Gluk...
Cairan aneh mengalir masuk ke dalam tenggorokan Arshen.
Cairan itu terasa pahit di lidah tetapi mulai menghangat ketika mencapai kerongkongan.
Arshen membuka matanya, memperlihatkan pupilnya yang berwarna abu abu kehitaman yang bergerak gerak.
Dia menyentuh dadanya dan langsung menoleh ke samping.
"Huh..!"
Di depan matanya terdapat seorang pria dengan baju pendeta yang membuat dia terkejut.
Arshen mengumpulkan kekuatan untuk meraih tanah yang ada di sekitarnya, dia menarik nafas dan menemukan tempat di sekitarnya memiliki bau darah yang pekat.
"Siapa kau!?, apa yang terjadi di sini?"
Arshen melirik ke sebuah botol kaca yang memiliki bekas cairan berwarna perak di tangan sang pendeta.
Gluk..
Arshen menelan seteguk ludahnya dan lanjut bertanya sebelum pendeta itu bisa menjawab pertanyaan miliknya.
"Apa kau melakukan sesuatu padaku?"
Pendeta itu tersenyum tanpa sepatah kata dan segera memasukan botol kaca yang sedang dia pegang ke dalam saku miliknya,
Setelah memasukannya dia mengeluarkan sebuah liontin berbentuk bintang dari dalam saku lainnya.
"Praise the Lady!"
"Apa kau baik baik saja tuan?"
"Ah! Tidak perlu panik, aku adalah pendeta dari gereja malam, namaku Carwenan"
"Aku hanya meminumkanmu ramuan pemulihan agar kau cepat bangun dari tidurmu"
Arshen melebarkan matanya dan segera menoleh ke sekelilingnya, menyadari bahwa dia masih di dalam tenda sirkus yang sama sebelum dia tak sadarkan diri, tetapi dengan bau darah pekat yang dapat tercium dengan sangat jelas.
Setelah menyadari sekelilingnya, Arshen mengerutkan keningnya, dan dengan disertai perasaan merinding yang menggetarkan tubuhnya, dia memasang ekspresi kebingungan sekaligus ketakutan di wajahnya, seolah olah dia baru saja mengingat sesuatu yang sangat mengerikan.
Arshen yang teringat akan sesuatu, dengan spontan memegang lengan pendeta itu dengan kedua tangannya dan berkata.
"Bagaimana dengan pe.., pesulap itu?, benar! dia adalah orang sesat yang sudah membunuh pulahan orang disini!, apa..., apa gereja datang tepat waktu?, apa ada yang selamat selain aku?"
Carwenan menarik nafasnya dan mendengarkan setiap pertanyaan Arshen tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya, tetapi terlihat jelas kerutan di dahi miliknya seolah dia sedang menyesal.
"Untuk pertanyaan pertanyaan mu itu, semuanya akan aku jelaskan nanti, untuk saat ini bisakah anda ikut denganku untuk menjelaskan kejadian disini terlebih dahulu?"
Arshen menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskannya dari mulutnya untuk membuatnya lebih tenang dan rileks.
"Baiklah, tidak masalah aku percaya padamu tuan pendeta"
Dengan di bantu Carwenan, Arshen berdiri dari duduknya.
"Apa anda bisa berjalan sendiri tuan?"
"Ya, aku tidak apa apa"
"Praise the lady,
"Baiklah pertama kita keluar dari tempat ini terlebih dahulu"
Carwenan berbalik dan berjalan ke pintu keluar, disisi lain Arshen yang sedang mengikuti Carwenan dari belakang, menoleh ke ke belakang untuk melihat isi tenda sirkus di belakangnya itu.
Tetapi hanya baru beberapa detik menoleh, Arshen dengan cepat menutup matanya dan membuang pandangannya, seolah tak kuat melihat apa yang ada di belakangnya.
Arshen mengerutkan keningnya dan menatap pendeta Carwenan di depannya.
"Kenapa...?"
Carwenan yang mendengar pertanyaan Arshen membalikan badannya dan menatap balik wajah Arshen.
Arshen menghentikan langkahnya dan bertanya.
"Kenapa aku bisa selamat?"
Carwenan berhenti, dan berdiri tepat di depan tirai pintu keluar tenda sirkus, dengan menunjukan liontin berlambang Dewi malam dan cahaya bintang di tangannya, dia menjawab.
"Itu karena Dewi telah melindungimu, dan..."
Carwenan menghentikan kata katanya seolah bingung dengan kata apa yang harus dia ucapkan.
"Dan?"
Carwenan menghelakan nafasnya sambil melihat raut wajah Arshen yang penuh kegelisahan dan rasa penasaran, dengan senyuman di wajahnya dia melanjutkan.
"Dan itu juga pasti karena anda cukup beruntung"
Arshen terdiam ketika mendengar perkataan pendeta Carwenan.
Setelah sesaat terdiam, Arshen menggigit bibirnya dan terkekeh untuk menghilangkan raut gelisah di wajahnya.
"Haha..!, keberuntungan? Itu kata yang cukup lucu Reverend Carwenan..!"
Arshen lanjut melangkahkan kakinya hingga sampai di depan pendeta Carwenan dan kembali berkata.
"Daripada keberuntungan, aku lebih percaya ini adalah keajaiban, mungkin benar katamu, Dewi telah melindungiku"
Mendengar perkataan Arshen, Carwenan hanya terdiam di tempat dan menatap Arshen yang berjalan keluar dari tenda sirkus yang seperti neraka itu, sebelum menyusulnya dari belakang untuk keluar dari sana.
Tap...
Bagi Arshen, semua hal yang telah di alami ini terasa selalu datang secara tiba tiba dan dipenuhi dengan berbagai kebetulan kebetulan yang membuatnya berpikir kalau takdirlah yang telah mengarahkannya secara langsung.
Semua ini di mulai ketika dia tiba tiba menyatu dengan Luki Constantine, seorang pria dari bumi yang secara tiba tiba terlibat kejadian supranatural dan berakhir menyatu dengannya Arshen Rosselvelt.
Kemudian karena keuangan yang menipis, dia awalnya hanya berpikir untuk mengambil misi sederhana dengan imbalan besar, tetapi Arshen tak memperhitungkan kalau dia akan terlibat dengan Commoner gila yang membuatnya hampir terjebak di dalam mimpi yang terasa sangat nyata, dan dia selanjutnya juga menemukan sebuah mayat mengerikan dan bekas bekas ritual sesat yang dapat membuatnya terlibat dalam masalah besar.
Kemudian dia secara kebetulan tasnya terjatuh dan melihat tiket sirkus yang berserakan, setelah itu dia memutuskan untuk datang ke sirkus ini, tetapi malah berakhir terjebak dalam ritual sesat seorang pesulap gila.
Dan dari semua kejadian itu Arshen selalu berusaha melawan, tapi dia selalu berpikir bahwa semuanya akan berakhir, dan dia akan mati saat itu, tetapi yang mengejutkannya adalah dia selalu terbangun dan mendapati dia sudah dalam keadaaan selamat.
Hal ini selalu membuat Arshen memikirkan berbagai pertanyaan jauh di dalam lubuk hatinya.
Apakah itu realistis?, apakah semua ini murni hanya berkat keberuntunganku saja?, atau..., apakah masih ada misteri di balik hal ini?.
Setelah keluar dari tenda berdarah yang seperti neraka di belakangnya, Arshen menghentikan langkahnya dan menyempatkan waktu untuk menatap langit senja yang menampilkan siluet bulan ungu di langit timur, dengan sinar matahari orange yang menerangi sisi lain langit kota garam.
Suasana itu cukup familiar bagi Arshen, namun dia hanya menatap pemandangan itu dengan wajah datar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Tak...
Arshen dan pendeta Carwenan sampai di depan Katedral gereja malam yang kala itu masih pada pukul 16:48
Carwenan membuka pintu katedral dan berjalan menuju ke salah satu ruang pengakuan dosa dengan Arshen di belakang yang mengikutinya.
Dalam perjalanan itu Arshen melihat gereja di dunia itu untuk pertama kalinya, langit langit dengan kaca warna warni dan lukisan lukisan di dinding, serta sebuah monumen lambang gereja malam yang ada di ujung ruangan dengan bangku bangku yang terbuat dari kayu.
Setelah sampai di sana Carwenan berhenti dan berbalik menatap Arshen.
"Baiklah, anda bisa membuka pintu ini dan selanjutnya anda akan bertemu dengan seorang pria bernama Jack Connector yang akan menyakan beberapa pertanyaan kepada anda, anda juga bisa bertanya hal hal lain yang membuatmu penasaran nantinya"
Jack Connector?, hmm..., nama yang familiar, sepertinya aku pernah mendengarnya di suatu tempat, tapi aku tak bisa mengingatnya.
Dengan mengabaikan perasaan familiar itu, Arshen membuka pintu kayu di depannya.
Klak...
Pintu itu terbuka, dan memperlihatkan ruangan gelap dengan tangga menuju bawa tanah yang di terangi lilin redup.
Arshen menoleh ke pendeta Carwenan yan ada di belakangnya karena ragu.
Carwenan yang melihat keraguan Arshen menjawabnya dengan mengangguk.
Arshen menelan seteguk ludahnya dan berjalan menuruni anak tangga yang di terangi lilin redup itu menuju ke bawah tanah.
Tap...
Arshen sampai di depan pintu besi yang terbuka setengahnya dengan cahaya terang terpancar dari dalam ruangan itu.
Karena ragu, Arshen mencoba untuk sedikit mengintip kedalam ruangan di balik pintu tersebut.
Di dalam ruangan itu terdapat seorang pria yang terlihat cukup tua sedang membaca beberapa halaman buku, dengan alis tebal dan janggut tipis di wajahnya, serta kerutan kerutan yang mencolok di pipinnya yang membuatnya terlihat cukup tua.
Dia mengenakan dasi hitam dengan kemeja putih dan tengah duduk di depan meja yang penuh dokumen dan buku catatan dengan di terangi sebuah lilin redup.
Di belakang punggungnya terdapat rak-rak buku besar yang memenuhi seluruh dinding di belakangnya.
Dan di keempat sisi ruangan itu terdapat lentera minyak yang di pasang untuk menerangi tempat itu.
Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Arshen yang sedang mengintip dari balik pintu.
"Masuklah!" Kata pria itu dengan suara serak namun terdengar familiar.
Arshen buru buru memasuki ruangan itu dan segera duduk di kursi dengan pria yang terlihat cukup tua di seberang meja.
"Apa urusanmu?"
"Hmm.., apa anda Mr. Jack Connector?, pendeta Carwenan yang menyuruhku untuk menemuiku"
Pria itu tiba tiba menatap Arshen dengan aneh, matanya bergerak gerak melirik Arshen dari atas hingga bawah dengan mengerutkan keningnya, sebelum dia terkekeh dan berkata
"Mr. Moriarty?, haha sepertinya dunia tak seluas yang ku bayangkan".
"Eh...?"
Arshen melebarkan matanya karena terkejut dan segera menatap pria itu dengan fokus untuk mencoba mengingat ingat sesuatu.
Tunggu sebentar, apa aku pernah bertemu dengannya?. Jack Connector..., Jack Connector..., aku memang merasa familiar dengan nama itu tapi... Ehmm...
Arshen membuka mulutnya dan bertanya dengan ragu.
"Apa kau polisi di kedai Oklea waktu itu?, aku tidak yakin karena penampilan anda cukup berbeda, apa yang terjadi pada anda?"
"Haha.., ya aku adalah polisi dari yang waktu itu, aku memang terlihat cukup berbeda sekarang, tapi lebih baik kita kesampingkan itu dulu, mari kita selesaikan masalahmu lebih dulu Mr. Moriarty"
"Ehem..., Pertama tama kau harus menandatangani surat perjanjian kerahasiaan atas aka yang kau lihat waktu itu, dan setelah selesai dari sini kau akan di antar oleh Carwenan untuk membersihkan dirimu dan setelah itu kau bisa mengambil sumpah kerahasiaan atas nama Dewi di katedral, jika kau keberatan kau bisa mengambil sumpah di gereja lainnya, tapi tentu saja akan ada seseorang yang mengantarmu ke sana"
Apa aku bisa yakin aku tidak akan diantarkan ke tiang pancang atau di bunuh diam diam.
Arshen yang mendengar perkataan Jack segera membuat senyum pahit.
"Haha! Tidak perlu, aku percaya Dewi, jadi itu tidak akan menjadi masalah"
Jack berdiri dari kursinya, dan berjalan ke rak buku di belakangnya untuk mengambil sebuah kertas surat perjanjian kerahasiaan berwarna coklat yang telah dia siapkan, dan sebuah belati perak dari laci meja.
Hah..., aku memang sudah menduga hal ini, hal hal mistis didunia ini di sembunyikan dari publik agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar.
Pikir Arshen dengan menghela nafas.
Plak...,
"Baik, ini silahkan teteskan darahmu di sini, Mr. Moriarty"
Arshen mengambil belati perak, dan memejamkan mata untuk menahan rasa sakit akibat sayatan di jari miliknya.
Drip..., darah segar menetes dari ibu jari Arshen dan membekas di kertas coklat surat perjanjian kerahasiaan itu.
Arshen menyerahkan surat perjanjian kerahasiaan yang telah dia setujui dengan meneteskan darahnya kepada Jack Connector yang duduk di depannya.
Setelah menerima surat perjanjian kerahasiaan itu, Jack menyimpannya di dalam sebuah map dan meletakkannya di atas meja.
"Baiklah Mr. Moriarty, bisa kau ceritakan apa yang terjadi di sirkus waktu itu?"
Kata Jack sambil mengambil salah satu buku yang ada di atas meja dan juga sebuah pena.
"Ya, waktu itu..."
Arshen menceritakan semua yang terjadi mulai dari awal dia membeli tiket sirkus, hingga akhir dari tragedi mengerikan yang dia alami saat itu.
Tentu saja, dia merahasiakan soal arloji bermotif mata reptil yang dia lemparkan karena mengira memiliki kekuatan mistis, bukan karena dia malu untuk menceritakan bahwa sebenarnya benda itu tak memiliki efek apapun setelah dia percaya diri melemparnya, tapi karena dia tak ingin terlibat lagi dengan 21 Dove Street karena asal arloji itu, dan lebih buruknya lagi dia bahkan tak melihat arlojinya lagi setelah bangun sebelumnya, mungkin benda itu telah di sita oleh gereja karena dikira berhubungan dengan sang pesulap.
Jack mengangguk sambil terus menulis beberapa poin penting dari kesaksian Arshen, kemudian dia bertanya sambil menatap Arshen yang duduk di depannya.
"Apa ada hal lain yang kau ingat sesaat sebelum kehilangan kesadaran diri waktu itu?"
"Ehmm..., aku tak terlalu yakin, tapi waktu itu aku hanya ingat ritualnya sebentar lagi akan berhasil dan aku tiba tiba merasakan rasa kantuk yang tak tertahankan dan membuatku tak sadarkan diri seketika"
"Aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu, dan waktu itu aku bahkan hanya berpikir kalau itu adalah akhirku, sebelum setelahnya aku mendapati terbangun, dengan pendeta Carwenan di depanku"
Jack meletakan pena miliknya dan menutup buku yang dia gunakan untuk menulis sebelumnya dan berkata.
"Moriarty, apa sekarang kau percaya tentang dunia mistis?"
Arshen cukup terkejut dengan pertanyaan Jack, tetapi dia segera memberi jawaban dengan ekspresi ragu.
"Ya.."
"Hahaha tentu saja kau akan percaya, malahan aku pikir lebih sulit untuk menganggap hal itu tak nyata"
Arshen tersenyum menanggapi tawa Jack, tetapi dia dengan cepat merubah ekspresinya dan bertanya.
"Mr. Connector, Apa orang orang dengan kekuatan seperti itu cukup banyak di luar sana?"
Jack terdiam, menatap Arshen yang duduk di depannya dan menjawab.
"Aku tak bisa menganggapnya sedikit, tapi mungkin tak sebanyak yang kau pikirkan, jika kau penasaran, sebenarnya aku juga salah satu dari mereka"
Arshen tersentak kebelakang karena terkejut dan bersikap waspada.
"Haha, tak perlu panik begitu, cara yang aku gunakan berbeda dari orang orang sesat itu, dan gereja juga sudah mengetahuinya"
"Hah..., tetapi jika di ibaratkan, dunia mistis itu seperti lautan"
"Lautan?"
"Ya, Terkadang bisa terasa sangat tenang dan aman, tetapi di sisi lain juga bisa menjadi sangat berbahaya dan mengancam"
"Malangnya, kami para nelayan mau tak mau harus tetap menangkap ikan ikan di lautan yang tak menentu itu, mau bagaimanapun kondisi, dan situasinya"
Arshen terdiam ketika mendengarnya, dan menganggukkan kepalanya seolah memahami sesuatu.
"Karena kau sudah terlibat dengan dunia mistis, jadi tak masalah jika kau tahu sedikit pengetahuan umum di dunia mistis"
"Hmm..?"
"Dalam dunia mistis orang orang seperti aku yang memiliki kekuatan mistis, biasa di panggil dengan Commoner..!"
"Commoner?"
"Ya kami adalah orang orang yang menaiki Pathway dengan ritual ritual khusus untuk mendapat kekuatan ini"
"Tetapi tentu saja harga dari kekuatan ini sendiri sama tak masuk akalnya, itu bisa berupa kegilaan, keputusasaan, kengerian dan bahkan kematian yang tak terhindarkan"
Jack menundukkan kepalanya, dan dari ekspresinya menggambarkan berbagai hal kelam yang tak dapat di jelaskan.
Arshen menatapnya dengan mata abu abu kecoklatan miliknya dan hanya bisa terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.
Karena hal ini, suasana di ruangan seketika menjadi lebih hening dan canggung.