Chereads / Chronophobia (Indonesia) / Chapter 41 - Konflik Batin

Chapter 41 - Konflik Batin

Kejadian di hari Selasa itu membuat Sastra tidak bisa tenang. Sejak kejadian itu, dia melihat Martin seperti orang yang berbeda, asing dan jijik kepadanya. Setiap kali Sastra melihat Martin menyapa teman-temannya dia merasa jijik. Apalagi ketika Martin menyapa Isabel dan sempat melakukan tos dengannya. Dia merasa seakan ingin sekali memotong tangan Martin yang penuh dosa itu. Tidak akan ada yang tau jika ternyata Martin baru saja melakukan hal itu, tetapi tidak mencuci tangannya. Meski sudah mencuci tangan, tangannya masih bekas melakukan itu. Bayangkan berapa banyak orang yang ia sentuh dan mereka tidak tau apa yang dilakukan Martin. Akhirnya hanya Sastra saja yang tau dan harus menyimpan rasa jijiknya itu sendiri

Beberapa hari setelah kampanye calon ketua OSIS, pemungutan suara pun dilaksanakan. Sastra bersama circlenya pergi ke aula untuk memilih calon ketua OSIS. Martin seperti biasanya bersikap riang dan antusias, dia berkata, "Mending kita pilih kak Julia aja, rek" Lalu Tiana bertanya, "Kenapa emangnya?" "Yah, soalnya keliatan bagus aja pas kampanyenya," tetapi Levin tidak setuju, "Kalau kata kakak gue lebih bagus kak Devan. Dia juga lebih disukai di OSIS, populer di kalangan anak-anak dan guru." "Terserah kalian aja, ini juga pilihan masing-masing kan…"

Setelah pembicaraan itu, mereka berbaris untuk masuk ke dalam aula. Setelah berbaris agak lama, Sastra pun masuk ke dalam aula yang sudah tertata. Terdapat 6 tempat pemilihan yang terpisah dan saling berjarak. Di setiap titik pemilihan terdapat meja dan komputer yang digunakan untuk pemilihan. Setiap komputer sudah diatur sehingga anak-anak hanya perlu memasukkan NIS dan memilih 1 dari 2 kandidat.

Sastra duduk di kursi yang berada di ujung dekat gamelan, lalu dia mengisi sesuai ketentuan di komputer itu. Dari 2 kandidat yang tersedia dia memilih Devan. Sastra tidak peduli dengan siapa yang menjadi OSIS, dia menoleh ke arah Martin yang duduk berseberangan dengannya. Dia menatap Martin dengan sinis.

Apa yang harus kulakukan pada Martin? Harus ku apakan video ini? Aku merasa jijik jika harus menyimpannya di HPku. Menghapusnya? Tapi kalau dihapus bukti Martin onani di kelas akan hilang. Dia juga akan lanjut hidup seperti biasanya, tapi apa yang terjadi kalau dia melakukan hal itu lagi? Tck, aku gak tau harus ngapain…

Hampir setiap hari ketika ada waktu luang atau tidak ada tugas, Sastra akan memikirkan tentang masalah ini. Kadang ia akan mengingat kejadian saat Martin sedang melakukan hal itu di kelas. Lalu Sastra akan teringat akan Isabel dan semua pilihan yang bisa ia lakukan, tetapi tidak ia lakukan. Semua itu hanya membuatnya semakin benci pada dirinya sendiri dan Martin.

Sastra pun berdiri lalu berjalan ke luar aula, di depan aula ada meja dengan kakak-kakak OSIS yang sudah menunggu. Sastra bertanya, "Jarinya di cap dulu di sini, kak?" lalu kakak OSIS itu menjawab, "Iya, silakan." Sastra menggunakan jari kelingkingnya untuk menyentuh cap berwarna ungu itu. Ia tekan jarinya hingga ujungnya berwarna ungu berwarna ungu. Lalu dia mengeringkan jarinya dengan tisu yang disediakan.

Tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Sastra langsung menoleh ke arah pelaku itu. Dia sudah berlari, Levin berlari keluar lapangan dan menaiki tangga sambil tertawa. Sastra pun membatin, Sialan emang anak-anak ini…

Terpaksa, Sastra harus pergi ke kamar mandi untuk membersihkan noda yang ada di wajahnya. Dia membuka keran air yang ada di wastafel, tetapi tidak ada air yang keluar dari dalamnya. Sastra tidak kaget justru dia lupa kalau wastafel yang di bawah tidak bisa digunakan. Ini bukanlah wastafel pertama yang tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Sehingga Sastra harus menggunakan keran yang ada kamar mandi.

Kemudian Sastra kembali ke kelas, tempat itu sudah penuh dan pelajaran sudah dilanjutkan. Dia duduk di bangkunya yang berada tepat di sebelah Martin. Saat duduk 1 bangku bersama Martin, Sastra sudah bersikap diam dan tidak terlalu banyak bicara. Namun, sekarang dia semakin diam dan tidak berbicara padanya kecuali diajak bicara.

Saat duduk Sastra melihat ke arah buku kotak Martin yang terbuka dan berisikan rumus-rumus dan soal. Sastra langsung ingat dengan tugas matematika yang diberikan gurunya. Isi dari tugas itu adalah soal-soal matematika dari berbagai materi yang akan diujikan di ujian akhir semester nanti. Ujiannya sendiri sudah sangat dekat, tepatnya minggu depan. Sehingga anak-anak ambis dan rajin akan segera menuntaskan tugas-tugas sekolah yang belum mereka selesaikan. Mereka akan mencari bahkan sampai menanyai guru pelajaran itu langsung.

Sastra sendiri sudah menyelesaikan tugas matematika yang diberikan dan sekarang dia hanya perlu mengumpulkan tugasnya untuk dinilai. Namun, saat dia akan berdiri Martin berkata, "Sas, sebentar aku mau lihat jawabanmu, please sebentar aja." "Oke," Sastra pun duduk lagi dan meminjamkan bukunya. Lalu Martin menjawab, "Makasih Sas, oh ya kamu jadi apa pas panen karya nanti?"

"Emang panen karya itu kapan?" Martin pun menjawab sambil menulis, "Habis ujian akhir semester. Pokoknya nanti kita per kelas harus menampilkan sesuatu, huhh aku malah diajak band musik buat tampil. Nanti Becca yang nyanyi dan aku bagian main piano."

"Aku baru tau Becca bisa nyanyi, berarti kita nanti bakal menampilkan musik gitu pas panen karya?"

"Ya, kalau di gereja Becca biasanya nyanyi, suaranya juga merdu. Kalau untuk panen karya rencananya sih gitu, jadi pas waktu ujian aku sama beberapa anak di kelas harus latihan di ruang musik. Tapi aku masih punya banyak tugas yang belum selesai! Susah banget hidupku, AAAAAA!" Martin menjerit sambil mengangkat tangan mengungkapkan kekesalannya. Anak-anak yang lain tidak begitu memedulikannya, karena sudah biasa Martin berteriak seperti itu. Entah sekedar untuk mencari perhatian atau mencoba melawak, tetapi anak-anak lain sibuk menyelesaikan tugas matematika mereka dan saling berdiskusi. Setelah berteriak Martin pun lanjut menuliskan jawaban soal itu di buku matematikanya. Di sampingnya Sastra hanya bisa menatapnya sambil bersabar menahan perasaannya.

Di hari Jumat ketua OSIS yang terpilih menjabat pada periode 2023-2024 pun diumumkan. Saat Sastra sedang berada di kelas, 2 orang berbicara melalui speaker. Mereka berkata, "Sesuai hasil pemungutan suara yang telah dilaksanakan maka didapatkan perolehan suara sebanyak 47% anak memilih Julia dan 53% memilih Devan. Kami ucapkan selamat kepada Devan yang akan menjabat sebagai ketua OSIS periode 2023-2024. Kami juga berdoa semoga ke depannya di bawah kepemimpinan Devan sebagai ketua OSIS, SMA negeri 13 akan menjadi lebih baik dan berkembang."

Setelah itu mereka berpamitan dan mematikan speakernya. Pelajaran pun dilanjutkan seperti biasa dengan beberapa anak merayakan kemenangan Devan. Sastra pun membatin, Sudah kutebak kak Devan akan menjadi ketua OSIS, entah kenapa banyak posisi kuat dipegang oleh anggota dari klub Arcana. Seakan-akan mereka pakai kekuatan magis biar bisa mencapai banyak posisi itu. Memang sudah dijelaskan kalau semua anggota klub Arcana memiliki kemampuan magis, tapi rasanya masih sulit dipercaya. Aku sendiri gak punya kekuatan apapun tetep diundang, meski ya aku emang jago sulap.

Sebelum pulang di hari Jumat itu juga dibagikan kartu ujian untuk semua anak. Kartu itu wajib digunakan saat ujian akhir semester dilaksanakan. Sehingga dihimbau kepada semua anak agar tidak menghilangkan kartu itu dan membawanya saat ujian berlangsung. Konsekuensinya jika tidak membawa atau hilang adalah meminta surat izin mengikuti ujian dan mengerjakan ujiannya di lobby.

Lalu saat berada di rumah Sastra duduk di depan meja belajarnya sambil menyusun rencana. Ada 2 rencana yang ia buat, pertama rencana untuk menyelesaikan ujian akhir semesternya dan yang kedua adalah rencana tentang apa yang akan dia lakukan dengan video Martin. Sastra memfokuskan kepada masalah yang ada di depan matanya terlebih dahulu, yakni ujian akhir semester. Dia membuka file jadwal ujian yang ada di grup WAnya lalu mencermati isinya. Di file itu terdapat jadwal yang menunjukkan hari apa dan ujian apa yang dilaksanakan. Dari jadwal itu Sastra mendapat informasi bahwa terakhir ujian dilaksanakan di tanggal 5 Desember.

Dari semua informasi itu Sastra memikirkan rencana keduanya, tentang kapan pelaksanaanya sambil mempertimbangkan peristiwa apa yang terjadi di hari itu. Mempertimbangkan kebiasaan dan apa yang dilakukan oleh Martin di hari itu. Mempertimbangkan di mana dia akan mengeksekusi rencananya. Semuanya perlu dipertimbangkan dan dirangkai menjadi rencana yang solid, supaya tidak ada celah yang dapat dieksploitasi. Setelah memikirkan banyak ide tentang rencananya, akhirnya Sastra pun menyerah dan memilih untuk memikirkan ujiannya minggu depan. Baginya ujian ini lumayan mudah, karena hanya perlu menghafal materi-materi yang sudah diajarkan. Dia juga mendapatkan kisi-kisi dari setiap guru mata pelajaran yang meluruskan apa yang akan perlu dipelajari dengan mengetahui apa yang akan dibahas di dalam soal.

Semuanya mudah tidak terlalu sulit, meski ada beberapa masalah kecil, pikir Sastra di hari terakhir ujian. Saat itu dia sudah berada di kelas dan menunggu waktu ujian dimulai. Seperti biasanya, guru pengawas akan duduk di meja guru atau di belakang sambil mengawasi pelaksanaan ujian. Sebelum dimulai anak-anak akan dipersilakan untuk keluar seraya guru pengawas menata tempat duduk mereka. Lalu mereka masuk lagi dan memilih tempat duduk sesuai nama yang ada di atas meja.

Untuk ujian yang terakhir ini kebetulan adalah pelajaran Sosiologi yang pasti semua anak suka. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Sastra mengerjakan ujian ini dengan mudah karena mengingat semua materi dengan jelas. Saat selesai mengoreksi jawabannya dia akhirnya menganggur. Sastra pun menyandarkan diri di kursinya lalu melirik ke daerah sekitar. Semua anak masih serius mengerjakan ujian mereka.

Saat guru pengawas tidak melihat kadang ada anak yang membuka HP keduanya yang disembunyikan untuk melihat jawaban. Sastra sendiri tidak sepenuhnya orang suci yang menolak untuk menyontek. Dia juga menggunakan strategi yang sama sebagai antisipasi ketika ia lupa dengan salah satu materi. Bedanya dia akan izin keluar terlebih dahulu untuk membuka HP keduanya dan mengingat jawabannya.

Di dunia ini mencontek atau berbuat curang tidak sepenuhnya tindakan salah karena semua orang juga pernah melakukannya. Bahkan orang yang mengatakan bahwa mencontek adalah tindakan salah dan melarang keras hal itu pun juga pernah mencontek. Memang mencontek adalah tindakan yang tidak bermoral karena mengesampingkan kejujuran yang dijunjung tinggi dalam sikap dan kepribadian siswa. Namun, dalam hal yang terpaksa dan ketika tidak ada jalan keluar kecuali dengan mencontek, siapa yang tidak mau melakukannya?

Tentu tidak semua orang mau mencontek karena alasan ego atau mereka berpegang teguh dengan moral, tetapi di sisi lain banyak orang yang sukses dengan apa yang mereka lakukan, yaitu mencontek dan berbuat curang. Tidak banyak yang tau, kenapa? Karena mereka menjaga citra mereka dengan menjunjung moral yang juga dijunjung tinggi oleh orang lain, sedangkan secara diam-diam mereka curang.

Rahasia untuk melanggar peraturan adalah dengan membuatnya seolah-olah kita mengikuti peraturan itu dan melanggarnya di belakang. Yang terpenting adalah citra dan semua orang akan menyukaimu, tetapi ketika hal buruk tentangmu terkuak, mau itu fakta atau fitnah maka duniamu akan hancur dan kamu akan sama seperti orang yang mati. Martin, aku penasaran bagaimana nasibmu setelah video ini tersebar, tapi entah kenapa aku merasa takut dengan efek yang akan ditimbulkan dari video ini. Di waktu yang sama aku sangat ingin melakukan ini, melakukan hal yang benar...

Sastra juga tidak begitu bangga dengan memori otaknya yang kadang dapat mengingat banyak hal, justru dia kadang merasa takut dengan memorinya. Lebih spesifiknya adalah memori buruk yang pernah ia saksikan dan emosi yang pernah ia rasakan. Kadang hal-hal buruk itu tidak bisa hilang dari pikirannya dan terus menghantuinya. Contohnya adalah peristiwa di hari Selasa terkait video onani Martin.

Aku sudah punya rencana kuat untuk menyebarkan video ini dan menguak seperti apa sebenarnya Martin. Kelakuan busuknya akan segera terungkap dan dunia akan gempar. Dengan ini aku akan bisa memperbaiki kesalahanku selama ini pada Isabel, melindunginya, menjauhkannya dari Martin dan siapa tau dia akan suka lagi sama aku. Semuanya juga akan membaik setelah Martin ketahuan melakukan itu.

Tapi, bagaimana kalau ternyata kenyataannya tidak sesuai ekspektasi dan berubah menjadi buruk? Bagaimana kalau ada celah di rencanaku dan aku juga ikut tertangkap? Aku gak peduli, semua rencana dan persiapannya sudah siap. Besok Rabu aku hanya perlu mengeksekusi rencananya dan gak membuat kesalahan. Yang kulakukan ini adalah hal yang benar, semua orang yang melakukan hal buruk seperti menindas atau bahkan onani dengan menggunakan baju olahraga orang lain harus dihukum.

Apalagi Martin pakai baju Isabel buat ngelakukan itu, gak kurang tercela apa dia? Bukan tercela lagi, dia itu orang rendahan yang gak bisa menahan nafsunya. Sama saja dia seperti hewan yang hanya makan minum dan kawin. Kalau begitu dari mana sisi manusia yang ada dalam dirinya? Sudah cukup, aku gak perlu mempertanyakan hal ini lagi, semoga besok lancar amiin...