Tap..
Sepatu kulit bertali menginjak rumput segar sambil di terangi kunang kunang yang beterbangan di bawah cahaya bulan keunguan.
Seorang pria bermantel coklat panjang dengan mata abu abu kehitaman berjalan melewati jalan setapak seolah tanpa tujuan yang jelas.
"Hoaamm..., luka di kakiku sudah tertutup, mungkin besok akan sembuh, apa belati itu punya kekuatan supranatural yang dapat menyembuhkan luka yang di akibatkan olehnya?" Arshen menguap sambil memasukan kedua tangannya ke saku mantelnya.
"Yah, anggap saja itu hadiah karena dia manusia pertama yang aku temui di dunia ini, dan itu mengkonfirmasi ingatan Arshen mungkin benar adanya" Arshen berhenti sejenak untuk mengamati sungai kecil yang mengalir tak jauh darinya.
Tap...
Arshen mendekat ke depan sungai, dia menunduk, mengatupkan kedua telapak tangannya, lalu meminum dua teguk air sungai yang jernih, Arshen tersenyum pahit lalu berjalan ke jembatan kayu tua yang menghubungkan kedua daratan yang di pisah sungai itu.
Tap...
Arshen berdiri di atas jembatan tua mengangkat tangan kanannya, meletakkan telapak tangannya di rambut hitamnya lalu menariknya ke bawah, sehingga wajahnya tertutup dengan jari jari yang tertutup sarung tangan hitam dengan motif bintang.
Di depan matanya sungai jernih yang memantulkan bulan dan bintang tergambar di mata abu abu kehitaman miliknya, Arshen merenungkan kembali segala sesuatu yang ada di pikirannya, dia menurunkan tangannya untuk memegang kayu jembatan dengan kedua tangannya.
Arshen mengencangkan cengkeramannya pada kayu jembatan, membuka mulutnya dan terkekeh lalu tertawa dengan lantang seperti orang yang telah kehilangan akal.
"Hehehahahaha..., hahahahh, hahhahaha" Arshen mencondongkan tubuhnya sambil menatap arus air sungai yang memantulkan bintang bintang.
"Ini terasa begitu nyata..., hahaha..., rasa sakit dan perasaan ini juga benar benar nyata...., hahahah, mereka juga sangat nyata, hahaha...ha..ha..".
Arshen berhenti tertawa, melemaskan genggamannya, memutar tubuhnya , dan terduduk dengan wajahnya menatap langit.
Kalau seperti ini apa masih ada harapan untuk kembali?.
"Seseorang pernah bilang salah satu cara mencari jalan pulang ketika tersesat adalah melihat ribuan bintang di langit, tapi bagaimana caranya?".
Arshen menghembuskan nafas dari hidungnya dan terkekeh sambil menundukkan kepalanya.
Kunang kunang di sekitar mendekat menerangi Arshen yang sedang terduduk dan terbang mengelilinginya seolah mereka mencoba menghibur ketidakberdayaan dan kesedihan Arshen.
Seekor kunang kunang kecil mendarat di lutut Arshen, Arshen tersenyum tanpa mengatakan apapun Jika.., jika aku tak bisa kembali lagi, seandainya hal itu benar benar terjadi, mungkin..,menjadi kunang kunang yang dapat menerangi malam tidaklah buruk.
Arshen menutup matanya, otot otot wajahnya mengendur sehingga tampak wajah pucat kelelahannya terlihat dengan jelas
Seperti inilah aku, aku adalah Arshen Constantine aku bukan lagi Luki Constantine ataupun Arshen Rosselvelt, sekarang aku adalah keduanya.
"Fiuhh..." Arshen menghelakan nafasnya sekali lagi dengan raut wajah lega.
Arshen sedikit demi sedikit mulai tertidur dengan terduduk bersandar di jembatan kayu tua,
Suara arus air, suara kepakan sayap kunang kunang, dan suara angin yang berhembus terdengar lebih jelas di telinga Arshen, seolah menyatu dan menjadi lagu pengantar tidur untuknya.
"Entah kenapa ini menjadi sangat nyaman, selamat malam tuan dan nyonya kunang kunang"
...
Sinar matahari terbit menyinari seorang pria yang tertidur bersandar di jembatan kayu dengan mantel coklat dan sarung tangan hitam bermotif bintang di tangannya.
Arshen menopang tubuhnya dengan tangan kanannya, dia menekan tangannya dan mencoba berdiri dengan menegakan kakinya.
Tap...
Arshen berjalan ke tepi sungai dan menundukkan tubuhnya, mengatupkan kedua tangannya dan meminum 2 teguk air sungai dengan tangannya.
"Ini segar sekali" Arshen memasang wajah datar dan mengambil beberapa tegukan lagi.
Dia menatap air sungai yang mengalir sejenak sebelum berjalan keluar dari sungai dan pergi untuk mencari beberapa ranting kering.
Tap...
Arshen kembali kesekitar sungai dan meletakan ranting yang sudah dia kumpulkan dan menyusun 2 batu besar di kanan dan kirinya.
Arshen mencopot mantel panjang, memperlihatkan kemeja putihnya, dia juga melepas sepatunya dan melipat bagian bawah celana hitamnya hingga ke lutut, Arshen mengeluarkan pisau kecil dari tas kulitnya dan melancipkan beberapa ranting yang dia temukan.
Blub...
Arshen mencelupkan kaki telanjangnya ke sungai, membasahi kakinya dengan air dingin sungai. Sambil membawa ranting lancip yang sudah dia persiapkan, Arshen menoleh ke kanan dan kiri, mengambil posisi untuk melemparnya kapan saja.
Plak...
Satu rating di lemparkan ke ikan seukuran telapak tangan, ikan itu tertusuk dan memberontak dengan menggerak gerakan tubuh dan ekornya.
Blup..
Ranting lain dilemparkan tetapi meleset dan menembus air sungai. membuat ikan itu lari dan menghilang dari pandangan Arshen.
Arshen mengerutkan keningnya dan mencak kesal. Sial...!
Jleb...
Ranting lainnya di lemparkan dan berhasil mengenai ikan yang di targetkan Arshen.
"Sepertinya ini cukup" Arshen tersenyum seolah membanggakan dirinya sambil membawa ikan itu ke tepian.
Arshen mengambil pisau kecilnya dan membuang jeroan serta sisik ikan ikan yang sebelumnya dia tangkap dan menusukkannya ke ranting kayu.
"Apakah ini benar benar aman saja jika aku makan" Arshen menatap ikan itu dengan tatapan ragu dan cemas.
Krwuk..., suara perut yang berbunyi.
Arshen menyalakan api dan membakar ikannya.
"Jamur yang sebelumnya aku makan aman aman saja, berarti yang ini seharusnya aman kan"
Beberapa waktu berlalu ikan bakar telah matang, Arshen meniup ikan itu karena panas dan langsung langsung memakannya.
Hap..., ini tidak buruk, aku harap aku tidak akan mati karena semacam parasit atau apapun setelah memakan ikan ini. Pikirnya sambil menikmati ikan yang di makannya dengan bahagia.
...
Setelah mengenyangkan perutnya Arshen memakai kembali sepatu dan mantel coklat panjangnya, meletakan kembali barang barang yang sebelumnya ada di tas kulitnya, Arshen kemudian lanjut berjalan mengikuti jalan setapak dengan tersenyum.
"Ternyata benar seseorang akan lebih bahagia dan berpikir dengan jernih ketika sedang kenyang" gumam Arshen dengan kedua tangannya di masukan ke kantong mantel coklatnya.
Setelah mengucapkan selamat tinggal ke jembatan kayu, Arshen melanjutkan perjalanannya.
Tap...
Sebuah kereta kuda mendekat ke arah Arshen dari kejauhan.
Sebuah kereta kuda?, apa sekarang aku berada di zaman dimana kuda adalah kendaraan umum?.
Kereta kuda itu berhenti tepat di depan Arshen memperlihatkan kuda putih dan hitam dengan gerbong yang di buat dengan motif yang simetris dan indah, kusirnya memakai pakaian hitam dan topi tinggi dengan bulu putih.
Klak...
Pintu kereta kuda itu terbuka, memperlihatkan seorang pria berambut hijau tua panjang yang disisir rapi dengan cincin safir di hari telunjuknya.
Pria itu memakai pakaian double brested dengan topi tinggi hitam dengan tongkat di tangan kirinya, dia menatap Arshen yang sedang berdiri dengan mantel coklat panjangnya.
"Masuklah.." pria itu menyuruh Arshen untuk masuk.
Hah..?, apa..., apa aku mengenalnya?.
"Maaf, tapi apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Arshen bertanya memastikan.
Pria itu terdiam sejenak dan mulai terkekeh.
"Ingatanmu buruk sekali.., kita baru 6 bulan tak bertemu dan kau sudah melupakanku, ini aku Broughstone" Broughstone memasang raut wajah kesal sambil memandang Arshen.
Broughstone?,ah.., dia Mr. Broughstone yang seorang Commoner itu, apa yang dia lakukan disini.
"Ah.., maaf aku tidak dapat menentukan waktu akhir akhir ini" Arshen tersenyum sambil menaiki kereta Broughstone.
"Jalan" Broughstone memerintahkan kusirnya untuk melanjutkan perjalanan.
Plak...
Kereta kuda itu kembali bergerak dengan Arshen dan Broughstone di dalamnya.
"Jadi Mr. Broughstone kemana saja kau selama ini" Arshen bertanya dengan terus terang.
"Ceritanya panjang singkatnya aku sekarang harus bersembunyi dari The Hat, mereka mengawasiku karena aku telah mencapai pathway 7 saat itu" Broughstone mengelus tongkatnya sambil menjelaskan.
Pathway adalah sebuah tingkatan dalam dunia mistis di mulai dari Pathway 9 Commoner yang berarti seseorang yang baru mengetahui dan percaya dengan dunia mistis, kemudian Pathway 8 adalah seseorang yang telah mengambil ritual role dan mampu menggunakan atau memanipulasi energi mistis sesuai role mereka, sebagai contoh role Sorcerer yang di ambil oleh Mr. Broughstone.
Arshen menatap Mr. Broughstone sambil mencubit dagunya dan bertanya kembali dengan penasaran."The Hat, apa itu?"
"Sederhananya mereka adalah organisasi Commoner resmi yang di bangun oleh gereja dan kerajaan, kami menyebut diri mereka dengan The Hat yang di bagi menjadi White, Black, dan Grey Hat, sedangkan yang mengawasiku adalah White Hat dari Gereja of Truth" Broughstone menjelaskan singkat.
"Bagaimana denganmu, aku dengar kau berhenti menjadi pemain sirkus, apa kau sudah mengambil role?" Broughstone lebih dulu bertanya sebelum Arshen mengatakan sesuatu.
Mengambil Role.., tunggu.., jadi apakah yang sebenarnya Arshen lakukan di hutan itu adalah untuk melakukan ritual role?.
Seolah menyadari sesuatu bersamaan dengan itu sebuah pecahan ingatan terlintas di kepala Arshen, itu adalah ingatan ketika Arshen datang ke sebuah bar dan mendapat informasi dari seseorang tentang ritual role Killer.
Murderer, sebuah kata terngiang ngiang di kepala Arshen yang langsung mengerutkan keningnya.
Gawat..., tidak..., ini apakah aku telah mengambil Role dan menjadi murderer, apa yang kau lakukan Arshen...
Tidak tunggu kalau di pikir pikir sekarang jadi masuk akal kenapa aku memiliki belati putih itu, itu adalah salah satu bahan ritual murderer, otot otot Arshen tiba tiba menegang karena apa yang dia pikirkan.
Tapi.., menurut ingatan Arshen untuk melakukan ritual Murderer aku perlu darah manusia yang di campur dengan darah hewan karnivora yang di fermentasikan dengan di kubur di tanah selama seminggu, karena darah itu tak kulihat saat masih di hutan itu artinya darah itu masih di kuburkan disana.
Fiuhh..., otot otot Arshen kembali mengendur dan Arshen bernafas lega.
"Ahh.., maaf, tapi sepertinya aku belum melakukan ritual" Arshen menjawabnya dengan nada bingung dan ambigu, karena Arshen sendiri juga tidak yakin apakah dia sudah menjadi Killer atau belum.
Broughstone menatap Arshen dengan mata birunya seolah menyadari ada hal yang Arshen sembunyikan, tapi dia menekan kata katanya dan berkata.
"Begitu ya, itu bagus kau tak perlu terburu buru, lagipula ini adalah jalan iblis yang tak memungkinkan seseorang untuk kembali"
"Jalan iblis?" Arshen bertanya dengan heran.
"Ya, saat seseorang melakukan ritual role, akhir dari mereka yang melakukannya hanya ada dua yang pertama adalah menjadi lebih kuat dan yang kedua adalah menjadi monster dan kehilangan jati diri mereka sebagai manusia, jadi kau harus memikirkannya dengan benar benar matang, ingat Pathway 8 adalah garis start yang tak mungkin untuk di ubah" kata Broughstone dengan mata yang seolah penuh penyesalan.
"Baiklah, baiklah.." Arshen memalingkan wajahnya ke jendela kereta kuda dan menyilangkan kakinya.
"Ngomong ngomong, apa yang kau lakukan selama ini", kata Broughstone sambil mengelus tongkatnya.
"Aku tersesat di hutan, apa kau percaya itu Mr. Broughstone" Arshen menjawab tanpa melirik ke arah Broughstone.
Broughstone terkekeh sambil mengetukan tongkatnya ke kayu lantai kereta kuda
"Ya, aku tak terkejut kalau kau tersesat di hutan magis Elden, malahan aku memujimu bisa keluar dari area itu.
"Elden..?, jadi itu namanya, ah, kau bilang sudah 5 bulan kita tak bertemu, memangnya tanggal berapa sekarang"
"Sekarang tanggal Senin 21 Desember 1501"
Arshen menoleh, menatap Broughstone dan mengerutkan keningnya karena terkejut dan seolah memikirkan sesuatu dan langsung bertanya.
"Tunggu, kalau begitu sekarang seharusnya musim dingin, tapi kenapa masih ada Padang rumput, dan pepohonan yang penuh daun, dan kenapa udara di sekitar sini tak terasa begitu dingin" Arshen seolah menyadari keanehan lingkungan di sekitarnya dan mulai
"Jadi kau tak tahu, ku pikir kau sudah tahu itu" Broughstone melebarkan matanya, terkejut dengan ketidaktahuan Arshen.
"Hah.., apa maksudmu"
"Huff...,singkatnya semua keadaan disini itu karena kita masih di hutan Elden, beberapa saat lagi kita seharusnya akan keluar dari area hutan Elden dan udara dingin akan mulai terasa, ini mengejutkanku, ku pikir kau kesini karena ingin bertemu denganku yang bersembunyi disini" Broughstone menghelakan nafasnya sambil menutup mata.
Sial, jadi gadis sialan itu membodohiku, dan sebenarnya aku masih di hutan Elden, tch...saat ini mungkin aku beruntung karena bertemu Mr. Broughstone, bagaimanapun hutan magis dapat membuat orang orang tersesat jika tak memiliki pemandu.
Arshen mengerutkan keningnya dan mengencangkan otot di wajahnya serta mengeraskan kepalan tangannya karena kesal, sambil dia membayangkan seorang gadis bertudung yang tertawa puas karena telah menipunya.
Arshen menghirup udara melalui hidungnya dalam dalam dan membuangnya untuk meredakan emosinya.
"Mr. Broughstone, apakah kau tahu sesuatu tentang Daylight Order?" Arshen bertanya dengan nada sedikit kesal.
Broughstone memiringkan kepalanya dan berfikir sejenak.
"Daylight Order?, entahlah, aku tak pernah mendengarnya, mungkin itu organisasi tersembunyi dan kuno atau organisasi misterius yang baru terbentuk, kenapa?, apa kau terlibat dengan mereka?" Broughstone menatap Arshen dengan curiga.
"Tidak, tidak perlu di pikirkan, lupakan saja hal itu". Arshen tak menanyakan lebih jauh dan mencoba menghentikan pembicaraannya.
Klak...klak..
Beberapa jam berlalu, udara dingin yang menusuk tulang mulai terasa di udara.
"Kita sudah sampai, aku tak bisa mengantarmu lebih jauh lagi kau bisa berjalan dari sini ke utara disana ada kota kecil bernama Garam" Broughstone membukakan pintu kereta kudanya sambil melirik Arshen yang berjalan keluar.
"Baik, terimakasih Mr. Broughstone"
Ucap Arshen yang membungkukkan badannya dengan mantel coklat dan sarung tangan bermotif bintang di tangannya.
"Ah, aku lupa.., mulai sekarang kau harus memanggilku Sigrid Barnovelt, aku harus merubah identitasku untuk jaga jaga"
"Kalau begitu sampai jumpa lagi Mr. Sigrid"
"Baiklah Mr. Arshen, semoga dewa takdir memberkati perjalananmu, aku menantikan pertemuan kita selanjutnya, temanku.."
Arshen terkekeh dan berbalik, menjawabnya dengan melambaikan punggung tangannya."Yah, semoga dewa juga memberkatimu Mr. Sigrid".
Broughstone tersenyum tanpa mengatakan apapun, dan menutup kembali pintu kereta kuda.
"Jalan"
Kereta kuda itu berjalan menjauh hingga mata Arshen tak mampu melihatnya lagi.
"Seorang teman yah.., tidak buruk, aku menyukainya" Arshen berbicara sendiri sambil berjalan ke arah kota Garam.
Tap..tap...
Tak lama kemudian Arshen sampai di kota dengan arsitektur mesin dan uap, pipa pipa besi yang ada di seluruh bangunan, kabut tebal di udara, dengan bangunan bangunan bergaya klasik, dan tren pakaian seperti seorang pria yang berjalan dengan tongkat dan topi tinggi, seorang wanita yang berjalan menggunakan gaun dengan topi jala atau topi bundar, mereka lalu lalang di bawah udara dingin dengan menggunakan syal dan melapisi baju mereka dengan pakaian tebal yang terbuat dari wol atau bulu hewan.
Kota itu tampak hidup tapi juga penuh kesuraman yang tak dapat di jelaskan, Arshen menelan seteguk ludahnya dan berkata "Ini adalah kota pertama yang ku singgahi di dunia ini, ternyata ini memang kenyataan yang tak bisa ku sangkal lagi".
"Fiuhhh..." Arshen melangkahkan kakinya memasuki kota sambil menghelakan nafasnya yang terlihat seperti uap putih dan menghilang di udara.
Tap..., Arshen berjalan melewati bangunan bangunan seperti gedung beton yang di penuhi pipa besi, toko roti yang memperlihatkan rotinya dari balik kaca jendela, sebuah restoran dengan pria dan wanita yang tampak bahagia menyantap makanannya dari balik jendela kaca, seorang pria berpakaian hitam putih dengan pistol di pinggang dan lencana bintang di dadanya, seorang anak kecil yang membeli manisan dan bermain dengan temannya, dan seekor anjing jalanan yang menjulurkan lidahnya dengan uap putih keluar dari mulutnya.
"Haha, apakah kenyataan ini yang seperti mimpi ataukah mimpi ini yang seperti kenyataan"
Arshen berjalan semakin jauh ke tengah kota, dan melihat bangunan mirip katedral yang memiliki simbol pedang vertikal dengan bintang di belakangnya,
"Sebuah tempat keagamaan?, katedral?"
Arshen duduk di bangku memandang katedral dan berbagai orang yang berjalan keluar masuk di sekitarnya.
Sebuah katedral?, lambang pedang vertikal dan bintang, apakah itu katedral Goddess of Night and Starlight?, terdapat 4 gereja yang berdiri di Seraphia dan dikenal semua orang, di mulai dengan gereja kebenaran (church of truth), gereja malam (church of night), gereja nafsu (church of lust), dan gereja kemutlakan (church of insonabilis), setiap dari mereka memuja dewa berbeda seperti God of Truth dan Goddess of Night and Starlight.
Arshen berdiri dari duduknya dan kembali berjalan, sambil melihat lihat kota yang tampak menakjubkan itu, merasa udara di sekitar semakin dingin Arshen menghampiri sebuah kedai minuman lokal yang masih buka di sebuah jalan bernama Branch street yang tak jauh dari tengah kota, dia membuka pintu kedai dan melihat ke kiri dan kanan dengan mata abu abu kehitamannya untuk melihat sedikitnya pengunjung disana,
"Bos, Oaklea satu" Arshen duduk di kursi yang telah di siapkan dan memesan minuman sambil mengambil dan membaca koran yang ada di meja, di halaman depan memperlihatkan berita tentang Quedagh Merchant Company yang telah sukses memasarkan telegram ke seluruh kerajaan Seraphia dan Republik Abaron.
"Baik"
Oklea adalah minuman hangat umum yang ada di kota kota dalam kerajaan Seraphia, itu adalah minuman yang di buat dengan jahe dan teh yang di campur dengan perasaan jeruk nipis, rasanya hangat tetapi juga ada sedikit asam dan pahit.
Dug..., segelas Oklea panas berwarna putih keruh tersaji di depan Arshen, dengan uap hangat yang keluar dari minuman itu, Arshen mencoba menyeruput minuman itu pelan pelan.
Aku sebenarnya terkejut ternyata ada beberapa rempah yang ku kenal di bumi ada juga disini, sepertinya dunia ini tidak terlalu buruk.
Arshen menyeruputnya sedikit demi sedikit untuk menghangatkan tubuhnya.
Selesai meminum Oklea Arshen mengeluarkan 1 koin tembaga dengan gambar angka 1 untuk membayar minumannya."Terimakasih" Arshen berjalan keluar dari kedai dan melihat turunnya salju putih dari langit.
1 koin itu adalah 1 pearl, di dunia ini juga ada mata uang seperti pearl, perak, dan pound, 10 pearl setara dengan 1 perak, sedangkan 1 pound setara 20 perak, jadi 200 pearl sama dengan 1 pound, yang artinya 1 pound setara dengan 200 Oklea.
Saat ini aku hanya punya 6 perak yang tersisa apakah ini cukup untuku bermalam di kota ini?, pertama mari cari penginapan yang bagus dan tidak terlalu mahal dulu., ah..., dan aku juga perlu mencuci bajuku ini ini hampir berbau busuk.
Arshen keluar dari kedai dan berjalan mencari sebuah penginapan untuk bermalam, dalam perjalanannya Arshen melihat pengemis yang kedinginan dan meringkuk di pinggir jalan dengan salju di sekitarnya dan anak laki laki yang kedinginan dengan pakaian compang camping sedang meringkuk dan menggigil di sudut bangku dengan kedinginan, seolah dia bisa mati kapan saja.
Arshen yang melihatnya merasa kasihan dengan anak laki laki itu. Bahkan di dunia manapun sesuatu seperti ini tetap ada.
Arshen mendekati anak laki laki itu dan mengajaknya berbicara di bawah udara dingin yang menusuk tulang.
"Hei..., siapa namamu?" Arshen duduk di sebelahnya dan menatap anak itu.
Anak itu seolah antara takut dan ragu mencoba membenarkan posisi duduknya, menatap Arshen yang duduk di sebelahnya, dan menjawab dengan suara pelan.
"Finn"
"Finn, nama yang bagus.., apa kau punya keluarga atau kerabat lain?" Arshen berkata tanpa memandang Finn yang duduk di sebelahnya.
Finn mencoba menjawab tapi seolah mulutnya membeku karena dingin, anak itu dengan susah payah menjawab.
"Ti..,tidak"
"Begitu kah" Arshen menghilangkan senyumannya sesaat.
Arshen merogoh sakunya dan mengeluarkan sekeping koin perak dengan angka 1 di salah satu sisinya dari kantong mantel coklatnya, Arshen meraih tangan Finn yang sedingin es dan membuka kepalan tangannya.
"Ini untukmu, kau tak perlu mengkhawatirkan apapun, kau bisa menyimpan koin itu, jika kau ingin mengembalikannya maka kembalikan setelah koin itu menjadi seribu kali lebih banyak" Arshen tersenyum dengan senyuman tulusnya di bawah angin dingin yang berhembus di sekelilingnya.
"Kalau begitu sampai jumpa". Arshen berdiri dan berjalan beberapa langkah dan berhenti karena mendengar sebuah suara dari belakangnya.
"Ttt..,tuan tunggu..." Finn memanggil pria misterius di depannya sebelum dia pergi menjauh.
"Nama.., siapa namamu tuan..?" Finn bertanya dengan mulut dan tubuh gemetar karena kedinginan.
Arshen menoleh ke arah Finn dan terkekeh seolah mengingat sesuatu, sambil membungkukkan tubuhnya dia berkata.
"Zodiac Moriarty"
Arshen berbalik lagi meninggalkan Finn yang menggigil kedinginan dan berjalan pergi menjauh untuk mencari penginapan.
Tap..
Arshen sampai di depan sebuah penginapan bernama Bourguis Inn yang berada di Oak Street, Arshen membuka pintu dan berjalan masuk, Arshen segera mendekat ke meja resepsionis dan berbicara ke resepsionis perempuan di hadapannya"1 kamar"
"Baik, tolong tunjukan dokumen identitas anda dan biayanya 1 perak 2 pearl perhari, dan kau akan mendapatkan makanan 2 kali sehari disini" Resepsionis itu melayani Arshen dengan ramah.
Arshen mengeluarkan dokumen identitasnya dan menyerahkannya bersamaan dengan satu lembar uang kertas dan dua koin ke resepsionis di depannya.
"Baik, ini kunci untuk kamar nomor 255 milik anda Mr. Rosselvelt".
Arshen menerima kunci itu dan langsung pergi ke kamarnya, sesampainya disana Arshen mencopot mantel, sepatu dan pakaian lain yang dia kenakan untuk langsung pergi mandi.
Arshen berendam di bathtub yang telah di isi air panas.
Ekspresinya langsung meleleh, seolah rasa lelah dan penatnya langsung hilang saat itu juga.
Berendam dengan air panas di cuaca dingin seperti ini adalah yang terbaik, dan air panas di sini benar benar cocok untukku, ini benar benar penginapan yang bagus, fiuhh...
Arshen tersenyum puas sambil mencelupkan wajahnya ke air dan membasahi kepalanya dengan air panas.
Setelah beberapa menit berlalu, Arshen keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk, mengambil pakaiannya yang berbau busuk dan mencucinya hingga bersih lalu mengeringkannya dengan mesin pengering yang di sediakan penginapan.
Penginapan ini bahkan menyediakan pengering, satu perak ku tak sia sia, ini sepadan, jika tidak aku akan terus berkeliaran dengan bau busuk yang menempel di bajuku.
Arshen memakai bajunya kembali setelah benar benar kering, setelah selesai Arshen langsung melompat ke ranjang tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Hahh..., bagaimana caraku untuk mendapat uang?, apakah ada cara cepat untuk mendapatkan uang di dunia ini, uangku hanya tersisa 3 perak 8 pearl, dan biaya permalam penginapan ini adalah 1 perak 2 pearl aku hanya bisa bertahan satu hingga dua malam lagi di sini, hah..., di dunia ini pun uang tetaplah sangat penting, apapun itu akan aku pikirkan besok"
Arshen mengubur jauh jauh pemikirannya dan memilih untuk tidur dan beristirahat saat itu.