Arshen menutup kembali pintu kamar yang berbau busuk itu dan duduk di depan pintu sambil menyandarkan punggungnya ke dinding.
"Ini benar benar sudah gila, apa orang yang melakukan ini adalah para Commoner yang sebelumnya menjebakku dalam mimpi, apa mereka sebenarnya segila ini?, apakah jika aku tak segera keluar waktu itu aku juga akan berakhir sepertinya?"
Arshen memegang pelipisnya yang di basahi dengan keringat dan nafasnya menjadi berantakan.
"Aku sudah tahu ini bukan misi yang sederhana dari jumlah imbalannya saja, haih..., sepertinya aku terlalu ceroboh karena tak mempertimbangkan keterlibatan Commoner di sini, dan lagi aku hanya berpikir ini mungkin akan mudah karena hanya perlu menyelidiki dan ini juga merupakan keahlianku.
Arshen mendongakkan wajahnya ke langit langit rumah dengan bau busuk yang menyebar di udara. dia berdiri dan segera berjalan ke jendela di ujung lorong dan membukanya.
"Hokk..." Arshen memuntahkan makanan yang dia makan pagi ini dari mulutnya dengan air mata yang berlinang di matanya karena tak tahan dengan bau busuk.
Sambil memegangi tenggorokannya dan mencubit hidungnya, Arshen masih merasakan udara kotor berbau bangkai yang masih tak kunjung hilang.
"Argh.., ventilasi di rumah ini buruk sekali"
Tak ku sangka akan berakhir seperti ini, aku pikir hal paling buruk yang akan terjadi paling hanya berurusan dengan beberapa berandalan, tapi ternyata yang ada disini adalah iblis gila yang tak berperasaan.
Apa misi ini adalah jebakan yang memancing seseorng untuk sebuah ritual jahat, kalau begitu...,
Arshen berbalik dan membuka kamar kamar lain tetapi kamar itu hanya berisi sarang laba laba dan beberapa serangga.
Tap...
Arshen sampai di kamar yang dalam mimpinya terdapat lukisan besar yang mengeluarkan ribuan ular putih.
Arshen membukanya dengan waspada takut hal yang lebih mengerikan terlihat dari balik pintu itu.
Pintu itu berderit dan menampakan meja dengan lilin dan beberapa lembar halaman dari kulit kambing yang berantakan
Arshen membuka sepenuhnya pintu itu, dan terenganga sambil melepaskan pegangannya ke pintu kamar itu dan menjatuhkan tas kulitnya
Aku sudah menduga pasti ada sesuatu yang gila disini tapi aku tak menyangka akan segila ini.
Arshen melihat lukisan besar di kamar itu, lukisan itu bergambar seorang wanita berkain putih dengan bibir merah merona yang di gantung secara terbalik dengan kedua kaki utuh tetapi memiliki penampilan yang hampir sama dengan mayat yang sebelumnya Arshen lihat, dia digantung di sebuah tiang besi berbentuk salib secara terbalik dengan raut wajah yang sangat tersiksa sambil menatap ranjang dengan seprai putih di depan lukisan.
Di ranjang dengan seprai putih itu tumpukan pria dan wanita telanjang dengan kulit keriput dan tubuh kurus kering seolah seluruh cairan di tubuh mereka telah di sedot habis di tumpukan mayat itu hingga ke lantai belatung putih menggeliat di mana mana.
Bajingan sialan, apakah rumah ini adalah tempat ritual pemujaan iblis atau semacamnya?
Mata wanita di lukisan seolah bergerak ke arah Arshen yang berdiri di pintu dengan gemetar ketakutan.
Brak..., Arshen yang menyadari keanehan itu langsung menutup kembali pintu itu dengan kuat.
Tidak aku harus segera keluar dari tempat ini sekarang juga.
Arshen segera menutup pintu itu dan berlari menuruni anak tangga hingga sampai di depan pintu depan yang terbuka dan langsung berlari melewati pagar hingga sampai di jalan umum.
Kakinya berhenti melangkah dan berbalik menatap rumah di belakangnya sambil mengerutkan keningnya.
"Tunggu, walau tempat ini berbahaya setidaknya aku harus mengumpulkan beberapa informasi dari penduduk di sekitar, aku tak bisa mengandalkan informasi pemilik toko permen sialan yang mungkin perwujudan psikopat yang melakukan hal kejam di dalam rumah itu"
Arshen menghampiri ke seorang wanita dengan rambut hitam yang tergerai panjang, matanya biru dan di atas kepala dia menggunakan topi jala yang indah, dia duduk dan menikmati teh di sebuah cafe tak jauh dari rumah terbengkalai sebelumnya.
"Maaf apakah anda bisa meluangkan waktumu sebentar madam?"
"Ya, apa ada yang bisa aku bantu" wanita itu tersenyum
Arshen duduk di kursi kosong di depan wanita itu dan bertanya.
"Apakah anda tinggal di sekitar sini madam?"
"Ya, aku sudah tinggal disini kurang lebih selama delapan tahun terakhir"
Arshen terlihat senang dan berkata.
"Apakah anda tahu tentang rumor mengenai rumah terbengkalai di 21 Dove Street akhir akhir ini, apa kau tahu sejarah atau apapun mengenai rumah itu, jika anda tahu sesuatu aku harap anda bisa membagikannya padaku"
Wanita itu menyesap teh hangatnya sambil menatap pemuda dengan mantel coklat panjang di depannya.
"Baiklah, rumah itu..." Wanita itu mengatakan apa yang dia tahu kepada Arshen dan tampak menikmati obrolannya.
Disisi lain Arshen tampak mengeluarkan buku catatan dan pena yang sebelumnya dia beli seharga 1 pearl, dia mendengarkan dengan baik sambil mencatat beberapa poin penting.
"Terima kasih atas kerja samamu madam, kalau begitu selamat tinggal"
Arshen membungkukkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan cafe dan wanita bermata biru itu.
Arshen mendatangi beberapa orang lagi untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat sambil dia mencatatnya di buku catatan miliknya.
Tap.. Arshen sampai di ujung Dove Street dan duduk di bangku yang berada pinggir jalan sambil membolak balik buku catatannya.
Jika di bandingkan dengan informasi dari si kacamata hitam itu, informasi yang sekarang ku dapatkan sedikit berbeda dan juga masih ada beberapa kejanggalan. Pikir Arshen sambil menatap halaman demi halaman buku catatan yang ada di tangannya.
"10 tahun lalu seseorang pengusaha sukses bernama Hendrick Woles membeli rumah itu yang awalnya adalah sebuah rumah dari seorang wanita bernama Lily Krostalea yang berasal dari keluarga bangsawan Baron Krostalea yang telah runtuh"
"Menurut rumor yang beredar saat itu Lily sempat membangun sebuah toko permen sebelum dia menghilang"
Hmm..., apa wanita pemilik toko permen itu adalah Baron Lily Krostalea?, apa dia yang melakukan ritual itu atau itu hanya gambaran yang di ciptakan oleh psikopat yang sebenarnya, setidaknya aku bisa menduga kalau nama wanita berkacamata hitam itu mungkin adalah Lily Krostalea.
"8 Tahun yang lalu Hendrick Woles meninggal karena usianya dan mewariskan hartanya kepada anaknya Anderson Woles, dia tampaknya cukup di segani oleh beberapa bangsawan, buktinya beberapa warga di sekitar sering melihat bangsawan berkunjung ke rumahnya setelah Mr. Hendrick meninggal"
"Tetapi di 6 tahun yang lalu terjadi ledakan gas yang yang menghancurkan beberapa bagian rumah itu dan kala itu perusahaan yang di pegang oleh Anderson bangkrut dan dia tewas karena perampokan 5 tahun yang lalu"
Aneh memangnya siapa yang mau merampok seorang pengusaha bangkrut yang rumahnya sedang hancur karena ledakan gas, pengalamanku sebagai detektif memberikan perasaan ada yang tidak beres di bagian ini.
"Setelah kematian Anderson Woles rumah itu di biarkan terbengkalai hingga saat ini"
"Aku sudah menyelidiki semua rumor di sekitar dan aku menuliskannya lengkap beserta kesimpulan ku di halaman lain"
Untuk apa yang ada di dalam rumah itu sebaiknya aku menanyakannya langsung ke orang yang membuat permintaan ini, aku curiga ini jebakan jadi aku harus tetap waspada.
Paragraf buku catatan itu berakhir dan Arshen menutup buku catatan itu yang dia tulis dengan bahasa serapian dan berdiri dari duduknya.
"Baiklah, setidaknya dengan ini aku bisa mendapat beberapa uang, mengenai hal di rumah itu aku tak akan memikirkannya lagi"
Arshen mengantongi buku catatannya dan halaman yang telah dia robek kedalam tas kulit coklat miliknya.
Tap...
Sore hari, Greycloud Avenue.
Arshen menampakan sepatu kulit bertali miliknya di atas tanah di depan bar Eaglewood.
Kiek..., suara pintu berderit dan orang orang di dalam menoleh ke Arshen yang berjalan masuk dengan mantel coklat panjang dan mata abu abu kehitaman yang seolah menyembunyikan banyak misteri.
"Oh Mr. Zodiac kebetulan sekali, apa kau sudah menyelesaikan misinya, aku baru saja dengar kau mengambil penyelidikan di 21 Dove Street"
Seorang wanita dengan rambut hitam panjang, mata biru dengan penutup mata di mata kirinya dan bibir pucat miliknya menyapa Arshen yang berjalan masuk dengan segelas bir di tangannya.
"Maaf, Madam apa aku mengenalmu?" Arshen awalnya tampak bingung dengan wanita itu tapi dia segera mengingatnya.
"Tidak, tapi kita bisa berkenalan sekarang, namaku Rostalin" Rostalin tersenyum kepada Arshen sambil meletakan birnya di meja.
Arshen hanya menatap Rostalin yang tersenyum kepadanya.
"Zodiac Moriarty, kalau begitu salam kenal Madam Rostalin" kata Arshen sambil membungkukkan badannya.
"Jadi bagaimana dengan misimu?"
Arshen seolah tersadar dengan tujuannya dia melebarkan matanya dan reflek menarik nafas .
"Ah benar aku melupakannya, tunggu sebentar Madam"
"Leroy aku sudah menyelesaikan misinya apa aku perlu menyerahkan hasilnya padamu?" Kata Arshen sambil berjalan mendekat dan duduk di sebelah seorang pria tua dengan setelan double brested dan kacamata .
"Tidak perlu kau bisa kesini lagi besok aku akan memberitahu pembuatnya nanti" Leroy yang sedang membuat alkohol menanggapi pertanyaan Arshen dengan tenang.
"Apa tidak bisa sekarang?" Arshen merekatkan jari jari di kedua tangannya.
"Hmp..." Leroy berhenti dan menuangkan alkohol yang telah dia racik di gelas dan menyajikannya ke pembeli yang berada di sebelah Arshen.
"Kalau begitu aku akan memberimu alamatnya kau bisa ke sana sendiri"
"Baiklah"
Leroy mengambil kertas dan pena dan menuliskan sebuah alamat di kertas itu lalu menyerahkannya ke Arshen.
"Ini.."
"Terima kasih"
Arshen berdiri dan berjalan ke pintu keluar.
"Tampaknya kau telah menyelesaikannya dengan baik, kau cukup beruntung Mr. Zodiac Moriarty"
Arshen berhenti di depan pintu setelah mendengar perkataan Rostalin di belakangnya, dia berbalik dan bertanya.
"Apa maksudmu madam?"
"Bukan apa apa, tidak perlu di pikirkan"
"Baiklah, kalau begitu sampai jumpalagi madam" Arshen merasa ada yang aneh dengan perkataan Madam Rostalin tetapi dia menghiraukannya dan fokus ke alamat yang di berikan Leroy.
Arshen menapakan kakinya kembali di jalanan gelap bersalju, dengan salju yang turun dari balik kabut abu abu di langit kota garam.
8 Oak Street, itu cukup dekat dengan penginapan Bourguis.
Arshen berjalan sambil mengamati kota yang tampak suram dengan udara dingin yang menusuk.
Tap...
Langit mulai gelap dan beberapa lampu jalan mulai di nyalakan bersamaan dengan itu lampu gedung gedung di kota juga ikut menyala
Arshen sampai di 8 Oak Street sebuah rumah berwarna abu abu dengan dua jendela persegi di kanan dan kiri pintu "Tok...tok, permisi" Arshen mengetuk pintu rumah itu dengan dua ketukan.
Setelah menunggu beberapa saat pintu itu terbuka dan memperlihatkan seorang pria berkumis tebal dengan mata hitamnya, dia juga memakai setelan kemeja putih dan celana hitam.
"Ada yang bisa aku bantu, Tuan?" Pria itu sedikit memiringkan kepalanya karena tak mengenal pria yang mengetuk pintunya.
"Selamat sore Mr. Joe, namaku Zodiac Moriarty, aku disini mengenai permintaanmu di Eaglewood Bar"
"Eaglewood Bar?, ah... kalau begitu kita bisa membicarakan hal itu di dalam, silahkan masuk" pria itu langsung teringat dan mempersilahkan Arshen untuk masuk ke rumahnya.
Arshen duduk di sofa dan mengeluarkan beberapa lembar halaman kertas yang sudah dia siapkan.
"Mr. Zodiac apa kau mau kopi atau teh?"
Apa ini semacam tradisi untuk menjamu tamu?.
"Teh"
Joe berjalan ke dapurnya mengambil sebuah gelas di rak dan mulai membuat Teh untuk Arshen.
Tak..
Joe kembali dari dapur dan meletakan teh yang dia bawa di meja di ruang tamu tepat di depan Arshen dan dirinya.
"Baik, Mr. Zodiac bagaimana dengan permintaanku, apa kau sudah menyelesaikannya?"
Arshen menatap Joe dan mengeluarkan sebuah buku dari tas kulit coklatnya.
"Ya, aku sudah menyelesaikan penyelidikan itu kau bisa melihatnya" Arshen menyodorkan buku yang dia keluarkan dari tasnya kepada Joe dengan kumis tebalnya.
Joe membacanya dengan cepat dari kanan ke kiri dengan cermat sambil mengelus kumis tebalnya.
Di depannya Arshen diam diam memperhatikan sambil mengangkat cangkir teh dan menyesapnya.
"Aku hanya bisa mengumpulkan beberapa informasi dari rumor rumor di sekitar dan orang orang di yang sudah tinggal disana kurang lebih 10 tahunan, aku juga menuliskan beberapa kesimpulan ku disana" Arshen merekatkan kedua tangannya sambil membuang wajahnya ke samping.
"Ya, ini hasil yang cukup bagus, aku dengar ada yang mengambilnya pagi tadi, aku tak menyangka akan menerimanya di malam ini" Joe tampak senang dengan informasi yang Arshen tuliskan di buku itu.
"Sebelum itu Mr. Joe, ada yang ingin aku tanyakan mengenai permintaan ini, apakah kau tidak keberatan"
"Ya, tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan, aku tak keberatan sama sekali"
Arshen menyesap tehnya lagi dan berkata.
"Kenapa kau membuat permintaan ini Mr. Joe"
Joe berhenti membaca dan menatap pria bermantel coklat dengan mata abu abu kehitaman di depannya.
"Seperti yang kau tahu 21 Dove Street adalah tempat yang cukup strategis, tempat itu dekat dengan Oak Street dan GreyCloud Avenue, aku berencana meratakan tempat itu dan mengubahnya menjadi restoran atau unit sewaan.
"Bukankah pemilik tanah itu sebelumnya adalah Anderson Woles, apa dia masih memiliki kerabat yang mengambil alih tempat itu, dan kau membeli tanah itu darinya?"
Joe kembali membaca buku yang di berikan Arshen dan membalik halaman demi halaman sambil menjawab pertanyaan Arshen.
"Tidak, aku mendapatkannya dari walikota Garam, tetapi setelah aku menyelidikinya, tempat itu ternyata memiliki banyak rumor yang membuatku khawatir, salah satunya rumor terkait hantu dan pemujaan terhadap dewa jahat atau hal hal sesat, jadi aku meminta beberapa detektif swasta untuk menyelidikinya tapi mereka semua menghilang tanpa kabar, ini membuatku cemas dan akhirnya memasang permintaan itu di papan misi Eaglewood Bar"
Itu masuk akal dan dari ekspresi serta gerak tubuhnya tampaknya dia tak berbohong, kalau begitu apakah tanah itu akhirnya di ambil oleh walikota Garam karena tak ada pemiliknya, tapi sepertinya aku tahu dimana para detektif itu berakhir sekarang. Arshen mengangguk sambil membayangkan kembali tumpukan mayat kering dengan belatung putih dimana mana.
Joe membuka buka halaman lainnya dan menutup buku itu kembali dan meletakkannya di meja.
"Mr. Joe sebenarnya aku tak ingin membicarakan ini tapi, sebenarnya ada beberapa hal yang tidak aku tuliskan di buku itu dan itu mungkin ada kaitannya dengan beberapa detektif yang menghilang, dan ini mungkin sangat berbahaya"
"Apa itu.." Joe mendongakkan kepalanya dan menatap mata abu abu kehitaman Arshen.
Arshen memasang ekspresi enggan dan mengerutkan keningnya.
Aku harus menceritakannya, aku tak ingin hal ini akan menjatuhkan korban karena aku tetap bungkam, setidaknya dia harus tahu hal ini.
Dengan menguatkan dirinya Arshen menceritakan kembali semua kegilaan yang dia rasakan mulai dari dia yang terjebak dalam mimpi aneh, mayat wanita yang di gantung, dan tumpukan mayat kering di dalam rumah itu secara detail.
Joe yang mendengarnya langsung gemetar dan berkeringat dingin, bibirnya gemetar dan berkata, "Ka, kalau begitu kenapa kau tak langsung segera pergi ke kepolisian atau melaporkan ini ke gereja"
Arshen menelan seteguk ludahnya dan berkata.
"Aku tidak ingin terlibat lebih jauh Mr. Joe..."
Arshen berhenti sejenak dan melanjutkan.
"Aku tak keberatan jika kau mau melaporkan hal ini, hanya saja aku mohon kau tak menyebut nama Zodiac Moriarty dalam masalah ini kedepannya Mr. Joe"
Arshen meneguk teh di cangkir.
Joe mengusap wajahnya dan menatap kosong pria di depannya seolah baru saja mendengar cerita horor yang membuat bulu kuduknya berdiri
"Hah..., apa yang sudah aku lakukan"kata Joe pelan sambil menundukkan kepalanya dan mencubit pangkal hidungnya.
Joe segera meraba saku celananya dan mengeluarkan dompet kulit untuk mengambil 12 uang kertas bergambar wanita seragam militer dan kata Pound di ujung sampingnya.
"Ambilah itu upahmu dan anggap saja 2 pound itu kompensasi untukmu karena telah menempatkan mu dalam bahaya".
Arshen menerimanya dengan sedikit memasukan bibirnya kedalam mulut dan tersenyum pahit "kalau begitu aku pamit dulu, selamat malam Mr. Joe"
Arshen berdiri dan berjalan keluar dari 8 Oak Street menatap gelapnya langit malam.
Dengan uang ini aku bisa menyewa rumah dan hidup setidaknya satu tahun di kota ini, tapi dengan kejadian hari ini jika aku ingin tetap bertahan, aku butuh kekuatan, apa aku perlu ke pasar gelap untuk mencari informasi mengenai ritual untuk menjadi Commoner?. Hmm..., saat ini aku punya informasi tentang ritual murderer, tapi aku tak ingin memiliki kekuatan yang membuatku membunuh orang yang tak bersalah.
Arshen berjalan dengan termenung dan memasukan tangannya yang di lapisi sarung tangan hitam bermotif bintang ke saku mantel coklatnya.
Ritual murderer ini mungkin hanya menakutkan di namanya saja, tapi itu tak membuatku harus membunuh orang yang tak bersalah, tapi untuk berjaga jaga aku akan mencari ritual lain lebih dulu dan melihat kondisiku di masa depan.
Arshen berhenti dan menatap toko roti di seberang jalan dan berjalan membeli roti tawar untuk dia makan di sepanjang jalan.
Arshen tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun dan berjalan melewati dinginnya malam.
...
Rabu pagi.
Hari itu cerah dan 21 Dove Street di penuhi petugas polisi yang mengenakan pakaian hitam putih yang memiliki pistol di pinggang maupun di balik mantelnya.
Seorang Inspektur polisi tampak melaporkan sesuatu kepada seorang pria bermata hijau zamrud berdasi putih dengan double brested dan topi tinggi berwarna hitam.