Chereads / Kronik Jurang Kegelapan / Chapter 3 - Jejak Para Pemburu

Chapter 3 - Jejak Para Pemburu

Hutan itu terasa sunyi. Langkah kaki Van dan Lyria bergema di tengah kegelapan malam, hanya diterangi cahaya redup dari bulan yang menggantung di langit. Kristal hitam yang baru saja ia temukan kini disimpan dengan hati-hati di dalam tasnya. Van terus melangkah, tetapi pikirannya dipenuhi pertanyaan.

"Jadi, kau seorang Guardian?" Van memulai pembicaraan, memecah keheningan. "Apa sebenarnya tugasmu?"

Lyria berjalan dengan tenang di sampingnya, jubah hitamnya berayun mengikuti langkahnya. "Para Guardian ditugaskan oleh para dewa untuk menjaga fragment-fragment Outsider. Setiap Guardian memiliki fragment yang mereka lindungi. Namun, saat ini, aku meninggalkan tugasku untuk satu alasan."

Van menoleh dengan alis terangkat. "Apa itu?"

"Kau," jawab Lyria singkat, tetapi tegas. "Kau adalah bagian dari takdir yang tidak bisa dihindari. Kehadiranmu memengaruhi keseimbangan dunia ini. Dan fragment pertama itu hanya awal dari perjalananmu."

Van mengerutkan kening. Kata-kata Lyria membingungkan, tetapi dia tidak sempat bertanya lebih jauh. Suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, semakin lama semakin dekat. Lyria menghentikan langkahnya dan mengangkat tangan, memberi isyarat pada Van untuk diam.

Dari balik bayang-bayang pepohonan, muncul sekelompok orang berpakaian gelap. Wajah mereka tertutup topeng yang dihiasi simbol aneh, dan masing-masing dari mereka membawa senjata.

"Penjaga fragment," kata salah satu dari mereka, suaranya rendah dan penuh ancaman. "Kami tahu kau memilikinya. Serahkan, atau kalian berdua tidak akan keluar dari sini hidup-hidup."

Lyria mencengkeram tongkat sihirnya dengan erat. "Mereka adalah pemburu fragment," katanya kepada Van. "Orang-orang ini bekerja untuk kekuatan yang ingin membangkitkan Outsider. Mereka tidak akan berhenti sampai fragment itu berada di tangan mereka."

Van menarik pedangnya, yang tampak sederhana tetapi cukup tajam untuk menghadapi ancaman. "Jadi, apa rencananya? Bernegosiasi, atau melawan?"

Lyria tersenyum tipis. "Mereka tidak datang untuk bernegosiasi."

Sebelum Van sempat merespons, salah satu pemburu menyerang. Pertarungan pun dimulai.

Pertarungan itu sengit. Para pemburu fragment bukan lawan yang mudah. Mereka bergerak dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, seperti bukan manusia biasa. Van memanfaatkan pengalamannya sebagai pengelana untuk melawan mereka dengan cekatan. Ia menghindari serangan-serangan cepat mereka, tetapi segera menyadari bahwa jumlah mereka jauh lebih banyak dari yang ia perkirakan.

Lyria, di sisi lain, menggunakan sihir untuk mengendalikan medan pertempuran. Dengan tongkat sihirnya, ia menciptakan barikade energi untuk melindungi Van, sambil melancarkan serangan-serangan balik berupa ledakan cahaya yang menghancurkan. Namun, para pemburu itu tampaknya tidak takut mati. Mereka terus maju, meskipun beberapa dari mereka sudah tumbang.

"Van, jangan biarkan mereka menyentuh fragment itu!" teriak Lyria di tengah pertempuran.

"Aku tahu!" balas Van, berusaha mempertahankan posisinya.

Salah satu pemburu melompat ke arah Van, mencoba meraih tas yang berisi kristal hitam. Dalam sekejap, mata Van berubah menjadi merah menyala, jauh lebih terang dari sebelumnya. Ada kekuatan yang terasa bangkit dalam dirinya, sesuatu yang ia tidak pahami. Dengan satu ayunan pedangnya, ia berhasil menghancurkan senjata lawannya, sesuatu yang tidak pernah bisa ia lakukan sebelumnya.

Pemburu itu terjatuh, matanya melebar karena terkejut. "Dia... bukan manusia biasa!" teriaknya, sebelum lenyap dalam serangan balik Lyria.

Setelah pertarungan selesai, Van terengah-engah, berdiri di tengah mayat para pemburu yang berserakan. Beberapa dari mereka melarikan diri, tetapi sebagian besar tidak beruntung. Lyria mendekat, ekspresinya serius.

"Mata merah itu," katanya, menatap Van dengan tajam. "Itu bukan hal biasa. Kekuatanmu... berasal dari sesuatu yang tidak dimiliki oleh manusia biasa."

Van menatap Lyria dengan bingung. "Apa maksudmu? Aku hanya manusia biasa."

Lyria menggeleng. "Tidak, Van. Kau memiliki sesuatu yang disebut resonansi dengan fragment. Itulah mengapa kau dipilih untuk misi ini. Kau dan Outsider memiliki keterkaitan, dan itu juga mengapa kau menjadi target pemburu fragment."

Van tercengang. "Jadi, kau mengatakan bahwa aku... memiliki hubungan dengan Outsider? Itu tidak masuk akal!"

"Aku tidak mengatakan kau adalah bagian dari dia," jawab Lyria. "Tapi sesuatu dalam dirimu... mungkin berasal dari sisa-sisa energi yang ditinggalkan Outsider saat pertempuran terakhir dengan para dewa. Itu sebabnya kau bisa berinteraksi dengan fragment, dan itu sebabnya mimpimu selalu membawamu ke jalan ini."

Van terdiam, mencoba mencerna informasi tersebut. Jika apa yang dikatakan Lyria benar, maka dirinya bukanlah manusia biasa, dan itu menjelaskan banyak hal mata merahnya, mimpi-mimpi itu, dan kekuatan yang baru saja muncul dalam pertarungan tadi.

Namun, Van juga menyadari sesuatu yang lebih penting. Jika ia memang terhubung dengan Outsider, maka ia memiliki tanggung jawab besar. Ia harus memastikan bahwa fragment-fragment ini tidak jatuh ke tangan yang salah, atau dunia akan kembali hancur.

Lyria melanjutkan penjelasannya. "Para pemburu fragment adalah bagian dari organisasi yang disebut Cult of Revival. Mereka percaya bahwa Outsider adalah kunci untuk menciptakan dunia baru. Mereka ingin mengumpulkan fragment untuk mematahkan segel yang dibuat oleh para dewa dan membangkitkan Outsider."

"Dan apa yang terjadi jika mereka berhasil?" tanya Van.

Lyria menatapnya dengan serius. "Jika Outsider bangkit, dunia ini tidak akan ada lagi. Hanya kehancuran yang tersisa."

Van menggenggam pedangnya lebih erat. "Kalau begitu, aku harus menghentikan mereka. Apa pun yang diperlukan."

Lyria tersenyum tipis. "Itu sebabnya aku ada di sini. Aku akan membantumu dalam perjalanan ini. Tapi ingat, ini baru permulaan. Masih ada sebelas fragment lain yang harus kau temukan, dan masing-masing dari mereka dijaga oleh kekuatan yang bahkan lebih berbahaya dari ini."

Van mengangguk, matanya penuh dengan tekad. "Aku siap."

Dengan itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan hutan yang penuh dengan bayangan kematian dan memulai perjalanan yang lebih berbahaya ke tempat berikutnya tempat di mana fragment kedua menunggu.