Tap..
Arshen berjalan kembali ke Oak Street, dia ingin kembali ke penginapan untuk sarapan terlebih dahulu sebelum mengerjakan misi yang dia ambil.
"Baiklah ini akan menjadi sarapan terakhirku jika kondisi keuanganku semakin memburuk"
Arshen berjalan ke ruang makan dan memesan kentang tumbuk, sup domba dan segelas air putih kepada Mrs. Dorothy.
"Hap..." Arshen memakan makanannya dengan lahap.
Setelah selesai sarapan Arshen kembali ke kamarnya, mengemasi beberapa barang di tas coklat miliknya.
Klak... Suara pintu tertutup, Arshen keluar dari penginapan dan membuka selembar kertas yang di berikan oleh Leroy, di dalamnya tertulis sebuah alamat dan misi yang di ambil Arshen, "Menyelidiki rumah terbengkalai di 21 Dove Street, catat semua rumor dan asal usul rumah itu, dan pastikan keamanan rumah itu".
Arshen terkekeh tapi dengan cepat menghilangkan senyumannya sambil dia berjalan di atas salju putih.
Melakukan penyelidikan seperti ini memang terlihat mudah bagiku tapi dengan bayaran 10 pound sepertinya ini aku yakin ini bukanlah hal yang akan mudah untuk di selesaikan begitu saja.
Arshen berjalan dengan mantel coklat panjang miliknya dan berhenti sejenak di depan toko pakaian, Arshen menoleh hanya untuk melihatnya dari kejauhan sebelum melanjutkan langkah kakinya kembali.
Tap...
Tanpa sadar Arshen telah sampai di tujuannya, dia berdiri di depan rumah dengan taman kecil di halaman depan dan pagar yang mengelilingi rumah itu.
Rumah itu di cat hitam dengan beberapa bagian telah luntur, kaca kaca rumah itu telah pecah dengan di beberapa sudut rumah memperlihatkan tembok batu bata yang di tumbuhi tanaman liar, Arshen merasakan perasaan aneh ketika menatap rumah itu yang membuatnya memalingkan wajahnya.
"Rumah ini memang terasa menyeramkan", tapi pertama aku harus mencari informasi dari orang orang yang tinggal di sekitar lebih dulu". Menghiraukan perasaan aneh yang dia rasakan, Arshen berjalan ke sekitar rumah itu untuk mencari informasi dari beberapa orang yang tinggal disana.
Arshen melihat ke sebuah toko permen yang berada di seberang jalan, dia berjalan ke depan toko dan langsung memutar kenop pintu dan memasukinya.
Setelah melangkahkan kakinya kedalam toko permen itu, bau manis dari berbagai rasa permen langsung tercium di hidung Arshen, di meja kasir duduk seorang wanita berambut hitam kebiruan dengan kaca mata bulat tertempel di matanya, dia adalah Lily pemilik toko permen itu.
Arshen melihat ke kanan dan kiri mengamati toko permen itu, disana banyak permen permen dari segala bentuk, beberapa di bungkus kertas, beberapa di biarkan di sebuah wadah persegi, permen permen itu memiliki warna dan bentuk yang berbeda.
"Selamat datang tuan, ada yang bisa aku bantu?" Lily berdiri dan menyapa Arshen yang masuk ke tokonya.
"Ya, aku ingin membeli beberapa permen, apa kau yang membuat permen permen ini nona?"
"Ya, aku yang membuat semua permen permen ini, Permen seperti apa yang anda sukai tuan?, apakah permen coklat yang populer di kalangan anak anak dan remaja, permen buah, atau permen jahe yang populer di udara dingin akhir akhir ini" Lily mencubit kacamata hitamnya dan tersenyum sembari menawarkan permen permennya.
"Beri aku permen jahe satu bungkus".
"Baik, tunggu sebentar" Lily mengambil sebuah bungkusan kertas dan memasukkan beberapa permen jahe kedalmnya.
"Baik totalnya 2 pearl, apakah anda juga mau yang lain tuan" Lily menyodorkan bungkusan permen itu ke Arshen.
Arshen mengambil bungkusan permen jahenya dan menyerahkan satu lembar uang kertas satu perak kepada Lily.
"Baik tunggu sebentar..." Lily mencari cari uang kembalian di laci mejanya.
Arshen yang menunggu uang kembaliannya bertanya dengan memasukan kedua tangannya ke saku mantel coklat panjangnya.
"Nona apa kau tahu rumor rumah terbengkalai yang ada di seberang"
Lily yang sedang menghitung kembalian menjawab sambil menyerahkan uang itu kepada Arshen.
"Ya, aku pernah mendengarnya, tapi itu hanya rumor yang tak bertanggung jawab, beberapa mungkin hanya salah paham"
"Oh, apa kau tau sesuatu nona?" Arshen menerima kembaliannya dan memasukannya ke dalam kantong sakunya.
"Ya, toko ini adalah milik keluargaku yang sudah bekerja di sini selama turun temurun, jadi kami tahu sedikit tentang rumah di sebrang"
Arshen menyilangkan tangannya.
"Bisakah kau beri tahu aku apa yang kau tahu tentang rumah di sana?, ah, pertama perkenalkan, namaku Zodiac Moriarty aku seorang detektif" Lily menatap Arshen dari atas hingga ke bawah dengan mata hitam di balik kacamatanya dengan ekspresi ragu.
Arshen merasakan perasaan tak nyaman tetapi dia menghiraukannya.
"Tentu, jika kau mau membeli beberapa permenku lagi aku akan memberitahumu sedikit" Lily tersenyum dan mengarahkan tangannya ke permen permen miliknya.
"Kalau begitu aku akan membeli setengah bungkus permen jahe lainnya"
Arshen mengedutkan alisnya dan dengan enggan mengeluarkan 1 pearl lagi dari sakunya.
"Terima kasih" Lily tersenyum dan segera membungkus beberapa permen lagi.
Ini demi misi dan demi 10 pound yang menantiku di akhir. Pikir Arshen sambil memasang senyum pahit di wajahnya.
"Pertama tama aku katakan dulu kalau aku sebenarnya memang tak tahu banyak, aku hanya tahu sedikit rumor tentang rumah di seberang" Lily duduk di kursinya setelah menerima 1 koin dari Arshen.
"Baiklah, itu di mulai 15 tahun yang lalu ketika seorang taipan kaya membeli tanah disana untuk membangun sebuah rumah, namun setelah rumah itu berhasil di bangun, perusahaan taipan itu bangkrut dan harus menjualnya ke seorang pria bernama Hendrick 10 tahun yang lalu, aku tak tahu siapa dia yang ku tahu dia sangatlah kaya dan masih cukup muda, dan cukup baik kepada orang orang di sekitar"
Hendrick membeli rumah itu 10 tahun yang lalu tetapi beberapa bagian rumah terlihat sudah roboh dan terlihat sudah sangat tua, apa yang terjadi setelah itu?.
"Lalu, apa yang terjadi setelah itu?"
Lily terdiam sesaat dan membenarkan posisi kacamatanya.
"Kurang lebih 5 tahun yang lalu terjadi ledakan yang membunuh Mr. Hendrick, aku tak tahu kejadiannya karena waktu itu aku sedang di luar kota, dan 2 tahun lalu barulah rumor kalau rumah itu berhantu tiba tiba menyebar"
"Lalu kenapa rumah itu seperti tak terawat apakah Mr. Hendrick tak punya kerabat lain yang mau mengambil rumah itu?"
"Aku tidak tahu, tapi karena rumah itu di biarkan terbengkalai, sepertinya dia memang tak punya kerabat lagi"
Arshen sedikit berpikir tapi dia langsung tersadar dan tersenyum kepada Lily.
"Terima kasih" Arshen menundukkan kepalanya dan berjalan keluar dari toko permen itu.
Lily hanya menatap kosog kepergian pria bermantel coklat panjang itu tanpa mengatakan sepatah kata.
Arshen kembali ke seberang jalan dan duduk di bangku membelakangi rumah terbengkalai dengan tanaman merambat dan taman kecil di yang telah menjadi kolam kubangan lumpur dan rumput liar.
"Rumah ini baru di bangun sekitar 10 tahun yang lalu dan 5 tahun yang lalu pemiliknya Hendrick meninggal karena ledakan, 2 tahun yang lalu baru rumor itu menyebar, dan saat ini mungkin kerabat Mr. Hendrick mau mengambil tanah ini kembali tapi takut dengan rumor yang menyebar, tapi aku merasa ada sesuatu yang janggal, apa ada yang aku lewatkan?"
Arshen yang sedang duduk di bangku tiba tiba merasakan rasa kantuk yang sangat berat, dia segera menutup matanya dan mulai tertidur.
Orang orang yang berjalan di sekitar Arshen tiba tiba memudar menjadi seperti kabut, mereka berhenti satu persatu dan menatap Arshen yang tertidur di bangku di pinggir jalan.
...
Arshen membuka matanya, dia menyadari dirinya sedang berada di dalam kamar di sebuah rumah yang tampak besar dengan ranjang empuk, hiasan indah dan berbagai furniture yang terlihat mahal.
Hah..., dimana aku?, sebelumnya aku ingat, tiba tiba merasakan rasa mengantuk yang kuat dan langsung tertidur di bangku di depan rumah terbengkalai yang perlu aku selidiki.
Arshen melihat sekeliling, dia melihat jendela kaca dengan gorden mewah, meja kayu yang di buat dengan motif yang indah dan karpet merah yang ada di bawah kakinya.
"Yah, ini bukan pertama kalinya aku tiba tiba terbangun di tempat yang aneh, apa ini kekuatan seorang Commoner, apa ini mimpi, atau kenyataan?".
Arshen berjalan ke jendela dan melihat taman kecil di luar dengan tanaman yang indah di sekelilingnya, di halaman terdapat satu set meja dan bangku dan peralatan minum teh, di depannya lagi terdapat pagar dan jalanan yang sepi dan familiar.
Di atas langit bulan keunguan menyinari seluruh tempat dengan cahaya keunguannya.
"Ini..., apa aku ada di dalam rumah terbengkalai sebelumnya?, tidak semua yang ada di sini terlihat bersih dan halaman di sana tak di tutupi rumput liar dan terjaga dengan baik, tembok tembok di rumah ini juga sepertinya masih terlihat bagus, apa ini penampakannya sebelum hancur?, apa ini mimpi?"
Arshen tiba tiba mencoba memukul pipinya dengan keras.
Pa..., sebuah pukulan mendarat dan membuat pipi kanan Arsen terasa perih "Ini sakit, apa ini sungguh kenyaaan" Arshen berjalan ke pintu dan membukanya.
Di depannya terdapat terdapat lorong yang di penuhi hiasan dan lukisan dari seorang pria muda bermata biru dengan tuksedo hitam yang duduk di kursi dengan topi tingginya.
Arshen berjalan semakin jauh dan sampai di ruang tengah, di sana terdapat empat sofa yang saling berhadapan dengan meja kayu yang di lapisi kaca.
Arshen menoleh ke kanan dan kiri, tetapi tak menemukan siapa pun, Akhirnya dia menatap pintu besar yang ada di sana.
Ini sepi sekali, sebenarnya apa yang telah terjadi, karena aku merasakan sakit apa semua ini nyata?, tapi bagaimana bisa tempat ini terlihat mirip dengan rumah itu, mungkinkah semua ini hanya semacam ilusi?"
Arshen menuruni tangga dengan waspada dan hati hati, dia berjalan langkah demi langkah dengan waspada hingga sampai di depan pintu ganda besar yang ada di ruang tamu.
"Apa aku harus mencoba membukanya?" Arshen menyentuh pintu ganda itu dengan perlahan lahan.
Tetapi sebuah firasat tak mengenakan menghentikannya, "Tunggu, perasaanku tak enak, mungkin ini akan berbahaya jika aku membukanya tanpa mengetahui kondisiku saat ini, mungkin saja ini sebuah jebakan, sepertinya aku harus melihat ke ruangan lain lebih dulu untuk mendapatkan informasi dan mungkin aku dapat menemukan sesuatu di sini"
Arshen berjalan ke dapur, dan kamar kamar yang berjejer di dalam rumah itu, tapi tak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
"Kamar ini adalah yang terakhir, jika aku tak menemukan apapun aku akan kembali ke ruang tengah dan membuka pintu itu"
Arshen memasuki sebuah kamar di lantai dua, di dalamnya memiliki furniture yang berbeda dari kamar kamar lain, di sana terdapat ranjang besar dengan lilin yang menyala di sampingnya, sebuah meja dan kursi, serta rak buku dengan berbagai buku di dalamnya. Dan yang paling mencolok adalah sebuah lukisan besar yang ada di dinding kamar, lukisan itu bergambar seorang pemuda yang memakan sebuah apel merah sambil di menawarkan apel lain di tangan kirinya ke seorang perempuan yang seluruh tubuhnya di tutupi kain berwarna putih, dan hanya memperlihatkan bibir merahnya, dia berpose seperti sedang berdoa dengan tertunduk ke bawah.
"Ini..."
Arshen tanpa sadar mendekat ke lukisan itu dan mencoba menyentuhnya seolah terpikat ke lukisan itu.
Tap..
Tidak..., tunggu, Arshen tersadar dan berhenti tepat sebelum menyentuh lukisan itu, dia segera berbalik ke arah lilin di sebelah ranjang dan mengambilnya dan segera membakar lukisan itu.
Perlahan api itu menyebar membakar lukisan itu, perlahan sebuah jeritan singkat terdengar yang menggema di ruangan "Aaahh....!!"
Benar saja, apa lukisan ini memiliki kekuatan supranatural untuk memikat seseorang, hampir saja aku benar benar terpikat.
Lukisan itu terus terbakar dan terjatuh ke lantai sebelum akhirnya api yang membakarnya padam dan menyisakan kepala dari lukisan wanita yang sedang berdoa.
Bibir merahnya terbuka dan wajahnya meleleh memperlihatkan wajah menakutkannya, dia menjerit keras dengan suara serak yang memekakkan telinga.
Arshen menutup telinganya dan mundur satu langkah. Aaahh..., apakah ini adalah ulah kekuatan supranatural dari seorang Commoner, tapi kenapa dia melakukan ini kepadaku?, apa dia sedang melakukan sesuatu di rumah ini dan merasa bahwa aku sedang mengusiknya.
Tiba tiba satu persatu ular putih yang mendesis keluar dari dalam mulut lukisan yang menakutkan di lantai, ular ular putih yang keluar dari sana langsung menatap Arshen dan membuka mulutnya seolah mencoba untuk mengintimidasi.
Yang benar saja..., apa ini ilusi, walau ini ilusi rasa sakit yang kurasakan itu terasa nyata pasti akan menyakitkan jika aku di jadikan cemilan ular ular ini .
Arshen mengerutkan keningnya dan menghindar dengan melompat ke belakang, tak menunggu ular ular itu menyerang lagi Arshen segera menarik seprai dari ranjang di sampingnya dan melemparkan ke ular ular yang mendesis dan membungkusnya bersama lukisan menakutkan yang ada di lantai.
Arshen mengikatnya ke kaki ranjang dan melemparkan lilin yang menyala untuk membakar ranjang beserta buntalan seprai putih berisi ular putih yang terus keluar dari lukisan dan mencoba merobek seprai yang membungkusnya.
Arshen segera berlari ke arah pintu kamar dan menutupnya dengan keras dan menahan pintu itu dengan tubuhnya membiarkan kamar di dalamnya terbakar api merah.
Apa itu, lu lukisannya tiba tiba menjadi ular hidup, tidak ini pasti... Arshen terdiam ketika melihat pemandangan ular ular putih juga keluar dari lukisan lukisan di lorong.
Arshen yang terduduk sambil menahan pintu ruangan yang berisi desisasan ratusan atau ribuan ular yang terbakar di belakangnya mulai berkeringat dingin.
"Haha semua ini pasti hanya mimpi yang terasa nyata, kalau mimpi ini mencoba membunuhku bagaimana jika aku menghancurkan semua yang ada disini bersamaku saja, hehaha...."
Arshen tertawa sambil berlari ke sana mengambil lilin lilin di sekitar dan membakar seluruh penjuru rumah itu dengan ular ular putih yang terus bermunculan dan menggigitnya.
Kobaran api merah melahap seluruh funiture dan dinding dinding rumah bersama ular ular yang menggeliat kepanasan.
"Aaahhh...!!" Sebuah teriakan melengking wanita terdengar menggema di seluruh ruangan.
"Apa.., apa itu suara aslimu, dimana kau sebenarnya..?, kenapa kau ingin membunuku, ha...?, jika kau tak mau menjawab maka aku hanya perlu terus membakar seluruh bangunan ini hingga menjadi debu"
Arshen terus berlari kesana kemari tanpa mempedulikan luka luka karena gigitan ular di sekujur tubuhnya.
Arshen terus membuat seluruh isi rumah itu di lahap lautan api, dari lantai hingga langit langit, lukisan lukisan yang mengeluarkan ular yang menyerang Arshen juga mulai luntur dan mengeluarkan bau busuk.
"Ini memang terasa panas..., tapi apakah panas ini tidaklah nyata, hehaha....,", dinding dinding di sekitar mulai luntur, dibarengi jeritan wanita yang melengking menjadi semakin meredup bersamaan dengan Arshen yang mulai ikut terbakar api merah bersama seluruh mayat ular putih dan rumah yang tampak nyata itu.
Mantel coklat panjangnya compang camping, sarung tangan hitam bermotif bintangnya terbakar habis menyisakan celana hitam dan sepatu kulitnya yang meleleh. Dengan senyuman gila di wajahnya, Arshen terus bergerak ke sana kemari seperti sedang berdansa di tengah lautan api yang membara.
Kobaran api semakin membesar dengan iringan suara tawa Arshen yang menggema di seluruh tempat seperti orang gila.
Tiba tiba kobaran api dan ruang di sekitar Arshen pecah menjadi ribuan bagian. sebuah titik cahaya terlihat di mata Arshen.
Arshen membuka matanya lagi dan bangun dari tidurnya, dia mendapati dirinya masih berada di bangku di pinggir jalan dengan seluruh tubuhnya dan pakaiannya masih utuh.
Fiuhh...., untuk beberapa alasan aku merasa seperti orang gila, mari kesampingkan itu atau aku akan benar benar menjadi gila, mimpi ini sepertinya di buat oleh seseorang dengan kekuatan yang dapat memanipulasi indra dan mental seseorang, karena itu aku dapat merasakan sakit di mimpi itu.
Dug... Kaki Arshen menginjak sesuatu.
"Benda apa ini" Arshen melihat ke bawah dan mendapati sebuah arloji tua dengan motif mata reptil yang memiliki warna merah.
"Hmm.., sebuah arloji, tapi milik siapa ini" Arshen menoleh ke kanan kiri dan tak menemukan siapapun.
"Yah, akan kupikirkan itu nanti melihat benda ini mengingatkanku ke ular ular itu"
"Tunggu dulu ada yang aneh, sebenarnya dimana aku?, toko permen itu menghilang, dan jalanan ini terlihat sedikit berbeda, apa aku masih berada di dalam mimpi" Arshen menoleh kesekitar dan menyadari perbedaan di sekitarnya, dia berbalik untuk melihat rumah terbengkalai di belakangnya.
Rumah itu juga tampak berbeda dari sebelumnya, rumput dan tanaman merambat yang menggerayangi rumah itu telah menghilang, taman yang menjadi kolam lumpur kini berubah menjadi taman biasa yang di penuhi rumput liar.
Jendela kaca dan genteng yang sebelumnya pecah kini hanya terlihat jendela kaca dan genteng itu tak memiliki kerusakan apapun hanya di penuhi debu dan sarang laba laba.
"Apakah aku sudah masuk ke dalam ilusi sejak aku berjalan masuk ke tempat ini?, kalau begitu..." Arshen teringat sesuatu yang janggal dan langsung memeriksa saku mantel coklatnya.
Di dalamnya terdapat dua bungkusan di sana, Arshen segera membukanya dan mendapati isi bungkusan itu telah berubah menjadi kerikil batu dan sepotong daging busuk.
"Ini..., kalau begitu apakah pemilik toko permen itu adalah Commoner yang membuat aku mengalami mimpi itu, tunggu kalau begitu jangan jangan..." Arshen menghitung kembali uangnya dengan panik.
"Tch.. sial..., uangku juga hilang" Arshen mendecakan lidahnya dan mencibir pemilik toko permen, Arshen membuang dua bungkusan itu ke tong sampah mengangkat arloji tua dengan motif mata reptil di tangannya dan memasukannya di kantong sebelah kanannya.
Arshen melompati pagar rumah terbengkalai itu dan berjalan hingga ke depan pintu.
Klak...
Arshen membuka pintu rumah itu yang tak di kunci dan berjalan masuk ke dalam, di dalam beberapa interior sama seperti yang ada di mimpi Arshen tapi beberapa juga berbeda seperti adanya dua vas bunga yang di penuhi sarang laba laba di sekitar jendela dan beberapa interior ruangan yang rusak dan berantakan, serta lantai kotor dan tidak adanya karpet dan beberapa bagian dalam rumah juga terasa mencekam.
"Beberapa memang mirip, tapi tak sepenuhnya hanya saja ini terasa mencekam dan lebih seperti rumah terbengkalai"
Arshen berjalan menaiki tangga hingga ke lantai dua, menatap cermin pecah yang tergantung di ujung tangga, mengalihkan pandangannya Arshen berjalan ke ruangan pertama kali dia bangun di mimpinya.
Clak...dia membuka pintu salah satu kamar yang merupakan tempatnya terbangun pertama kali di dalam mimpinya dan mengintip dengan waspada.
"Astaga..!!" Arshen terkejut dengan apa yang di lihatnya, matanya melotot tajam bibirnya bergetar, keringat mengucur dari pelipis dan punggungnya, hampir seluruh tubuhnya gemetar dan kaku sambil menutup mulutnya yang seakan mau muntah.
Di matanya sebuah pemandangan mengerikan tersorot dari mata abu abu kehitaman miliknya.
Sialan, apa aku masih bermimpi?.
Di depan Arshen, pemandangan mengerikan seorang wanita yang di gantung secara terbalik dengan kaki kiri telah di potong, kulit wajah yang telah di kuliti hingga tak di kenali lagi, dan hanya menyisakan daging dan tulang busuk dengan cairan kuning yang mengalir bersama bola matanya yang tergantung keluar dari rongga matanya.
Bagian dadanya di belah menjadi dua sehingga memperlihatkan tulang rusuknya yang di kerubungi berbagai serangga dan belatung, dan dari dalamnya juga mengalir cairan kuning berbau busuk yang mengalir keluar hingga ke kepalanya.
Dari bagian pusar di perutnya terdapat usus kecoklatan yang memanjang keluar dan diikat melingkar dari paha hingga ke ujung jari kaki kanannya.
Di bawah kepalanya yang di gantung secara terbalik, kaki kirinya yang hilang berdiri tegak dengan ditancapkan dengan pasak kayu di tengah sebuah altar. Altar itu di gambar dengan darah dan di kelilingi oleh organ manusia mulai dari jantung, paru paru, hati, dan otak.
Satu kata keluar dari mulut Arshen yang gemetar di depan pintu sambil mundur satu langkah dan membiarkan pintu itu tertutup kembali.
"Iblis"