Chereads / The Miracle In Madness / Chapter 9 - In The Morning

Chapter 9 - In The Morning

Pagi hari di hari kamis, penginapan Bourguis.

Arshen mengemasi barang barangnya dan segera keluar dari kamarnya menuju pintu utama untuk keluar penginapan Bourguis.

Di depan pintu utama dia berpapasan dengan seorang wanita berbadan besar dengan celemek khasnya yang selalu dia pakai.

"Pagi! Mrs. Dorothy!" sapa Arshen dengan senyuman di wajahnya.

Dorothy menatap Arshen yang membawa tas kulit di tangannya dari atas hingga bawah dan tersenyum balik.

"Ah, Mr. Rosselvelt selamat pagi juga, apakah anda akan pergi hari ini?, kenapa tidak sarapan dulu?"

"Tidak perlu Mrs. Dorothy aku akan meninggalkan penginapan mulai hari ini"

"Hah meninggalkan?, apa kau..." Bibir Dorothy tertutup dan melebarkan matanya seolah teringat sesuatu.

"Benar kau mengembara dari Persepolis ke sini, pasti kau memiliki sebuah tujuan untuk melakukan itu, jadi kemana tujuan anda selanjutnya Mr. Rosselvelt?, apakah anda akan kembali ke Persepolis?"

"Aku belum memastikannya tapi untuk dua hingga tiga hari kedepan aku seharusnya masih ada di garam"

"Oh, kalau begitu semoga perjalananmu di berkati Dewi malam" Dorothy mengatupkan tangannya dan menunduk seraya berdoa.

"Ya, kau juga semoga Dewi memberkatimu Mrs. Dorothy" Arshen menundukkan kepalanya dan berjalan diantara salju yang turun pagi itu.

Dorothy menghelakan nafasnya dan lanjut melakukan pekerjaannya di dapur sebagai koki di Bourguis inn.

...

Jalanan kala itu di penuhi tumpukan butiran salju yang memenuhi jalanan sejauh mata Arshen memandang.

Beberapa penduduk dan pekerja sedang berusaha membersihkan salju dari jalanan agar kereta kuda bisa lewat.

Meski cuaca sedang dingin uap kelabu dari pipa dan cerobong asap membumbung tinggi ke langit, gejolak suara permesinan yang berisik terdengar di telinga Arshen, derit suara roda kereta yang berjalan di atas rel juga bergema di udara.

Para pengemis dan orang orang miskin yang tak punya rumah di kota garam terpaksa masuk ke rumah kerja untuk mendapatkan kehangatan dan makanan di musim salju ini. Mereka bekerja dari memotong kayu, membersihkan salju dan berbagai hal lainnya.

Duangg.... Suara lonceng menara jam bergema, jarumnya menunjukan pukul enam pagi.

Para penganut gereja malam di tengah alun alun langsung berhenti melakukan aktivitasnya sejenak dan diam di tempat, mereka mengatupkan kedua tangannya seraya berdoa.

Begitupula dengan Arshen yang sedang berada di alun alun kota. Dia menutup matanya dan menundukkan kepalanya untuk berdoa.

Aku berdoa kepada Dewi malam dan cahaya bintang, aku berharap keberuntungan selalu ada disisiku.

Duang..., lonceng kembali berbunyi setelah sepuluh menit, orang orang yang sebelumnya terdiam untuk berdoa kembali melanjutkan aktivitasnya kembali.

Arshen membuka matanya dan berjalan ke arah Greycloud Avenue yang di penuhi kedai kedai yang masih tutup karena salju.

Arshen mampir di sebuah kedai dan memesan segelas Oklea hangat.

Arshen duduk di kursi yang telah di siapkan sambil menunggu okleanya.

Dari belakang dua orang pria berbaju hitam putih mendekat, "Bos! Dua Oklea!" kata salah satunya.

"Baik" pemilik kedai menjawab.

Mereka duduk di samping Arshen tanpa menghiraukan Arshen yang sedang duduk di sebelahnya.

Salah satu pria itu mencopot topi hitam miliknya dan meletakannya di meja.

"Apakah kkau tahu kejadian di 21 Dove Street?, aku dengar kasus itu di ambil alih oleh divisi khusus dari gereja, apa itu benar?"

Pria di sebelahnya mengambil cerutu dan korek api logam dari saku celananya dan berkata.

"Ya, inspektur menyerahkan hal itu pada gereja karena berhubungan dengan orang orang sesat, kudengar ada..."

Pria itu berhenti, memejamkan mata dan mengerutkan keningnya.

Dia lalu menyalakan cerutu di tangannya, menghisap cerutu yang membuat cerutu itu terbakar sedikit demi sedikit, dan menghembuskan asap abu abu dari dalam mulutnya.

"Ini bukanlah hal yang bisa kita bicarakan disini, aku akan memberitahumu di kantor jika ada waktu"

Dug.., tiga gelas Oklea tersaji di meja.

Arshen yang sedari tadi duduk di sebelah kedua pria itu hanya diam dan mendengarkan.

Ya, aku juga berpikiran gereja akan mengambil tindakan mengenai 21 Dove Street dan mungkin The Hat lah yang akan menangani kasus ini, aku hanya bisa berdoa agar hal ini tidak sampai melibatkanku kedepannya.

Pikir Arshen sambil menyesap Oklea yang di berikan oleh pemilik kedai.

Tunggu karena mereka adalah polisi mungkin mereka tahu sesuatu tentang pencuri malam, apa aku coba tanyakan hal ini?.

Arshen meletakan gelasnya dan menoleh ke kedua orang yang duduk di sampingnya.

"Permisi, apa anda seorang petugas polisi?"

Pria dengan cerutu menurunkan cerutu dari mulutnya dan menyesap Okleanya.

Setelah meminum satu tegukan dia menjawab Arshen yang ada di sebelahnya. "Ah..., Ya! Apa ada yang bisa kami bantu tuan?"

Arshen tersenyum, memutar tubuhnya menghadap pria itu dan mengulurkan tangannya.

"Perkenalkan namaku Zodiac Moriarty, seorang pengembara yang baru datang ke kota ini beberapa hari yang lalu"

Pria di sampingnya menghisap cerutunya lagi dan menjawab.

"Oho, kalau begitu perkenalkan namaku Jack Connector seorang inspektur dari kepolisian garam dan dia adalah juniorku namanya Harvey Fritch"

"Baiklah kalau begitu aku ingin menanyakan sesuatu yang membuatku resah beberapa hari ini, apa anda mau menjawabnya?"

"Ya! dengan senang hati, karena itu tugas kami, hahaha..." Jack tertawa dan menjawabnya dengan ramah.

Arshen mengambil gelas Okleanya dan meminum beberapa teguk lagi.

"Dua hari lalu aku mendengar pencuri malam akan mencuri lagi malam ini, apa itu benar?"

Harvey dan Jack melebarkan matanya dan mengerutkan keningnya. Harvey yang sedari tadi diam berkata.

"Dari siapa anda tahu tentang pencuri malam ini?"

Arshen tampak sedikit terkejut dan menjawab.

"Aku dengar dari seorang pria yang mengaku detektif, aku menemuinya di sebuah bar di Greycloud Avenue, apakah ada masalah sir?"

Harvey dan Jack saling menatap, Jack menghisap cerutunya kembali dan menatap Arshen yang ada di sebelahnya.

"Aku tidak tahu dari siapa kau mendengarnya tapi itu mungkin saja benar, tapi kau tak perlu takut pencuri itu hanya menargetkan orang orang di kota, karena kau berasal dari luar kota kau setidaknya akan aman"

Arshen berpura pura terkejut dengan melebarkan matanya, dia juga lega setelah mendengar pencuri itu tak mengincarnya.

Dengan memasang ekspresi penasaran dia meletakan tangannya di meja dan bertanya sambil menatap petugas di sampingnya.

"Kalau boleh tahu, sebenarnya siapa pencuri malam ini?"

Harvey yang berada di sebelah Jack menjawab setelah menyesap Okleanya.

"Dia hanya pencuri licik yang pandai dalam bersembunyi dan melarikan diri. Ah dan kau juga harus berhati hati jika mendengar suara senar satu nada di malam hari, itu adalah pertanda dia ada di dekatmu"

"Suara senar?, kenapa dia membunyikan senar jika dia mau mencuri?"

"Entahlah mungkin itu hobinya, haha...." Jawab Jack dengan cerutu di mulutnya.

Harvey ikut tertawa begitupula dengan Arshen yang hanya mengikuti alur sambil mengeluarkan satu koin pearl untuk membayar Okleanya dan menunduk.

"Kalau begitu, terimakasih karena telah menjawab keresahanku ini dan selamat siang"

Arshen berjalan keluar dengan kedua petugas polisi yang menatapnya dari dalam kedai.

"Jack, apa dia benar benar hanya pengembara biasa?"

"Ya, dia mungkin memang hanya pengembara biasa"

Jack membuang abu cerutunya dan menghisapnya kembali.

...

Setelah beberapa saat berjalan Arshen merasa kepalanya mulai terasa sangat dingin, Arshen menghampiri toko pakaian dan tertarik untuk membeli sebuah topi tinggi seharga 2 pound dan rantai untuk arloji yang sebelumnya dia temukan, walau mungkin bisa saja berbahaya tapi jam di dalamnya masih berfungsi dengan benar.

Arshen dengan topi tinggi barunya sampai di Greycloud Avenue yang sudah di bersihkan dari salju dan penuh dengan penduduk kota garam yang berlalu lalang.

Seperti biasa uap dan suara mesin yang berdentang terdengar, suara kaki kuda yang melangkah dengan menarik gerobak dan kereta juga mulai terdengar.

Tap...

Arshen berjalan hingga ke depan Eaglewood Bar, dia mengeluarkan arloji peraknya yang telah dia kaitkan dengan rantai dan membuka pintu masuk bar.

Di dalam Rostalin yang seperti biasa memakai pakaian hitam dan penutup mata di mata kirinya duduk di salah satu meja seorang diri walau saat itu bar cukup ramai, seakan orang orang menghindari Rostalin.

Arshen berjalan mendekati Rostalin sambil mengeluarkan buku catatan dengan halaman dokumen yang sebelumnya dia dapatkan dari Rostalin.

Dia menepuk pundak Rostalin yang sedang menenggak birnya dan langsung duduk di kursi kosong didepannya.

"Selamat pagi! Madam.." kata Arshen dengan senyuman di wajahnya.