Chereads / The Miracle In Madness / Chapter 11 - Riyeld

Chapter 11 - Riyeld

Thud... Sepatu Arshen menginjak tanah yang telah di bersihkan dari salju.

Arshen berhenti dan menyobek halaman bukunya.

"Kemungkinan besar dia akan muncul untuk mencuri mineral Riyeld milik Viscount, apa kau mau mencoba memastikannya madam?"

Arshen memberikan lembaran yang berisi hipotesisnya dan hubungan antara Riyeld dengan semua tindakan pencuri malam sebelumnya kepada Rostalin.

Rostalin menerimanya dan membacanya dengan cermat seiring dia berjalan dengan Arshen di sampingnya.

"Hmm... Ini cukup bagus tapi masih ada beberapa hal yang harus di pastikan, ngomong ngomong, apa kau punya saran untuk menangkapnya, Mr. Zodiac?"

Arshen menyimpan buku catatannya dan berhenti sambil dia menatap sebuah cafe yang ada di seberang jalan.

"Kita bisa membicarakan itu sambil minum teh atau kopi, kudengar kopi populer di kalangan wanita akhir akhir ini, apa kau tertarik madam?" jawab Arshen sambil dia melirik cafe di seberang jalan.

Rostalin melirik ke arah pandangan Arshen dan tersenyum.

"Haih.., aku bukan anak anak dan aku lebih suka bir atau koktail daripada minuman anak anak seperti itu.." jawab Rostalin sambil menyilangkan tangannya, setelah beberapa saat dia melanjutkan.

"Tapi... itu bukan berarti aku membencinya "

Heh..., kau ternyata cukup pemalu madam, hahaha.... Pikir Arshen dengan terkekeh.

Rostalin melangkahkan kakinya ke jalanan berbatu dan tiba tiba angin kencang mengibaskan rambut hitam panjangnya yang membuatnya tergerai, memperlihatkan sosok cantik Rostalin yang tersembunyi di balik ekspresi acuh tak acuh-nya.

Arshen yang melihatnya sedikit terpesona dengan kecantikan Rostalin, tanpa sadar Arshen secara reflek memalingkan wajahnya.

"Ada apa?" Tanya Rostalin sambil dia berbalik dan menatap Arshen.

Arshen memejamkan matanya, tersenyum tanpa alasan dan lanjut berjalan ke seberang sambil membenarkan topi tingginya.

"Bukan apa apa, dan sebaiknya kita cepat masuk" Arshen menghiraukan Rostalin yang menatapnya dan berjalan ke arah cafe dengan tangan di masukan ke mantel coklat panjang miliknya sembari mengalihkan pandangannya.

Klak...

Pintu cafe terbuka, dari luar Arshen dan Rostalin yang berjalan di belakangnya memasuki cafe dan duduk di meja.

Arshen segera melihat ke menu yang ada dan memanggil pelayan cafe untuk memesan minuman.

"Satu Carramel macchiato dan..." Arshen melirik Rostalin yang duduk di seberang meja seolah memberinya kode tentang apa yang akan dia pesan.

"Caramel Latte" jawab Rostalin sambil dia menyilangkan kakinya.

"Dan Caramel Latte, tolong"

"Baik, satu Carramel Macchiato dan Caramel Latte, apakah ada lagi tuan?" Tanya pelayan cafe sambil mencatat pesanan Arshen.

"Tidak itu saja" jawab Arshen dengan senyuman.

"Baik, tunggu sebentar" kata pelayan cafe yang segera pergi dengan senyuman untuk menyiapkan pesanan Arshen.

Setelah beberapa saat, di sertai dengan suara angin kencang, suara pintu cafe yang terbuka menarik perhatian Rostalin dan Arshen. Dari pintu yang terbuka masuk seorang penyair pria dengan gitar tujuh senar miliknya.

Dia tidak menyanyi atau membawakan sebuah cerita, dia hanya memesan secangkir kopi hangat untuk menghangatkan tubuhnya setelah melalui udara dingin di luar.

"Penyair?, sudah lama aku tidak melihat mereka di garam, sepertinya garam di akhir tahun ini punya banyak pengunjung yang menarik". Kata Rostalin sambil menatap Arshen.

Apa maksudmu aku salah satunya?, hmm.., apa Rostalin menyelidikiku?, heh..., tanpa di selidiki pun perilaku yang aku tunjukan jelas cukup berbeda dari penduduk biasanya, dan akan aneh jika orang sepertiku tiba tiba muncul, orang biasa bisa menebak kalau aku bukan penduduk asli kota ini.

Menghiraukan pandangan Rostalin Arshen segera mengeluarkan jam perak bermotif mata reptelnya untuk melihat waktu.

Terlihat di jam itu jarum panjang menunjuk angka tujuh sedangkan jarum pendek menunjuk angka delapan.

"Jadi..., bagaimana?" Tanya Rostalin.

Dengan menyimpan arlojinya kembali, Arshen menjawab pertanyaan Rostalin dengan sebuah pertanyaan.

"Madam, apa kau tahu atau punya tebakan kenapa dia terus memainkan suara berulang yang sama di setiap pencuriannya?"

"Hmm.., tidak! Apa kau tahu sesuatu Mr. Zodiac?" Jawab Rostalin sambil menggeser dan meletakan seikat rambutnya ke atas daun telinganya.

"Aku tidak terlalu yakin karena ini hanyalah hipotesisku sendiri tapi..."

Arshen berhenti karena melihat pelayan yang membawakan dua cangkir coffe pesanannya sedang mendekat.

"Ini Carramel Macchiato dan Caramel Latte milik anda tuan dan nyonya"

"Terimakasih" jawab Rostalin.

Pelayan itu mengangguk dengan senyuman dan segara pergi dari tempatnya dan meninggalkan Arshen bersama Rostalin untuk menikmati kopinya.

Setelah menyeruput dan meminum seteguk kopi hangat miliknya Arshen melanjutkan.

"Seperti yang di ceritakan Sir Reynold, kau seharusnya tahu bahwa sebelumnya ada rumor kalau mineral itu kadang mengeluarkan suara suara aneh"

"Lalu apa itu ada hubungannya dengan pencuri itu?"

"Aku menduga suara suara itu sebenarnya hanyalah pantulan dari suara yang dihasilkan para pekerja yang sedang bekerja"

Rostalin yang sedang meminum kopinya menurunkan cangkirnya dan seolah memikirkan sesuatu dia menolehkan pandangannya ke samping dan bertanya.

"Hmm.. jika memang mineral itu punya kemampuan seperti yang kau katakan maka seharusnya suara suara itu akan sering terdengar dan tak akan menjadi sekedar rumor"

"Mengenai hal ini aku menduga suara yang di hasilkan harus cukup spesifik dan hanya suara suara tertentu saja yang bisa membuatnya memantulkan suara..."

Rostalin yang mendengar penjelasan Arshen merasa itu masuk akal dan segera melebarkan matanya seolah menyadari sesuatu.

Arshen yang telah menyesap kopinya kembali melanjutkan dengan senyuman.

"Seperti..., suara senar satu nada yang selalu dia mainkan..!".

Rostalin terkejut setelah menyadari sesuatu dari penjelasan Arshen.

"Dan alasan korban hanya mendengar suara senar satu nada adalah karena pencuri itu memainkannya secara berulang untuk menyamarkan suara balasan dari mineral itu, dan oleh karena itu pencurinya seharusnya adalah orang yang punya pendengaran yang cukup baik"

Arshen tersenyum dengan percaya diri sembari dia mengepalkan telapak tangannya kirinya dan meletakan tangannya di bagian samping wajah dengan siku yang dia sandarkan di sandaran kursi.

"Tapi apakah ini berhubungan dengan pencuriannya yang selalu tanpa jejak sama sekali?, bukankah seharusnya dia perlu masuk ke ruangan tempat benda curiannya berada?, setidaknya dia pasti akan meninggalkan beberapa jejak di tempat kejadian"

Arshen menanggapi pertanyaan Rostalin dan terkekeh sambil meletakan cangkirnya ke meja.

"Madam! Apa kau percaya kekuatan mistis?"

Rostalin menurunkan kakinya dan menyentuh mata kirinya, ekspresinya berubah antara marah, pasrah, dan takut dengan sedikit berkeringat dingin.

Dengan nada pelan dan di tahan dia menjawab. "Ya, apa ini ada hubungannya dengan mereka?"

Mereka?, apa yang kau maksud adalah..., haih sepertinya kau pernah melihat dan mengalami kekuatan seperti itu secara langsung.

Arshen terdiam sejenak sambil menatap ekspresi Rostalin yang seketika berubah menjadi muram sambil dia menyentuh penutup mata kirinya.

Setelah hening sesaat Arshen melanjutkan menjawab.

"Aku tak yakin tapi itu mungkin saja! Tapi jika dia benar benar menggunakan kekuatan seperti itu untuk melakukan pencuriannya, semua misterinya jadi masuk akal, di mulai dari dia yang membunyikan suara tertentu untuk mengetahui lokasi barang yang ingin dia curi dan cara dia mengambilnya dengan kekuatan mistis yang tak meninggalkan jejak sama sekali"

Rostalin menurunkan tangannya yang memegang mata kirinya dan mengangkat cangkir kopinya.

"Lalu..."

"Karena suara senar berulang bisa di mainkan siapapun aku curiga dia bisa menyuruh orang lain untuk memainkannya dan menipu orang yang berjaga, dan di sisi lain ketika dia mendapatkan lokasi yang tepat dia hanya perlu mengambilnya dengan kekuatan mistisnya. Jadi untuk menangkapnya, pertama! Kita harus tahu suara seperti apa yang bisa di respon oleh mineral itu, dan kedua! Kita perlu menggunakan anjing pelacak yang telah menandai mineralnya lebih dulu dan di sebarkan ke berbagai tempat untuk berjaga, karena aku yakin pencuri itu tak akan cukup jauh dari lokasi pencuriannya.

Rostalin menyesap kopinya sembari dia mendengarkan Arshen dan mengangguk angguk seolah memahami beberapa hal.

"Zodiac aku akui idemu cukup bagus, tapi jika ini menyangkut kekuatan mistis, aku ragu ini akan semudah yang kau katakan, yah... tapi sepertinya sudah waktunya giliranku ku untuk bekerja!, sisanya akan aku selesaikan kau bisa bersantai"

Rostalin berdiri lalu memanggil pelayan cafe untuk membayar kopi miliknya dan juga milik Arshen sebelum pergi meninggalkan cangkirnya yang masih memiliki sisa Carramel Latte miliknya di meja.

"Kalau begitu sampai ketemu lagi Mr. Zodiac Moriarty" Rostalin berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Fiuhh..., sekarang waktunya aku mencari rumah sewaan, aku awalnya ingin segera keluar dari kota ini dan menuju Fran karena melalui ingatanku di sana terdapat banyak pertemuan Commoner dan dengan itu aku bisa mencari ritual yang lebih baik untuk membuatku menjadi lebih kuat, tapi setelah menyelesaikan beberapa hal ini aku merasa terikat di kota ini"

Arshen menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan siku yang di sandarkan ke meja.

Aku harap semuanya tidak menjadi lebih buruk nantinya, dan... Aku harap masih ada jalan untuk aku kembali suatu hari nanti.

Arshen meneguk seluruh Carramel Macchiato miliknya karena merasa tidak ingin menyia-nyiakan minuman gratis dan segera meninggalkan cafe dengan wajah muram.

Mari lupakan itu aku tak perlu terlalu terburu buru untuk saat ini, pertama dari koran yang beberapa hari lalu aku baca, aku lihat ada sebuah unit sewaan dengan harga bagus yang letaknya tidak terlalu jauh dengan Greycloud Avenue tapi cukup jauh dari tempat tempat yang biasanya cukup ramai di kota ini.

"Sepertinya tak terlalu buruk untuk lihat lihat sebentar.

Arshen menghampiri sebuah toko roti untuk membeli roti karena perutnya sudah keroncongan dan setelah itu dia segera melanjutkan perjalanannya dengan menaiki sebuah kereta kuda sambil dia memakan roti yang baru dia beli.