Chereads / Chronophobia (Indonesia) / Chapter 23 - Investigasi

Chapter 23 - Investigasi

Sastra dan Yunita meminta izin kepada guru untuk melihat rekaman cctv. Meski mereka tau kalau sejak tadi siang listrik sudah padam dan baru saja menyala, tetapi mungkin mereka bisa menemukan sesuatu di rekaman hari sebelumnya. Sastra duduk di depan komputer sedangkan Yunita bersandar di tembok belakangnya.

Kemudian Sastra mulai menonton rekaman cctv dari berbagai titik di sekolah. Sayangnya, meski sudah mencoba melihat rekaman hari sebelumnya mereka hanya dapat melihat sampai rekaman pukul 16.22 sore sebelum listriknya mati lagi.

Huhh, mungkin aku terlalu berekspektasi tinggi. Gak mungkin mereka menyediakan UPS buat cctv di seluruh sekolah, bahkan listrik aja sering padam belakangan ini.

"Aku gak bisa nemu apa-apa, kalau gini kita harus nanyai setiap orang yang dicurigai. Sudah punya gambaran siapa aja?"

"Sudah, aku punya beberapa orang yang kujadikan tersangka. Kita sudah menanyai Bu Rima, beliau sendiri gak tau siapa yang memusuhinya. Jadi, mending kita bertanya pada seseorang yang tau siapa saja yang pulang jam 5 sore kemarin. Kita cari orang yang berlagak mencurigakan di hari itu, nah kita bisa tanya ke satpam."

Yunita pun berjalan keluar ruangan yang diikuti oleh Sastra. Mereka sedang berada di ruang TU yang terpisah dari lobby sekolah. Jadi setiap kali mereka mau menuju ke tempat lain mereka harus menerobos hujan. Mereka berhenti di luar karena hujan yang masih deras. Sastra pun berkata, "Siapa yang mau tanya ke satpamnya?"

"Aku yang tanya, tapi kamu juga ikut, tunggu aja di samping yang ada atapnya. Dengarkan jawabannya nanti."

Sastra tidak punya pilihan lain jadi dia mengikuti instruksinya. Kemudian mereka menerobos hujan dan Yunita masuk ke ruangan Satpam sambil memberikan sapaan yang ramah. Dari samping Sastra mendengarkan percakapan mereka. Yunita bertanya, "Pak, apa kemarin ada orang yang membawa kresek hitam keluar dari sekolah sekitar jam 3 sampai jam 5 ya pak?" Satpam itu menjawab, "Hmm ntar saya inget-inget dulu… Kalau gak salah ada 4 orang kayaknya. Ada 2 anak yang satu laki-laki dan yang satunya perempuan. Terus sisanya itu petugas OB dan Bu Aminah yang jualan di kantin."

"Apa bapak tau nama OBnya dan 2 anak ini ya?" Lalu Satpam itu menjawab lagi, "Oh, OBnya itu namanya Mas Lori, tapi kalau anak-anak saya kurang tau soalnya kan ada banyak anak. Seinget saya mereka keluar jam 4 an sebelum jam 5. Ah, yang cewek kalau gak salah pakai baju olahraga bebas yang laki-laki seragam." Setelah mendapat semua informasi itu akhirnya Yunita berterima kasih padanya dan keluar.

Mereka meneduh di depan ruang TU sambil untuk membicarakan informasi yang telah mereka terima. "Jadi, kita cari 4 orang ini terus ditanyai?" tanya Sastra. Yunita yang tampak membersihkan lensa kacamatanya berkata, "Iya, tapi sebelum itu kita harus cari Identitas 2 anak yang membawa kresek hitam."

Namun, Sastra masih merasa ada yang janggal lalu bertanya, "Gimana kalau pelakunya menyembunyikan kresek di dalam tas atau meninggalkannya di sekolah?" "Hmm, bisa jadi, tapi mending kita telusuri petunjuk yang kita punya saat ini. Cepet kamu liat rekaman cctv lagi, kan sebelum jam 5 masih nyala listriknya kemarin. Mumpung listriknya masih nyala sekarang." Atas perintah dan izin guru Sastra melihat rekaman cctv lagi. Kali ini dia mencermati rekaman yang menunjukkan gerbang sekolah.

Setelah mengamati rekaman itu Sastra mendapatkan wajah dan ciri fisik dari 2 tersangka itu. Yunita juga membantu dengan melihat jadwal setiap kelas yang memiliki jam olahraga di jam terakhir kemarin di website sekolah. Sastra mematikan komputernya lalu berkata, "Oke kayaknya aku sudah hafal ciri fisik mereka, sudah nemu dari kelas apa yang cewek kak?" "Sudah, cuma ada 1 kelas aja yaitu kelas X.F, ayo kita kesana. Karena identitas anak cowok susah dicari tau, jadi kita cari yang cewe dulu."

Untungnya kelas X.F masih agak ramai dengan anak yang mengobrol, main game atau pacaran di depan kelas. Yunita mempersilahkan Sastra untuk mengamati setiap anak yang ada di sana. Dengan cepat Sastra dapat mengenali satu anak perempuan yang sesuai dengan rekaman di cctv. "Hey, kamu sini sebentar," ucap Yunita dengan tegas. Anak perempuan itu datang ke hadapan mereka dengan agak bingung. Dia berkata, "Ada apa ya kak? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

"Ya, bisa jadi, tapi sekarang kami cuma mau tanya beberapa pertanyaan. Apa yang ada di dalam kresek hitammu kemarin yang kamu bawa saat pulang?" Anak itu tampak semakin bingung dengan menjawab, "Kok kakak bisa tau aku bawa kresek hitam ya, itu kan isinya cuma baju kotor aja." Yunita diam sejenak sambil memperhatikan ekspresi anak itu saat menjawab. Lalu Yunita bertanya lagi, "Oke, kalau gitu kamu dari tadi siang ngapain aja sampai sekarang. Lebih bagus lagi kalau ada orang yang bersamamu, ini sebagai alibi."

"Alibi? Apa aku terlibat kasus gitu kak? Tapi dari tadi siang aku cuma di kelas ikut pelajaran dan temen sebangkuku juga pasti tau kalau aku gak kemana-mana." Anak perempuan itu kemudian menunjuk pada temannya yang kemudian mengkonfirmasi alibi dari anak itu. Untuk yang terakhir Yunita bertanya, "Oh ya siapa namamu?" Dia menjawab, "Nafisah, kak." "Nafisah besok pas pulang pastikan kamu datang ke klub Arcana, letaknya ada di atas kamar mandi cowok kamu tinggal naik tangga aja."

Setelah menanyai anak itu mereka beranjak ke target selanjutnya. Mereka berjalan turun menggunakan tangga yang di dekat ruang OSIS langsung ke ruangan OB. Di sana Yunita mengetuk pintunya sambil mengucapkan salam, "Assalamualaikum, apa ada yang namanya Mas Lori?"

Ruangan OB itu tampak kecil dan hanya bisa memuat banyak orang. Harusnya jika sudah waktunya pulang para OB akan melaksanakan pekerjaannya berkeliling kelas dan membersihkannya satu per satu. Entah kenapa saat hujan begini mereka masih berada di ruang OB. Salah satu dari mereka berdiri dan menjawab, "Iya itu saya." "Oh, saya mau tanya bisa keluar sebentar gak mas?" ucap Yunita.

Mas Lori pun keluar dari ruang OB dan langsung ke intinya, "Mau tanya apa? Apa ada barang yang hilang?" "Bukan mas, saya mau tanya kemarin mas, yang kemarin bawa kresek hitam itu isinya apa?" Mendengar itu Mas Lori seperti tampak ragu untuk menjawab. Apa karena dia membawa mayat Snowy? Mereka masih tidak tau jawabannya.

Kemudian Mas Lori menjawab, "Oh itu cuma sampah dari bekas bersih-bersih lagian gimana kalian tau kalau saya membawa keluar kresek hitam?" Yunita tidak menjawab pertanyaannya, alih-alih bertanya lagi, "Boleh saya tau apa yang mas lakukan siang ini sampai sore?" Dia menjawab, "Dari siang sampai sore saya mengerjakan tugas bersih-bersih sesuai jadwal dan tempat masing-masing. Juga membersihkan alat kebersihan, tapi kebanyakan saya sendiri." Yunita pun menceletuk, "Jadi, mas ngaku kalau gak punya alibi?"

Mas Lori berubah menjadi agak terusik dan ekspresinya menunjukkan marah. Dia tidak menyukai sikap Yunita yang seperti menjadi bosnya. Dia bertanya dengan nada marah, "Memangnya apa alibi-alibi ini? Kalian memangnya siapa kayak tau aja apa yang aku lakukan?" Yunita menjawab dengan dingin, "Saya ketua dari klub Arcana yang sedang menyelidiki pembunuhan kucing milik Bu Rima, mas adalah salah satu tersangka jadi kalau ingin segera terbebas dari status tersangka lebih baik mas datang ke klub Arcana besok saat sudah pulang. Saya yakin mas tau tempatnya dimana."

Mas Lori pun hanya membuat bunyi 'tck' dan masuk lagi ke dalam ruang OB tanpa meneruskan pembicaraan itu. Hujan tetap turun dengan deras menutupi suara pintu yang dibanting. Sastra dan Isabel pun tidak menggubris sikap Mas Lori seperti mereka yakin besok dia akan tetap datang.

"Sekarang tinggal yang cowo itu sama Bu Aminah aja kan, aku penasaran apa kita bisa menemukan anak cowo itu apa enggak. Tapi kenapa semua tersangka diminta untuk datang ke klub Arcana besok kak?" Yunita tidak berencana memberitahu Sastra sehingga dia hanya berkata, "Besok kamu akan liat sendiri."

Mereka pun sampai di dekat kantin dimana bangku-bangku tersedia bagi setiap orang untuk menikmati makanan dan minuman sambil mengobrol. Suasana di sana juga lumayan ramai, tidak butuh waktu yang lama untuk Yunita menemukan Bu Aminah. Pertama dia salim padanya baru mulai bertanya, "Bu saya mau tanya tentang kresek hitam yang ibu bawa pulang kemarin, apa ya isinya?" Dengan ramah Bu Aminah menjawab, "Oh itu saya mah bawa dagangan yang belum habis terjual kemarin, memangnya kenapa nak?"

"Oh, gak papa bu, jadi tadi ditemukan ada mayat Snowy. Jadi, saya sama temen saya ini ditugaskan buat cari pelaku yang membunuh snowy," ucap Yunita dengan ramah. Kali ini Yunita berbicara dengan lembut seakan berbicara dengan ibunya sendiri. Sastra semakin yakin kalau Yunita sebenarnya sangat pandai akting sesuai keinginannya.

Lalu dengan kaget Bu Aminah berkata, "Innalillahi, siapa yang tega melakukan itu. Ya Allah, ibu bisa bantu apa nak?" "Besok tolong dateng ke klub Arcana ya bu, pas pulang sebentar aja itu akan sangat membantu," jawab Yunita. "Iya iya semoga kalian bisa cepet nangkep pelaku yang sebenarnya ya nak."

Setelah berbincang sebentar dengan Bu Aminah Sastra dan Yunita pergi ke Lobby untuk berbicara. Keadaan di lobby juga semakin sepi dengan redanya hujan. Sastra merasa bahwa Bu Aminah bukanlah pelakunya, tetapi dia tidak tau kenapa Yunita tetap memintanya untuk datang besok. "Tapi keliatannya Bu Aminah baik gitu, gak mungkin dia pelakunya," ucap Sastra.

Yunita menjawab, "Tetep aja kita masih gak bisa secara pasti memastikan siapapun tidak bersalah. Gimana menurutmu anak cowok yang bawa kresek kemarin, kamu tau cara menemukannya?" Sastra berpikir untuk sesaat sebelum menjawab, "Gak tau, tapi seharusnya kita mengevaluasi motif pelaku kenapa membunuh Snowy, entah karena kebencian, amarah, iri, cemburu atau yang lain-lain."

"Kamu betul juga, menurutku kalau dari pesan yang dituliskan di kertas isinya lebih ke kebencian. Tapi di daftar tersangka kita cuma ada 1 yang mencolok yaitu mas OB. Sisanya Nafisah sama Bu Aminah gak nunjukin ada amarah atau kebencian."

Sastra menjawab, "Perasaan bisa disembunyikan, malah orang yang paling kelihatan tidak mencurigakan biasanya adalah pelaku, karena jika memang mereka sudah merencanakan ini pasti mereka akan lebih mahir menyembunyikan emosi mereka. Yang harus kita perhatikan malah ke skenario apa yang menyebabkan matinya Snowy. Gak ada benda tumpul dan penyebab kematiannya lebih ke zat kimia yang Snowy konsumsi. Jadi, kalau mas OB bisa menggunakan zat pembersih dan Bu Aminah bisa saja menyelipkan semacam racun di makanan Snowy. Jika kita perhatikan lagi kalau mayat Snowy dibawa pulang kenapa harus dikembalikan lagi ke sekolah dan diletakkan di depan ruang guru? Mungkin mayatnya tidak pernah dibawa pulang dan diletakkan di sekolah. Jika pembunuhannya terjadi hari ini maka gak akan menimbulkan aroma seperti tadi, jadi jika mayatnya ditinggal di sekolah seharusnya ada seseorang yang menyadari aroma busuk dari mayat Snowy, mungkin ini petunjuk baru kita."

"Bisa jadi, tapi kalau mengikuti pola pikirmu maka kita akan mendapatkan banyak sekali tersangka bahkan seluruh warga sekolah ini bisa jadi tersangka. Jadi, menurutku lebih efisien jika kita menetapkan 4 orang ini sebagai tersangka sementara sebelum dibuktikan tidak bersalah besok. Baru setelah kita dapet petunjuk lebih banyak kita bisa menetapkan pelaku lain."

Sastra duduk berhadapan dengan Yunita dan membelakangi gerbang sekolah, sehingga dia bisa melihat orang-orang yang datang dari kantin ataupun orang yang naik turun tangga. Di saat itu matanya mengenali sosok yang ia pernah lihat di cctv.

"Itu kan…"

Sastra langsung berdiri lalu mengejar sosok yang naik tangga menuju lantai dua. Saat di lantai dua Sastra berteriak, "Hei tunggu sebentar, aku mau bertanya sesuatu ke kamu!" Sosok itu menoleh ke belakang, namun langsung melarikan diri. Dia berlari dari depan perpustakaan menuju koridor depan kelas 11. Dengan kesal Sastra terpaksa mengejar anak itu.

Dia kerahkan semua tenaganya pada kaki kanan yang membawanya meluncur ke depan dengan kecepatan bagaikan serigala mengejar kelinci. Di saat itu dia merasa adrenalinnya meningkat dan menganggap anak itu sebagai mangsanya. Akhirnya tidak perlu waktu lama Sastra berhasil menangkap anak itu di dekat tangga samping kelas 11. Ia dorong anak itu sampai jatuh ke lantai lalu menindihnya.

Sastra langsing bertanya padanya, "Kenapa kamu lari hah?" Anak itu terlihat takut lalu menjawab, "Enggak, maaf kukira kamu anak OSIS jadi aku lari." Lalu dari belakang Yunita akhirnya sampai. Ia berhenti sejenak mengatur napasnya sebelum berkata, "Sudah lepaskan dia Sastra, biar aku yang menanyainya." Sastra pun menyingkir lalu menarik anak itu berdiri agar bisa diinterogasi. "Oke pertama kenapa kamu lari? Kedua apa yang ada di dalam kresek hitammu kemarin? Oh ya sama namamu juga."

Anak itu menjawab, "Namaku Rian, aku lari tadi ngira kalau kalian itu OSIS habisnya dia tadi teriak terus ngejar aku. Pokoknya aku punya masalah sama OSIS dan kresek hitam kemarin kemarin itu isinya cuma bekal sekolah aja, emang kenapa?" Sastra mulai merasa muak oleh setiap orang yang menanyakan alasannya bertanya tentang kresek hitam. Sudah jelas-jelas salah satu dari mereka membunuh kucing itu. Entah kenapa Yunita juga sudah lelah mewawancarai orang-orang dungu ini.

Dia hanya berkata, "Pokoknya besok kamu dateng aja ke ruang klub Arcana pas pulang, kalau gak aku panggilkan temen OSISku." Sontak anak itu berkata, "Oke oke, aku dateng kalian gak perlu nakutin aku kayak gitu. Kalian jadi kayak OSIS aja lama-lama." Setelah menyetujui perintah Yunita, Rian turun ke lantai 1 meninggalkan mereka.

"Oke kita hari ini sampai sini aja, kamu bawa kresek hitamnya Sas, jangan sampai ilang soalnya itu barang bukti."

"Oke, aku mau kirim foto mayat Snowy ke grup angkatanya buat mancing pelakunya, bolehkan?" Yunita berpikir sejenak lalu menjawab, "Oke bolehlah yang penting buat pelakunya cepet ketangkep." Sastra pun mengirimkan foto mayat Snowy yang tergeletak di lantai ke grup angkatan 10, 11 dan 12. Di dalam foto itu tidak ada kresek hitam dan murni mayat Snowy saja. Sastra menuliskan, "Snowy telah ditemukan mati di depan ruang guru. Dari hasil penyelidikan klub Arcana telah menentukan beberapa tersangka, yang pasti kami tau kamu sedang membaca pesan ini dan kami akan mencarimu dan mengadilimu." Setelah foto terkirim langsung banyak tanggapan dari anak-anak. Mulai dari rasa iba, sedih, amarah dan ada yang mengirimkan emoji tertawa. Mau bagaimana lagi Snowy hanyalah kucing dan bukan manusia, jadi banyak anak yang tidak menganggap ini serius.