Mael dan Seraphina terengah-engah setelah pertemuan dengan Astaroth. Dunia di sekitar mereka masih terasa asing yang penuh kabut, bayangan, dan bisikan kegelapan. Mereka berdiri di tempat yang tak dikenal, merasakan kekuatan luar biasa yang menekan, seolah dunia itu sendiri mencoba menelan mereka.
Namun, tiba-tiba, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Dalam sekejap, angin kencang berputar di sekitar mereka, dan kabut mulai berputar liar, membentuk pusaran besar yang mengelilingi Mael dan Seraphina. Udara berubah, menjadi semakin dingin dan menusuk. Cahaya redup dari langit yang berwarna ungu memudar, tergantikan oleh kegelapan total. Suara makhluk-makhluk gaib yang sempat mengintai mereka kini hilang, digantikan oleh keheningan yang menakutkan.
Mael merasakan sesuatu menarik tubuhnya, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menyeretnya keluar dari dunia itu. Dia mencoba melawan, tapi tak bisa. Cahaya perak dari kunci di tangannya menyala terang sekali lagi, dan dalam sekejap, semuanya menjadi gelap.
Saat Mael membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamarnya. Bukan langit ungu yang mengancam, melainkan langit-langit apartemen kecilnya yang familiar. Udara dingin dari AC yang mendesis memenuhi ruangan. Mael berkedip beberapa kali, berusaha mengendalikan rasa pusing yang tiba-tiba menyerangnya.
"Bagaimana mungkin...?" gumam Mael, setengah tidak percaya.
Dia terduduk di lantai apartemennya, dan Seraphina ada di sampingnya, terbaring dengan napas terengah-engah, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Mereka tidak lagi berada di dunia asing penuh kabut dan bayangan itu. Mereka sekarang kembali ke dunia nyata, seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi.
Seraphina duduk dengan kaget, matanya melebar saat melihat sekeliling. "Ini... tempatmu?" tanyanya dengan suara serak.
Mael mengangguk, masih dalam kebingungan. "Ya, ini apartemenku. Tapi... bagaimana kita bisa kembali? Barusan kita masih di dunia lain..."
Seraphina berdiri perlahan, mengusap dahinya yang masih berkeringat. "Aku juga tidak tahu, Mael. Tadi kita berada di dunia yang penuh kegelapan, dan sekarang tiba-tiba... kita di sini."
Mael menatap kunci perak di tangannya, yang kini kembali tampak normal. Cahaya yang menyilaukan sebelumnya kini lenyap, dan kunci itu hanya tampak seperti benda mati. "Aku rasa ini ada hubungannya dengan kunci ini," katanya pelan, memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Seraphina mendekat, memandangi kunci itu dengan tatapan yang serius. "Sepertinya kunci ini lebih dari sekadar pembuka gerbang. Bisa jadi ini adalah penghubung antara dunia kita dan dunia lain. Tapi bagaimana caranya kita keluar begitu saja?"
Mael menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu. Mungkin ini semacam mekanisme perlindungan. Saat bahaya terlalu dekat, kunci itu membawa kita kembali ke dunia ini."
Seraphina menggigit bibirnya, tampak merenung. "Jika benar begitu, berarti kunci ini punya kemampuan yang jauh lebih besar daripada yang kita kira. Tapi aku khawatir, Mael. Jika kunci ini bisa membawa kita kembali ke dunia nyata, berarti Astaroth dan iblis lainnya juga bisa menemukan cara untuk menyeberang."
Pikiran itu membuat Mael merinding. Dunia nyata dan dunia gaib kini seolah semakin dekat, dan batas antara keduanya menjadi semakin kabur. Astaroth, makhluk penuh tipu daya dan kekuatan, jelas memiliki rencana besar, dan Mael tidak tahu sejauh mana pengaruh iblis itu di dunia mereka.
Mael berdiri, berjalan menuju jendela apartemennya, dan menatap keluar. Jalanan kota yang biasanya terlihat ramai kini sepi, hanya diterangi oleh lampu-lampu jalan yang samar. Meski mereka sudah kembali, Mael merasakan ada sesuatu yang berubah. Dunia ini mungkin terlihat sama, tapi sesuatu di bawah permukaannya telah bergerak. Keberadaan iblis dan dunia gaib kini menjadi ancaman yang nyata.
"Aku tidak bisa hanya berdiam diri," kata Mael tiba-tiba, suaranya tegas. "Astaroth jelas memiliki rencana besar, dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku harus memahami lebih banyak tentang kunci ini, tentang keluargaku, dan tentang takdirku."
Seraphina mendekatinya, menatap Mael dengan serius. "Kau benar. Tapi kita tidak bisa melakukannya sendiri. Kita butuh bantuan."
Mael menoleh ke arah Seraphina, matanya penuh keyakinan. "Dr. Alaric dan Sophie," katanya. "Mereka mungkin bisa membantu kita. Dr. Alaric tahu banyak tentang dunia gaib dan sejarah kuno. Dan Sophie... dia punya kekuatan yang bisa membantu kita."
Seraphina mengangguk. "Kita harus segera bertemu mereka. Kita tidak punya banyak waktu."
Mael menghela napas panjang, merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat di pundaknya. Dia tahu bahwa ini baru awal dari perjalanan yang lebih berbahaya. Dunia kegelapan sudah merambah ke dunia nyata, dan dia harus segera bertindak sebelum segalanya terlambat.
"Ini belum selesai," kata Mael pelan. "Ini baru permulaan."
Dengan kunci perak yang masih ada di tangannya, Mael dan Seraphina mempersiapkan diri untuk langkah berikutnya. Mereka mungkin telah kembali ke dunia nyata, tapi pertempuran antara manusia dan iblis baru saja dimulai.
*****
Mael terdiam sejenak, memandangi kunci perak di tangannya dengan cemas. Seraphina menatapnya bingung, mengingat ucapan Mael tentang menemui Dr. Alaric. Tapi ingatan mereka tentang kematian profesor itu jelas masih segar. Mael tiba-tiba merasa terguncang, menyadari apa yang baru saja dia katakan.
"Dr. Alaric sudah tewas," kata Mael pelan, lebih kepada dirinya sendiri. "Dia... dia terbunuh oleh iblis beberapa minggu lalu."
Seraphina mengangguk, dengan wajah suram. "Ya, aku ingat. Dr. Alaric tewas di perpustakaan universitas saat mencoba melindungi kita. Tapi, kenapa kau menyebut namanya tadi? Apa kau memikirkan sesuatu?"
Mael duduk di sofa apartemennya, mencoba memahami pikirannya sendiri. "Aku... entah kenapa aku merasa dia masih ada. Maksudku, bukan di dunia ini, tapi... di suatu tempat. Mungkin di dunia gaib. Kita tahu bahwa Astaroth dan iblis lainnya bisa menjangkau manusia di dunia lain. Mungkinkah Dr. Alaric ada di sana?"
Seraphina merenung sejenak, mencoba merangkai gagasan itu. "Itu mungkin saja. Jika Astaroth dan iblis bisa menyeret manusia ke dunia mereka, mungkin ada cara untuk berkomunikasi atau bahkan menemukan jiwa-jiwa yang telah terperangkap di sana. Tapi jika memang begitu, bagaimana kita bisa menemukannya?"
Mael menatap kunci perak di tangannya. "Kunci ini adalah penghubung kita. Aku yakin ada lebih banyak yang bisa dipelajari dari kunci ini. Dr. Alaric tahu banyak tentang simbol-simbol kuno dan rahasia dunia gaib. Jika ada cara untuk menemukan jejaknya, mungkin kunci ini bisa memandu kita."
Seraphina terdiam sejenak, sebelum berkata, "Tapi, kita tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Kunci itu membawa kita ke dunia gaib tanpa kendali. Jika kita kembali ke sana, kita harus lebih siap. Terutama jika kita harus menghadapi Astaroth lagi."
Mael menggenggam kunci itu lebih erat, merasakan energi dingin yang merambat dari logamnya. "Aku tidak akan membiarkan Astaroth mendikteku. Jika kita bisa menemukan petunjuk di dunia gaib, atau bahkan mendapatkan informasi dari Dr. Alaric... maka itulah yang akan kita lakukan."
Seraphina menatap Mael dengan penuh kekhawatiran. "Ini akan berbahaya. Jika Astaroth tahu kita mencoba masuk kembali, dia mungkin akan menjebak kita."
Mael mengangguk. "Aku tahu. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Kegelapan ini semakin dekat dengan dunia kita, dan aku harus memahami apa yang sebenarnya terjadi."
Suasana apartemen yang awalnya tenang terasa semakin berat dengan ketegangan yang melingkupi mereka. Keduanya tahu bahwa mereka tidak bisa menghindari pertarungan ini selamanya. Mael merasa bahwa meski Dr. Alaric telah tewas, pengetahuannya belum sepenuhnya hilang. Jika ada cara untuk menghubunginya di dunia lain, Mael bertekad untuk menemukannya.
"Ada satu tempat yang mungkin bisa membantu kita," kata Seraphina tiba-tiba.
Mael menatapnya dengan penuh harapan. "Apa itu?"
"Perpustakaan rahasia milik Dr. Alaric. Aku pernah mendengar desas-desus bahwa dia memiliki ruang bawah tanah yang penuh dengan manuskrip kuno, artefak, dan buku-buku yang tidak pernah dipublikasikan. Beberapa orang percaya bahwa di sana tersimpan catatan tentang dunia gaib, yang mungkin bisa membantu kita memahami kunci ini."
Mael mengingat ruangan pribadi Dr. Alaric di universitas yang selalu terkunci rapat. Bahkan selama hidupnya, profesor itu jarang mengizinkan siapapun untuk masuk. "Kau benar. Dia mungkin meninggalkan petunjuk di sana. Jika kita bisa masuk, mungkin kita bisa menemukan lebih banyak tentang keluargaku juga."
Seraphina tersenyum tipis, meski masih terlihat waspada. "Tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu siapa lagi yang mencari informasi ini. Iblis seperti Astaroth mungkin sudah memata-matai gerakan kita."
Mael mengangguk. Mereka kini memiliki tujuan yang jelas mengungkap rahasia perpustakaan Dr. Alaric dan menemukan petunjuk tentang kunci serta warisan keluarganya. Meski Astaroth dan kegelapan terus mengejar, mereka tidak bisa mundur.
"Baiklah," kata Mael, suaranya penuh ketegasan. "Kita akan pergi ke perpustakaan Dr. Alaric dan melihat apa yang bisa kita temukan. Mungkin itu akan memberi kita jawaban yang kita cari."
Malam itu, Mael dan Seraphina bersiap untuk misi berbahaya berikutnya. Meski Dr. Alaric telah meninggalkan dunia ini, jejaknya mungkin masih ada di dunia gaib, dan Mael yakin bahwa profesor itu masih memiliki peran besar dalam pertarungan mereka melawan kegelapan.