Chereads / Rel Bintang Semesta / Chapter 10 - Chapter 10: Chapter 6 ruangan mewah tersembunyi

Chapter 10 - Chapter 10: Chapter 6 ruangan mewah tersembunyi

Di ruang Bawah Tanah yang Mewah. Rahasia Cassandra–lorong menuju ruang bawah tanah tersembunyi di balik rak buku besar yang terbuat dari kayu mahoni di bagian belakang toko. Cassandra Whitlock menekan salah satu buku dengan sampul kulit, dan rak itu bergeser perlahan, memperlihatkan sebuah pintu besi dengan ukiran yang rumit. Ia membuka kunci pintu tersebut dengan kunci khusus yang tergantung di lehernya, lalu melangkah masuk ke dalam ruangan besar yang terpahat sempurna dari batu marmer hitam.

Ruang bawah tanah ini tidak tampak seperti bagian dari toko roti sederhana di atas. Lampu-lampu gantung kristal menyinari meja panjang yang terbuat dari kayu ek yang mengilat, dikelilingi oleh kursi berlapis beludru merah tua. Dinding ruangan dihiasi dengan lukisan-lukisan penuh simbolisme yang tampak kuno dan penuh rahasia. Di sisi ruangan, terdapat lemari kaca yang memajang benda-benda aneh—gulungan perkamen kuno, botol-botol kaca dengan cairan berwarna aneh, dan beberapa benda yang tampak seperti artifak magis.

Sembilan orang sudah duduk di sekitar meja tersebut, semuanya mengenakan pakaian yang berbeda-beda tetapi sama-sama memancarkan aura otoritas. Sebagian dari mereka mengenakan jubah panjang yang menutupi hampir seluruh tubuh, sementara yang lain mengenakan pakaian formal dengan hiasan yang menunjukkan status sosial tinggi. Wajah mereka tertutup bayangan dari lampu gantung, menambah kesan misterius.

Cassandra Whitlock melangkah ke kursi di ujung meja, yang sedikit lebih besar dan lebih dihias dibandingkan dengan yang lain. Setelah ia duduk, ia mengamati orang-orang di sekitarnya dengan tatapan penuh wibawa. Keheningan mengisi ruangan.

"Aku bertemu seseorang hari ini," katanya akhirnya, suaranya dingin tetapi penuh otoritas. "Namanya Edward Blackwood. Ia mengaku sebagai seorang agen pemerintah dan meminjam satu keranjang roti dariku."

Salah satu pria di meja itu, seorang yang mengenakan jubah hitam panjang dengan lambang burung hantu di kerahnya, mengerutkan alis. "Agen pemerintah, katamu? Apakah kau yakin, Cassandra?"

Cassandra mengangguk dengan tenang. "Begitulah ia memperkenalkan dirinya. Namun, ada sesuatu yang menarik tentang dirinya. Ia sangat persuasif—terlalu persuasif untuk seseorang yang hanya membutuhkan roti."

Seorang wanita muda dengan rambut merah menyala dan gaun hijau gelap, yang duduk di sisi kanan Cassandra, tersenyum kecil. "Jika dia benar-benar agen pemerintah, apa yang dia lakukan di pasar, meminjam roti? Itu aneh, bukan?"

Cassandra menatap wanita itu dengan dingin. "Itu juga yang kupikirkan, Elyra. Tapi dia tidak bertindak seperti orang sembarangan. Sikapnya percaya diri, bahasanya terlatih, dan dia tahu cara bermain dengan psikologi. Dia berbicara tentang membangun hubungan baik seolah-olah itu adalah permainan panjang. Aku merasakan sesuatu yang lebih besar di balik kedatangannya."

Pria lain di ujung meja, dengan rambut abu-abu pendek dan kacamata bulat, mengetuk meja dengan jarinya. "Mungkin dia sedang menguji kita. Jika dia tahu kau lebih dari sekadar pemilik toko roti, Cassandra, maka dia mencoba mengukur kekuatan kita."

Cassandra memiringkan kepalanya, ekspresinya tidak berubah. "Itulah yang kupikirkan, Malcolm. Tapi ada kemungkinan lain. Dia bisa saja seorang oportunis yang kebetulan bertemu denganku tanpa mengetahui siapa aku sebenarnya. Meski begitu, aku ragu. Pria itu tidak terlihat seperti seseorang yang beruntung secara kebetulan."

Seorang pria tinggi dengan jubah merah gelap, wajahnya tertutup topeng perak yang rumit, akhirnya angkat bicara. Suaranya dalam dan berat, memberikan kesan otoritas yang kuat. "Apa pun motifnya, kita tidak bisa mengabaikan dia. Jika dia benar-benar seorang agen pemerintah, keberadaannya di Dunwich bisa menjadi ancaman atau peluang bagi kita. Cassandra, kau sudah melakukan yang terbaik dengan memberi dia roti. Itu membuat kita memiliki alasan untuk mengawasinya lebih dekat."

Cassandra mengangguk. "Aku setuju. Aku ingin salah satu dari kalian menyelidiki pria ini. Cari tahu siapa dia sebenarnya, apa yang dia cari, dan mengapa dia berada di kota ini. Jika dia adalah ancaman, kita harus tahu lebih awal."

Seorang wanita lain, yang mengenakan gaun hitam dengan perhiasan berbentuk ular melingkari lehernya, tersenyum sinis. "Dan jika dia ternyata hanya seorang pembohong? Apa rencanamu, Cassandra?"

Cassandra menatapnya tajam. "Jika dia berbohong, maka dia lebih berbahaya daripada yang kita kira. Orang yang mampu menipu seseorang sepertiku bukanlah orang biasa. Aku tidak akan membiarkan dia berkeliaran tanpa pengawasan."

Semua orang di meja itu saling bertukar pandang, masing-masing tampak mempertimbangkan situasi ini. Setelah beberapa saat, Malcolm berbicara lagi. "Aku akan mengirim beberapa orangku untuk mengawasinya. Mereka tidak akan terlihat, tapi mereka akan mendapatkan informasi yang kita butuhkan."

Cassandra mengangguk. "Lakukan itu. Dan ingat, kita tidak bisa membiarkan siapa pun mengetahui keberadaan kita. Dunwich mungkin lebih aman belakangan ini, tetapi kita semua tahu bahwa dunia ini masih penuh dengan bahaya. Jika pria itu adalah salah satu dari mereka yang mengancam keseimbangan ini, kita harus siap."

Rapat berlanjut dengan diskusi tentang topik lain, tetapi nama Edward Blackwood tetap menggantung di udara, seperti bayangan yang tidak bisa diabaikan. Meskipun mereka adalah orang-orang yang terbiasa bermain di balik layar, pertemuan ini membuat mereka sadar bahwa ancaman bisa datang dari mana saja, bahkan dari seseorang yang hanya meminta sekeranjang roti.