Chereads / Rel Bintang Semesta / Chapter 8 - Chapter 8: Chapter 4 perjalanan ke stasiun kereta II

Chapter 8 - Chapter 8: Chapter 4 perjalanan ke stasiun kereta II

Kael melangkah melewati pasar Dunwich yang sibuk, tongkat warna hitam di tangannya mengetuk pelan jalan berbatu. Dunwich adalah kota besar, dan perjalanannya menuju stasiun kereta membutuhkan waktu cukup lama. Namun, pikiran Kael beralih dari rencana semula. Sebelum meninggalkan pasar, ia merasa perlu mencari cara untuk mendapatkan uang.

Keramaian pasar menggeliat di sekitarnya—pedagang meneriakkan dagangan mereka, pelanggan menawar dengan penuh semangat, dan aroma makanan bercampur dengan udara dingin pagi itu. Di tengah kerumunan, Kael berhenti di depan sebuah toko kecil yang menjual roti. Aroma roti hangat menyapa hidungnya, menarik perhatiannya.

Di belakang meja kayu yang sederhana, seorang gadis muda berdiri, mungkin sekitar dua puluh tahun, mengenakan gaun kerja sederhana yang berwarna krem. Rambutnya dikepang rapi, terbungkus topi kecil yang khas. Ia tampak sibuk melayani pelanggan tetapi tetap menyadari kehadiran Kael.

Kael tersenyum tipis sebelum melangkah mendekat. Ia memutuskan untuk berbicara dengan lembut, menggunakan nada ramah yang sedikit memikat. "Selamat pagi, Nona. Mohon maaf mengganggu. Saya membutuhkan dua keranjang roti untuk sebuah urusan penting, tetapi saya khawatir tidak membawa cukup uang tunai saat ini. Apakah saya bisa membayar nanti, sebelum hari berakhir?"

Gadis itu berhenti sejenak, menatapnya dengan sorot mata penuh kehati-hatian. "Maaf, Tuan. Pemilik toko ini tidak mengizinkan hutang, terutama tanpa jaminan. Kota ini terlalu sering menjadi sasaran para penipu."

Kael menanggapi dengan senyuman yang ramah. "Sangat masuk akal, Nona. Dunwich memang dikenal dengan segala risiko itu, bukan? Tapi kota ini juga sedang berubah, terutama dengan hadirnya para detektif baru dari pemerintah. Keamanan di sini semakin baik, bukan?"

Gadis itu mengangguk, sedikit melunak. "Benar, Tuan. Kota ini memang terasa lebih aman sejak mereka tiba. Namun, kebijakan toko tetap tidak berubah."

Kael mengangguk seolah setuju. "Tentu saja. Mungkin saya bisa berbicara langsung dengan pemilik toko? Saya yakin beliau akan memahami situasi saya."

Gadis itu memandangnya ragu, namun akhirnya berkata, "Baiklah, Tuan. Tunggu sebentar."

Bertemu Pemilik Toko

Beberapa saat kemudian, seorang wanita muda muncul dari dalam toko. Penampilannya rapi dan penuh wibawa, usianya mungkin baru sekitar tiga puluh tahun. Ia mengenakan gaun biru tua dengan korset sederhana, serta syal sutra yang melingkari lehernya. Rambut cokelat gelapnya digulung ke belakang dengan gaya yang praktis namun tetap elegan. Tatapannya tegas, namun tidak sepenuhnya dingin.

"Selamat pagi, Tuan," sapanya dengan nada sopan namun waspada. "Saya Cassandra Whitlock, pemilik toko ini. Apa yang bisa saya bantu?"

Kael membungkukkan kepala sedikit, menunjukkan rasa hormat. "Selamat pagi, Nyonya Whitlock. Nama saya Edward Blackwood. Saya membutuhkan satu keranjang roti untuk urusan mendesak, tetapi saya mendapati diri saya tanpa cukup uang saat ini. Saya berjanji untuk kembali membayar sebelum matahari terbenam."

Cassandra mengangkat alis. "Tuan Blackwood, kebijakan toko ini sangat jelas. Kami tidak menerima hutang, terutama tanpa jaminan. Saya yakin Anda memahami mengapa kebijakan ini diberlakukan."

Kael menghela napas, berpura-pura kecewa, lalu tersenyum kecil. "Tentu saja, Nyonya Whitlock. Saya tidak bisa menyalahkan Anda. Dunia ini penuh dengan orang-orang yang mencoba memanfaatkan kebaikan orang lain. Namun, saya bukan salah satu dari mereka."

Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, menjaga tatapan Cassandra agar tetap tertuju padanya. "Sebenarnya, saya adalah seorang agen yang bekerja di bawah departemen pemerintah. Anda mungkin telah mendengar bahwa pemerintah baru saja mengirim beberapa detektif untuk meningkatkan keamanan di kota ini. Saya adalah salah satu dari mereka."

Tatapan Cassandra berubah, meskipun ia tetap berusaha mempertahankan sikap waspada. "Benarkah? Jika itu benar, saya yakin nama Anda akan dikenali."

Kael tersenyum tipis. "Memang benar, tetapi pekerjaan kami sering kali tidak diberitakan secara terang-terangan. Anda bisa menyebut saya bagian dari 'tim bayangan.' Kami bekerja untuk memastikan hal-hal kecil tetap terkendali tanpa terlalu menarik perhatian itulah mengapa nama saya tidak ada di koran."

Melihat Cassandra masih ragu, ia melanjutkan dengan suara yang lebih meyakinkan. "Anda bisa bertanya kepada siapa saja di balai kota, atau bahkan departemen kepolisian saja memiliki data indentitas saya. Mereka mengenal nama saya. Saya hanya membutuhkan sedikit kepercayaan, Nyonya. Jika saya gagal kembali membayar hutang ini hari ini, Anda bebas melaporkan saya kepada pihak berwenang. Saya tidak akan lari dari tanggung jawab saya dan dijamin karir saya akan hancur."

Cassandra menyipitkan matanya, jelas masih mempertimbangkan. Namun, argumen Kael telah menyentuh nalurinya sebagai pebisnis. Memberikan roti kepada seseorang yang mengaku memiliki koneksi dengan pemerintah mungkin bisa menjadi investasi jangka panjang.

["Orang ini sebagai pembisnis ini menguntungkan tapi kenapa dia bertindak sejauh ini hanya karena sekeranjang roti?. Mencurigakan tapi menyakinkan."]

Kael tersenyum, memperkuat posisinya. "Selain itu, Nyonya Whitlock, Anda tentu tahu pentingnya membangun hubungan baik. Dunia ini berjalan bukan hanya dengan uang, tetapi juga dengan rasa saling percaya. Jika saya dapat memenuhi janji saya hari ini, Anda akan tahu bahwa saya adalah sekutu yang bisa diandalkan di masa depan."

["Apa dia tau kalau aku bukan sekedar pembisnis kecil?. Manarik, dia mau menjalin relasi denganku dengan kedok berhutang roti. Tapi dia salah akan satu hal."]

Cassandra akhirnya menghela napas, menyerah pada bujukan itu. "Baiklah, Tuan Blackwood. Saya akan memberikan Anda satu keranjang roti. Tetapi ingat, saya tidak akan segan-segan melaporkan Anda jika Anda gagal memenuhi janji Anda sebelum toko ini tutup."

Kael membungkuk dengan anggun, tersenyum puas. "Saya sangat menghargai kepercayaan Anda, Nyonya Whitlock. Anda tidak akan menyesal telah membantu saya hari ini."

Kesepakatan Tercapai

Dengan 1 keranjang roti di tangan, Kael meninggalkan kios dengan hati-hati, tidak terlalu tergesa-gesa agar tidak menarik perhatian. Tongkatnya mengetuk jalan berbatu, sementara pikirannya berputar, merencanakan langkah berikutnya. Hari masih panjang.