Di hari Senin Sastra menjalani pembelajaran di sekolahnya dengan perasaan yang hampa. Sejak dia putus dengan Isabel Sastra mencoba menahan diri supaya tidak mengirimkan pesan dari WA. Namun, saat masuk kelas lalu bertemu dengan Isabel dan mereka tidak saling sapa Sastra semakin merasa hampa. Bukan, rasanya seperti orang yang dalam masa rehabilitasi dari rokok atau alkohol. Rasanya seperti sakau, tetapi dia tetap tidak mau berbicara dengan Isabel untuk sementara waktu. Dia takut kesempatannya balikan dengan Isabel akan sirna. Siapa tau dia bisa kembali bersama Isabel seperti pasangan di novel atau film-film.
Seperti biasa saat pulang Sastra masih tetap berada di sekolah. Anehnya di hari Senin ini tidak ada apel pagi dan tidak ada pemberitahuan di grup WA. Namun, Sastra tidak peduli karena betapa lelahnya setelah pelajaran sekolah seharian tadi, dia memerlukan sesuatu untuk merilekskan pikirannya. Sastra keluar dari kelasnya lalu pergi untuk melihat ke lapangan. Lalu dari lorong depan kelas X.C dia melihat Levin dan Fatih yang sedang berjalan berdampingan. Entah dari mana, tetapi yang pasti mereka sedang menuju kelas. Sastra pun bertanya, "Kalian habis ini mau langsung pulang tah?" Sambil masuk ke kelas Fatih menjawab, "Habis ini kita mau main kartu dulu. Kamu mau ikut?" "Kartu apa?" lalu Levin menjawab, "Exploding Kittens…"
Kucing meledak, kartu macam apa itu? Mending main remi aja lebih bervariasi gamenya. Lah ini kucing meledak itu apaan?
"Kenapa gak main remi aja? Lebih asyik dan banyak gamenya." Levin menolak, "Gue adanya game kucing ini, kalau remi kan gak boleh dimainkan di sekolah jadinya gak dibawa. Kalau lo punya boleh tuh." Sastra menjawab, "Oh ya, aku gak bawa kartu remi juga. Yaudah, main game kucingmu itu aja." Lalu Sastra mengikuti mereka ke dalam kelas. Di dalam kelas ada Lily dan Lulu yang masih belum pulang juga. Mereka sedang sibuk dengan HP mereka seperti biasa. Saking asyiknya scroll Tiktok, mereka sampai tidak menyadari kalau ada orang yang masuk ke kelas.
Di depan tasnya, Levin berdiri dari posisi jongkoknya lalu menatap ke arah 2 temannya. Tatapannya bergerak dari Fatih lalu ke Sastra dan ke dirinya sendiri seperti sedang menghitung sesuatu. Lalu Levin berkata, "Kayaknya kita butuh pemain lain. Ah, Lulu Lily kalian mau main kartu gak?" Untuk beberapa saat mereka tampak tidak mendengarkan kata-kata Levin. Tetapi Lulu tetap menjawab, "Kartu Exploding Cat mu itu? Boleh, ayo Lily kita main kartu. Daripada kamu main game terus."
"Tapi kartu kan juga game?" kata Lily yang polos itu. "Ya, yang penting bukan game di HP, ayo berdiri." Mereka berdua berdiri dari bangkunya lalu menghadap Levin. Lulu pun bertanya, "Mau main di kelas sini kah atau di mana gitu." "Terserah kalian lah, yang penting, pemainnya ada banyak biar seru." Lily pun berkata, "Gimana kalau di luar aja? Di area atasnya aula di situ kosong biasanya." "Oke deh, ayo pindah ke sana," kata Sastra. Mereka berlima pun pergi ke tempat itu.
Kemudian mereka duduk melingkar menunggu Levin untuk membagikan kartu. Saat mereka sudah siap, Fatih berkata, "Aku gak ikut, gak bisa main jadi liat aja." "Loh, ayolah gue udah bawain susah-susah, loh." Namun, Fatih tetap menolak, "Maaf, mending kalian main aja, aku jadi wasit atau apa gitu." Lalu Levin menjawab, "Gak usah, kayaknya lo juga gak paham permainannya… Okelah, akan gue jelaskan peraturan sama cara mainnya." Sambil mengatakan itu Levin mengeluarkan semua kartu bom. Lalu mengambil 3 kartu dan memasukkannya kembali ke dalam dek dan mengacak kartunya. Dia berkata, "Jadi yang dapet kartu bom akan kalah kalau gak ada kartu defuse. Mending gue bagikan kartu-kartunya dulu biar lebih gampang jelaskannya."
Dari atas dek Levin mengambil 4 kartu dan 1 kartu defuse lalu membagikannya ke setiap anak yang mengikuti permainannya. "Ok, jadi kartu defuse itu yang warna hijau, terus ada attack card warna kuning biar orang lain ngambil 2 kartu atau lebih, ada see the future card yang pink untuk melihat 3 kartu pertama yang ada di atas dek. Kartu nope buat cancel kartu lawan, kartu shuffle buat ngacak kartu dan skip buat ngeskip. Ada juga kartu cat yang gak ada gunanya ini, tapi aslinya itu ada gunanya, yaitu kalau kalian dapet 2 kartu ini, kalian bisa pilih salah satu kartu dari lawan. Kalau dapet 3 bisa request… Kayaknya itu aja, coba kita main aja dulu." Dari samping Fatih berkomentar, "Susah kan, males aku mainnya." "Kita aja belum main, Tih. Kamu aja yang maunya gampang," kata Levin.
Tiba-tiba dari belakang terlihat Isabel yang naik tangga ke lantai 2 sambil berlari. Lalu dengan penasaran dia bertanya, "Kalian main apa? Tumben main kartu, biasanya badminton." Levin menjawab, "Kita lagi main Exploding Kittens, mau ikut juga?" Isabel tampak melihat ke seluruh pemain, lalu saat dia melihat Sastra dia langsung memalingkan pandangannya. Dia berkata, "Aku gak bisa mainnya susah, kalian aja yang main. Aku mau bicara sesuatu aja sama Becca." Lalu Isabel pergi ke Becca yang sedang duduk dan bermain HP di bangku keramik depan kelas X.C.
Lulu yang menghadap ke tangga dapat melihat reaksi di wajah Isabel ketika melihat Sastra. Dia pun jadi sedikit tertawa dan berkata, "Sas, kamu baru aja putus sama Isabel ya, kok dia dingin gitu." Sastra tidak tersinggung dan menjawab, "Ya, minggu lalu kita putus." "Kenapa emangnya, padahal lo sama dia kelihatannya baik-baik aja," tanya Levin. "Katanya sih, beda agama. Makannya putus dan gak bisa diterusin hubungannya."
Lulu menyembunyikan tawanya lalu berkata, "Wait, masa sih? Aku pas di HEXA liat kalau Isabel sama Martin deket banget sampai beli makanan di stan bareng." Wajah syok Sastra terpampang jelas ketika ia menceletuk, "Martin?" Lalu Lulu melanjutkan, "Iya Martin, aku gak mau ngejudge apa–apa ya, cuma sekedar ngasih tau. Kan kamu pas itu gak dateng karena di luar kota." Anak-anak lainnya tidak memberikan komentar apa-apa kecuali Lily yang berkata, "Emang gitu yah?" Lulu berbalik menatapnya sambil menjawab, "Iya Lily, pas itu loh yang malem-malem. Masa kamu gak liat, kan aku yang nunjukin ke kamu." Lily pun terdiam dan hanya mengeluarkan kata, "Oh."
"Mending kita gak bahas itu, sekarang yang penting kita main bagi yang main, aku mulai dulu biar kalian tau," ucap Levin. Lalu dia meletakkan kartu see future dan melihat 3 kartu paling atas dek sambil mencermatinya. Setelah itu ia kembalikan kartu dengan urutan yang sama dan mengambil 1 kartu paling atas dari dek. "Nah, misalnya kalian kayak guetadi bisa, yang penting ngambil 1 kartu buat ngakhirin giliran kita. Oke, sekarang dari Sastra terus muter."
Sastra melihat kartunya yang terdiri dari 1 kartu defuse, 1 kartu skip, 1 attack dan 2 kartu cat. Dia membatin, Ini masih pertama, jadi aku pass aja dulu. Levin juga gak nunjukkan reaksi yang aneh pas lihat 3 kartu dari atas. Sastra pun mengambil 1 kartu dan mengakhiri gilirannya. Sastra mendapatkan kartu cat sehingga bertambah menjadi tiga. Selanjutnya adalah Lulu, dia meletakkan kartu skip sambil tersenyum pada Lily. Lily pun terpaksa mengambil kartu. Lalu selanjutnya Levin meletakkan kartu shuffle dan mengambil kartu. DI Giliran ini Sastra hanya mengambil kartu yang ternyata kartu cat dengan jenis yang sama seperti kedua kartu catnya.
Kalau begini aku bisa request kan? Beruntung banget!
Sastra tidak bisa langsung menggunakan kartunya sekarang karena gilirannya sudah berakhir. Lulu meletakkan kartu see the future lalu melihat 3 kartu paling atas. Dia pun tersenyum dan berkata, "Akhirnya ada sesuatu yang menarik." Mendengar kembarannya berkata demikian, Lily pun mengeluarkan kartu attack mengakhiri gilirannya. Selanjutnya Levin mengambil 2 kartu, tetapi ternyata bukan kartu bom. Berarti kartu bom ada pada giliran Sastra atau memang Lulu hanya berbohong.
Sastra mengantisipasi kartu itu dengan mengeluarkan 3 kartu cat yang sama. Dia berkata sambil menunjuk Lulu, "Aku mau kartu defusemu." "Tck, kamu beruntung dapet kartu 3 gitu awal-awal. Nih ambil aja," ucap Lulu. Sekarang Sastra memiliki 2 kartu defuse, jadi jika kartu selanjutnya adalah bom maka dia masih punya cadangan. Anehnya kartu selanjutnya bukanlah kartu bom, melainkan kartu nope.
Sekarang giliran Lulu dan ternyata juga bukan kartu bom. "Gak ada apa-apa gitu," kata Sastra. "Emangnya harus ada kartu bom gitu, tapi malah kartu defuseku kamu ambil," cemooh Lulu. Lily pun mengambil kartu dan dia menjadi orang pertama yang mendapatkan bom. Dia terpaksa kehilangan kartu defuse satu-satunya. Kemudian Lily mengambil dek kartu itu dan menaruh kartu bom kembali ke dalamnya.
Levin sempat melihat tempat Lily menaruh kartu itu, jadi dia tidak khawatir. Dia hanya mengakhiri gilirannya dan mengambil 1 kartu. Sastra tidak mau bertaruh, sehingga dia mengeluarkan kartu skip. Kartu bom itu pun diambil Lulu dan dia menjadi yang pertama kalah. "Ah, males aku kalah. Padahal baru main juga," kata Lulu dengan marah. Fatih yang dari tadi menonton pun sedikit tertawa. "Makannya gak usah main," kata Fatih. Sekarang Lulu bergabung dengan Fatih menjadi spectator.
Sebelum itu, Lulu menaruh kartu itu di dek paling atas secara terang-terangan. Sastra pun bertanya, "Emang boleh gitu?" "Bolehlah, kan sudah kalah aku, silakan kalian ambil tuh kartu bomnya." Sayangnya Lily tidak punya kartu skip atau attack lagi. Akhirnya dia terpaksa menerima bom itu dan kehilangan kartu defusenya. "Maaf ya Lily," kata Lulu.
Lily pun pura-pura meletakkan bom itu di tempat yang acak, tetapi nyatanya dia meletakkannya di paling atas juga. Levin mengeluarkan kartu shuffle dan terhindar dari kartu bom. Satra tidak khawatir, dia pun mengambil kartu tanpa ada masalah. Lalu giliran pun berlalu kembali pada Sastra. Saat itu, Sastra mendapatkan 1 kartu attack. Lalu Lily menggunakan kartu see the future, wajahnya tampak kaget dan Sastra menyadarinya. Dengan mudah Sastra membaca reaksinya dan memprediksi kartu apa selanjutnya. Sepanjang permainan Sastra memasang Poker face, tidak seperti Lily.
Levin mengeluarkan kartu attack lalu Sastra juga mengeluarkan kartu attack. Lily pun terpaksa mengambil 4 kartu yang di dalamnya terdapat kartu bom. Dia berkata dengan wajah murung, "Huh, yasudah…" "Yey, kamu juga kalah Lily, aku jadi gak sendirian," ucap Lulu dengan senang.
Sekarang tinggal 2 permain tersisa, Sastra dan Levin. "Kelihatannya Levin menang, dia lebih berpengalaman soalnya," kata Fatih. Lulu tidak setuju dengannya dan menyangkal, "Siapa tau Sastra menang, beginner luck, dia aja dapet 4 kartu cat yang sama."
Sastra dengan kelebihan 2 kartu defuse, kartu cat dan kartu skip pun tetap waspada. Levin hanya mengambil kartu tanpa mengeluarkan apapun. Semakin lama permainan semakin tipis dek kartunya dan kartu-kartu bom pun akan semakin sering muncul. Sehingga Sastra tidak kaget ketika dia mendapatkan kartu bom. Dia hanya meletakkan kartu itu kembali di urutan paling atas. Namun, Levin dengan rela menerima kartu bom itu. Levin berpikir, Kalau sekarang gue kehilangan kartu defuse dan selanjutnya gue letakkan kartu bomnya di atas, maka Sastra akan kehabisan kartu defuse. Dia cuma punya 3 kartu tersisa, 1 kartu defuse dan 2 kartu yang bisa jadi apa aja. Kalau dia meletakkan kartu bomnya di atas maka gue bisa gunakan 2 kartu skip biar dia yang kena kartu itu lagi. gue masih gak tau 2 kartu apa yang dia punya, heh gamble aja.
Sastra menyadari rencana Levin dna dia mengeluarkan kartu skipnya. Levin juga mengeluarkan kartu skipnya dan Sastra terpaksa mengorbankan kartu defuse terakhirnya. "Kita sama-sama gak punya defuse ini, yang kena kartu bomnya dia langsung kalah. Mau aku taruh bomnya dimana?" Levin tidak terpengaruh dengan ancaman itu dan menjawab, "Terserah lo, guepenasaran siapa yang menang." Sastra pun menutupi dengan tangannya saat dia memasukkan kembali kartu bom itu. Dia meletakkan kartu itu di urutan nomor 2. Lalu saat giliran Levin, dia bertanya, "Kamu taruh di atas kan?" Dengan perlahan Sastra mengangguk padanya. Levin merasa kurang yakin dengan rencananya, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk mengeluarkan kartu skip. Dengan santai Sastra mengambil kartu itu yang ternyata bukan kartu bom. Kartu bom itu pun berakhir di tangan Levin.
Wajah Levin penuh dengan syok, kemudian dia pun tertawa menerima nasibnya. "Ahahah, ternyata lu menang. Selamat Sas," katanya dengan agak terpaksa. Bagi Sastra kemenangan itu tidak terlalu berarti dan dia sejak tadi memikirkan tentang Martin dan Isabel. Sastra menjawab, "Makasih, ini cuma beginner luck, tapi aku masih penasaran sama Martin. Apa dia bener-bener sama Isabel pas HEXA?" Yang lainnya pun terdiam, mereka tidak mau terlibat dalam masalah hubungan ini. Lalu Lulu menjawab, "Mending kamu tanya langsung sama Isabel atau Martin kalau kamu masih gak percaya."
Setelah bermain beberapa game, Sastra pulang ke rumahnya mengendarai sepeda listrik biru. Saat melewati ruang makan, Sastra berhenti ketika melihat orang yang familiar. Dia adalah seorang pria yang tinggi dengan sikap yang ramah dan senyuman yang manis. Orang itu adalah Aksara, kakak Sastra yang paling tua CEO dari perusahaan ayahnya. Aksara pun melihat Sastra lalu memanggilnya, "Sastra, kamu baru pulang? Sini sebentar lama gak ketemu." Sastra meletakkan tas selempangnya di sofa terlebih dahulu sebelum mendatangi Aksara.
Di samping kiri Aksara ada istri barunya yang bernama Aisyah dan di depannya ada Novel. Sastra salim dulu kepada ayahya lalu menganggukkan kepalanya pada Lydia. Sejak Sastra kecil, Aksara tinggal di Jakarta dan hanya bertemu ketika ada acara penting atau lebaran Idul Fitri. Sastra tidak begitu dekat dengan Aksara sehingga dia tidak tau apa yang harus bahas sebagai topik. Saat dia diam Novel berkata, "Jadi Sas, ada kabar baik, di akhir tahun nanti kita akan berlibur ke Paris sekeluarga. Sekalian kita merayakan pernikahan Aksara." Aksara mengangguk dan ikut berkata, "Benar, nanti di bulan Desember ketika kamu dan Ayu sudah libur kita bisa pergi."
"Oh, bagus aku sangat menantikannya…" Reaksi Sastra tidak menunjukkan rasa gembira atau penasaran. Dia masih memikirkan tentang Martin sejak pulang sekolah. Lalu Sastra bertanya, "Terus kakak, mau nginep di sini sampai kita ke Paris nanti?" "Sayangnya enggak, aku ke sini karena ada urusan pekerjaan. Jadi, sekalian berkunjung, minggu depan sudah balik ke Jakarta. Sebelum berangkat ke London, kita berkumpul dulu di Jakarta."
Setelah itu mereka lanjut mengobrol, tetapi Sastra diam-diam pergi ke kamarnya untuk rebahan. Dia perlu beristirahat dan memproses berita yang dikatakan oleh Lulu. Entah kenapa Sastra merasa cemburu hingga pikirannya tidak tenang. Di dalam hati Sastra membatin, Aku kan sudah putus dengan Isabel gak mungkin aku menanyakan langsung tentang hubungannya dengan Martin. Tapi gimana kalau selama ini Isabel berselingkuh dengan Martin dan pas aku di Jakarta mereka berkencan dan akhirnya aku diputusin karena dia lebih suka Martin. Isabel juga gak beri tau aku alasan kenapa dia minta putus. Ada yang gak beres, aku akan coba ngikutin mereka dan cari tau yang sebenarnya…