Chereads / Rel Bintang Semesta / Chapter 4 - Chapter 4 : Merenung

Chapter 4 - Chapter 4 : Merenung

["Hmm? Sudah 2 jam aku menulis."]

Lin bangkit dari kursinya dengan gerakan anggun, mengambil sehelai mantel tipis dari sandaran kursi sebelum berjalan menuju koridor yang sunyi. Sepatu hak rendahnya menghasilkan bunyi lembut setiap kali menyentuh lantai marmer yang dingin.

Saat mencapai ujung koridor, ia berhenti dan memanggil dengan nada tenang namun tegas.

"Arina, kepala maid."

Tidak lama kemudian, seorang wanita berseragam maid dengan rambut rapi tersisir ke belakang muncul dari salah satu pintu, memberikan salam hormat yang elegan. "Iya, Nyonya Lin," jawabnya, suaranya lembut namun penuh penghormatan.

Lin mengulurkan sebuah scroll sihir dengan ukiran ungu crystal di sisinya. "Ambil ini. Aktifkan sihir ini di depan istana. Ini adalah sihir isolasi yang akan menyembunyikan seluruh istana dan hutan mistis dari penglihatan dunia luar."

Arina menerima gulungan itu dengan kedua tangannya, membungkuk hormat seperti seorang pelayan setia kepada ratunya. "Baik, Nyonya Lin. Akan segera saya laksanakan."

Tanpa menunggu lebih lama, maid itu melangkah pergi dengan langkah cepat namun anggun, meninggalkan Lin yang kembali berjalan ke ruang pribadinya.

Di dalam ruangan, Lin melepaskan mantel tipisnya dan meletakkannya di punggung kursi. Ia duduk kembali, menatap layar ponselnya yang tergeletak di atas meja. Matanya yang jernih menunjukkan sedikit kilasan rasa kecewa, meskipun wajahnya tetap tenang seperti biasa.

"Hmm, baru 307 views, dan tidak ada satu pun komentar."

Ia menaruh ponselnya ke samping dan membuka laci meja. Dari dalamnya, Ia membuka laci di bawah meja kerjanya, mengeluarkan sebuah jam saku antik berlapis perak dengan ukiran rumit khas era Victoria, serta sebuah obeng kecil dengan ujung halus yang dirancang khusus untuk memperbaiki mekanisme jam. Jam itu sudah lama macet, jarum-jarumnya tak lagi bergerak, seolah membeku dalam waktu.

Lin memutar jam di tangannya, matanya tajam memperhatikan setiap detil ukiran dan engselnya. "Sepertinya roda giginya mulai aus," gumamnya sambil mengambil obeng kecil. Ia menekan kait kecil di sisi jam, membuka tutup belakangnya untuk mengungkapkan mekanisme dalamnya.

Mesin jam itu, meskipun tua, masih menunjukkan keindahan mekaniknya. Roda-roda kecil yang terhubung dengan presisi tampak menunggu disentuh. Dengan hati-hati, Lin melonggarkan beberapa sekrup kecil, mengeluarkan roda gigi yang tampaknya tersendat, lalu membersihkannya dengan kain lembut.

Ia mengganti roda gigi yang rusak dengan cadangan yang telah ia simpan sejak lama. Setelah selesai, ia memutar kunci jam itu perlahan, mendengar bunyi halus mekanisme yang mulai hidup kembali. Sebuah senyuman tipis menghiasi wajahnya saat jarum jam kembali berdetak, menandai waktu yang terus berjalan.

Lin menutup kembali tutup jam saku itu, lalu menggenggamnya erat sebelum meletakkannya di atas meja. "Satu hal selesai," katanya pelan, melirik kembali ke ponselnya.

Namun, sebelum ia bisa kembali merenung, suara ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatiannya.

"Nyonya Lin, sihir isolasi sudah diaktifkan," suara Arina terdengar lembut dari luar.

"Baik," jawab Lin tanpa terburu-buru. "Kamu boleh kembali."