya memutuskan untuk langsung masuk kerja hari ini," ucapku.

Pak Indra pun terdiam sesaat setelah mendengar perkataanku. Tetapi tidak lama kemudian, beliau mulai berbicara lagi.

"Begitu ya, ya sudah jika itu pilihanmu. Karena kamu sudah masuk kerja hari ini, saya harap kamu bisa fokus terhadap pekerjaanmu dan tidak memikirkan hal lain," ucap Pak Indra.

"Baik, Pak," ucapku.

"Ya sudah, kalau begitu saya mau duduk dulu," ucap Pak Indra.

"Iya, Pak. Silahkan," ucapku.

Setelah itu, Pak Indra pun mulai duduk di meja kerjanya. Lalu tidak lama kemudian, jam kerja kantor pun telah dimulai.

-

3 jam kemudian.

Setelah 3 jam bekerja, waktu istirahat makan siang pun akhirnya tiba. Karena waktu istirahat telah tiba, aku pun berniat untuk pergi ke lantai bawah gedung tempatku bekerja untuk membeli makan siang. Tetapi ketika aku baru mau melangkah untuk pergi, tiba-tiba smartphoneku berdering. Dering pada smartphoneku itu menandakan bahwa ada seseorang yang sedang menelponku. Aku pun langsung memeriksa smartphoneku dan benar saja, ada seseorang yang sedang menelponku. Orang yang sedang menelponku itu adalah Rania, adik Nadine. Setelah mengetahui kalau Rania yang menelpon, aku pun langsung menerima panggilan telponnya.

"Halo, ada apa, Rania?," tanyaku saat menerima panggilan dari Rania.

"Halo, kak Rav. Maaf karena telah mengganggu waktunya, apa sekarang kak Rav ada di rumah?," tanya Rania.

"Aku sekarang sedang tidak ada di rumah, Rania. Aku sekarang sedang berada di kantor. Memangnya ada apa?," tanyaku.

"Loh kak Rav sudah masuk kerja hari ini?," tanya Rania.

Dari suara Rania, dia sepertinya juga terkejut begitu mendengar kalau aku sudah masuk kerja hari ini.

"Iya. Lagipula jika aku libur lagi, aku tidak tahu mau melakukan apa. Jadi lebih baik aku pergi bekerja. Dengan pergi bekerja, mungkin aku jadi bisa melupakan kematian Nadine secara perlahan," ucapku.

"Begitu ya," ucap Rania dengan suara yang pelan.

Setelah itu, Rania pun terdiam dan tidak berbicara lagi. Aku pun bingung kenapa Rania terdiam jadi aku memutuskan untuk berbicara lagi kepadanya.

"Rania?," tanyaku.

Setelah aku berbicara kepadanya, Rania pun langsung menanggapinya dengan nada suara yang terkejut.

"Eh, ah maaf, kak Rav. Aku malah terdiam barusan," ucap Rania.

"Tidak apa-apa. Daripada itu, kenapa kamu menghubungiku, Rania? Apa kamu mau ke rumahku karena sebelumnya kamu menanyakan apakah aku ada di rumah atau tidak?," tanyaku.

Rania lalu langsung menjawab pertanyaanku.

"Ah, iya, kak Rav. Ibu memintaku datang ke rumah kak Rav untuk memberikan makanan, tetapi karena kak Rav saat ini sedang di kantor, sepertinya aku tidak jadi ke rumah kak Rav," ucap Rania.

"Begitu ya. Sampaikan kepada ibu ya kalau aku minta maaf karena tidak bisa menerima makanan yang ibu berikan karena saat ini aku sedang bekerja dan tidak ada di rumah. Selain itu, apabila nanti malam ibu ingin memberikan makanan lagi, bilang kepada ibu untuk tidak usah memberikan makanan. Aku akan membeli makanan sendiri untuk nanti malam,"

"Lalu bilang juga kepada ibu untuk tidak perlu khawatir lagi kepadaku, sekarang aku sudah baik-baik saja," ucapku.

"Begitu ya. Ya sudah nanti aku sampaikan kepada ibu, kak Rav. Kalau begitu, aku akhiri dulu ya panggilannya, kak Rav. Maaf kalau aku telah mengganggu kak Rav," ucap Rania.

"Tidak kok. Kamu tidak mengganggu, Rania," ucapku.

"Terima kasih, kak Rav. Ya sudah kalau begitu sampai nanti, kak Rav," ucap Rania.

"Iya, sampai nanti juga, Rania," ucapku.

Setelah itu, panggilan telpon dari Rania pun berakhir. Setelah panggilan telpon dari Rania berakhir, aku kembali melanjutkan langkahku untuk membeli makan siang di lantai bawah gedung tempatku bekerja.

Tetapi baru beberapa langkah aku berjalan, tiba-tiba smartphoneku kembali berdering. Dering pada smartphoneku itu kembali menandakan kalau ada seseorang yang sedang menelponku. Aku pun lalu mengambil smartphoneku dan memeriksanya. Ternyata benar, ada yang sedang menelponku lagi. Kali ini penelponnya adalah Noa. Karena aku ingin buru-buru sampai di lantai bawah gedung, aku pun menerima panggilan itu sambil berjalan.

Noa ternyata menelpon karena dia ingin menanyakan kabarku. Aku bilang kepadanya kalau aku sekarang baik-baik saja. Aku pun juga bilang kepadanya kalau sekarang aku sudah masuk kerja hari ini. Sama seperti yang lainnya, Noa pun terkejut ketika mendengar kalau aku sudah masuk kerja hari ini.

Lalu, setelah menanyakan tentang kabarku, Noa juga menanyakan apakah dia dan Vyn boleh main ke rumahku nanti malam setelah aku pulang kerja. Aku pun mempersilahkan apabila mereka mau main. Meskipun aku selesai bekerja jam 6 malam, aku bilang kepada mereka untuk datang jam 8 malam saja. Itu karena setelah pulang kerja nanti, aku ingin pergi ke makam Nadine karena aku sudah berjanji untuk sering-sering mengunjungi makamnya.

Setelah mendapatkan izin dariku untuk datang ke rumahku nanti malam, Noa pun lalu mengakhiri panggilan telponnya. Setelah panggilan telpon itu berakhir, aku pikir tidak akan ada yang menelponku lagi. Tetapi aku salah, beberapa detik setelah Noa mengakhiri panggilannya, ada seseorang yang menelponku lagi. Kali ini, orang yang menelponku adalah ibuku.

Sama seperti Noa, ibuku menelpon karena ingin menanyakan kabarku. Aku pun memberitahu ibuku kalau sekarang aku sudah baik-baik saja. Aku pun juga memberitahu kalau aku sudah masuk kerja hari ini. Sama seperti yang lainnya juga, ibuku juga terkejut setelah mendengar kalau aku sudah masuk kerja hari ini. Ibuku awalnya menelponku bukan hanya untuk menanyakan kabar saja, melainkan juga untuk mengirim makanan buatku makan siang. Tetapi karena aku sedang tidak ada di rumah, ibuku pun tidak jadi untuk mengirimkanku makanan. Meski tidak jadi mengirimkanku makanan, ibuku berpesan agar aku segera makan siang. Aku pun memberitahu ibuku kalau aku sekarang sedang ingin membeli makan siang.

Setelah berpesan seperti itu, ibuku pun lalu mengakhiri panggilan telponnya. Setelah panggilan telpon dari ibuku berakhir, aku segera membeli makan siang karena sekarang aku sudah berada di lantai bawah gedung tempat tempat toko-toko berada. Untungnya aku menerima telpon dari Noa dan ibuku sambil berjalan, makanya sekarang aku sudah sampai di lantai bawah gedung.

Beberapa menit kemudian, aku akhirnya telah membeli makanan untuk makan siangku. Aku kemudian mencari tempat duduk di dekat toko-toko yang ada di lantai itu untuk dijadikan sebagai tempat makan siangku. Tidak lama kemudian, aku pun menemukan tempat duduk yang kosong. Aku lalu langsung duduk di tempat duduk yang kosong itu dan segera bersiap untuk memakan makanan yang baru saja aku beli.

Tetapi ketika aku baru mau makan makanan itu, smartphoneku tiba-tiba berdering kembali. Lagi-lagi ada seseorang yang ingin menelponku. Aku lalu kembali memeriksa smartphoneku dan benar saja, smartphoneku menampilkan adanya panggilan telpon dari seseorang. Tetapi panggilan telpon kali ini tidak memiliki nama, hanya sebuah nomor telpon saja yang berarti orang yang menelponku itu merupakan orang yang tidak aku kenal. Aku ragu-ragu mau menerima panggilan telpon itu atau tidak. Aku pun berpikir sejenak dan kemudian aku memutuskan untuk menerima panggilan telpon itu.

"Halo?," ucapku setelah menerima panggilan telpon itu.

"Halo, ini dengan pak Aarav?," tanya orang yang menelponku.

Suara orang itu terdengar seperti suara laki-laki.

"Iya dengan saya sendiri," ucapku.

"Maaf karena telah mengganggu waktunya, pak. Saya dari pihak kepolisian," ucap orang yang menelponku itu.

Aku pun terkejut setelah mengetahui kalau orang itu merupakan seorang polisi.

"Pihak kepolisian? Ada apa ya, pak?," tanyaku.

"Saya ingin memberitahu kalau pengendara mobil yang menabrak mobil bapak sudah sadarkan diri. Selain itu, saya juga ingin memberitahu informasi terbaru tentang kecelakaan yang telah menewaskan istri bapak," ucap polisi itu.

-Bersambung