Kriiing…
Alarm Sastra yang berasal dari jam weker berbentuk lingkaran kecil berbunyi dengan nyaring. Matahari masih belum terbit saat alarmnya berbunyi. Dengan badan yang terasa sangat berat ia mengangkat tangannya lalu berusaha mematikan alarmnya. Dengan kondisi yang setengah sadar Sastra berpikir, Sialan, kenapa aku menyetel alarm di jam 4 pagi padahal ini minggu?
Setelah memukul alarmnya sampai mati, Sastra duduk di tepi tempat tidur sambil mengumpulkan kesadarannya. Lalu dia berjalan ke depan meja belajarnya dan minum air yang berada di dalam botol. Dia selalu mengisi air di dalam botol itu setiap hari dan mencucinya setiap minggu. Di atas meja terdapat buku diarynya yang masih terbuka memperlihatkan tulisannya tentang kejadian kemarin. Sastra tidak mempedulikan benda lain yang ada di atas meja, dia berjalan ke depan tirai jendelanya lalu mengintip. Di luar masih gelap, yang bisa ia lihat hanyalah bundaran air mancur dan tanah kosong di seberang jalannya yang disinari oleh cahaya lampu jalan. Lalu Sastra menutup tirainya dan keluar kamar menuju kamar mandi di lantai dua.
Dia mengambil wudhu dengan khusyu tidak lupa membaca doa sebelum dan sesudah wudhu. Sastra sempat mengintip pada jam dinding di kamarnya sehingga tau kalau sekarang adalah pukul 04:55 pagi. Sastra pun cepat-cepat sholat subuh di mushola lantai dua. Setelah solat Sastra kembali lagi ke kamarnya. Di sana dia membaca buku referensi untuk trik sulap yang akan dia praktikkan. Beberapa kali dia juga mencari trik sulap melalui youtube atau google sambil menyusun rangkaian trik sulap yang akan ditampilkan.
Kemarin malam setelah dia menelpon Isabel dan mengajaknya untuk menjadi asistennya, Sastra juga mengajak Lily dan Lulu. Untungnya mereka setuju dengan syarat ditraktir es krim setiap hari sampai hari penampilan sulapnya. Sastra setuju saja yang penting mereka hanya beli 1 es krim per hari. Hanya Isabel yang setuju tanpa syarat dengan kata lain sukarela. Sastra merasa bebannya lebih ringan karena bagaimana jika Isabel memberikan syarat seperti membelikannya seblak setiap hari, tekor dia nanti.
Setelah cahaya matahari mulai menembus tirai kamarnya, Sastra menutup buku dan HPnya. Dia berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya membiarkan cahayanya menerpa wajahnya hingga dia perlu menyipitkan matanya. Aslinya di luar masih belum terlalu terang dan atmosfer pagi membuat lingkungan di luar nampak biru. Suara burung berkicau dari luar ditambah suara merpatinya yang sudah bangun menambah ketenangan pagi itu. Hal yang jelas menunjukkan bahwa itu adalah hari minggu adalah tidak ada rasa panik ketika melihat matahari pagi. Karena dia tau jelas kalau hari itu dia tidak perlu pergi ke sekolah.
Saat matahari sudah tinggi, tepatnya pukul 5.45 pagi, Sastra keluar rumah untuk melakukan jogging rutinnya. Awalnya Sastra tidak suka olahraga, tetapi lama-kelamaan dia merasa harus melakukannya setidaknya sekali seminggu. Rute yang ia lalui untuk jogging adalah dari rumahnya sampai di depan Global School lalu putar balik. Dilanjutkan sampai ke bundaran di dekat pintu masuk Permata Jingga. Dia akan belok kanan sampai ke tanjakan di area West. Sesampainya di puncak tanjakan dia akan putar balik lagi turun hingga ke jalan utama. Setelah itu Sastra hanya perlu kembali ke rumahnya untuk istirahat. Selama dia berlari dia memikirkan rencananya untuk 2 minggu ke depan.
Eliz adalah ketua OSIS di sekolahku, aku baru tau setelah bicara lebih banyak dengan Levin. Setelah aku membuat deduksi tentang asal daerah mereka, alasan mereka pindah ke Malang, aku juga memperhatikan HP dan aksesoris yang mereka kenakan, gestur, tatapan mata dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Aku dapat menentukan masalah finansial yang mereka miliki, ditambah dengan pembicaraan mereka yang berhasil kudengarkan, aku dapet informasi kalau mereka membutuhkan dana untuk sebuah proyek.
Heh, mengeluarkan sedikit dari uang sakuku juga bukan masalah, yang penting aku sudah membuat first impression yang bagus dan munculin rasa penasaran dan egonya. Aku tau kalau sistem pengambilan keputusan dalam OSIS itu lumayan kompleks dan tidak sepihak, tapi siapa yang peduli, aku sudah menanamkan setidaknya itu saja untuk saat ini dan ini masih 2 bulan pertama di semester ini gak banyak yang bisa kulakukan. Lagipula aku hanya perlu menunggu jawaban iya atau tidak, sisanya adalah latihan diterima gaknya tinggal nunggu besok. Menunggu orang lain untuk mengambil keputusan untukku rasanya kayak berjudi aja.
Setelah memikirkan semua itu Sastra akhirnya sampai di depan pagar rumahnya dengan napas yang ngos-ngosan. Dia duduk sebentar di pinggir kebunnya dengan kepala yang menghadap ke bawah. Setelah pernapasannya kembali normal ia lepas sepatunya lalu minum segelas air di ruang makan. Setelah itu Sastra sarapan, mandi dan kembali ke kamarnya lagi.
Di kamarnya Sastra merasa agak panas dan pengap sehingga dia membuka jendelanya agar terjadi sirkulasi udara. Dia berjalan lagi ke depan mejanya lalu mulai menulis paragraf baru di diarynya. Konten kali ini berisikan strateginya dan urutan penampilan setiap triknya. Lalu tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Levin bahwa proposal yang Sastra ajukan diterima, dengan syarat tetap mengikuti pedoman sekolah dan tidak melakukan trik yang berbahaya. Tentu, sama sekali tidak ada trik berbahaya yang akan dia tampilkan. Selain latihan dengan timnya Sastra juga harus koordinasi dengan OSIS supaya bisa sejalan pemikirannya ketika penampilan sulap. Semua ini ia rencanakan untuk dilakukan minggu depan.
Pada pukul 10:23 pagi, Sastra berdiri di depan rumahnya memperhatikan kedua pekerja membawa masuk peti yang terbuat kayu masuk ke dalam rumah. Tangannya berada di pinggangnya ketika dua kotak besar melintas di hadapannya. "Oke, terima kasih mas ini upah buat pengiriman hari ini," sambil mengatakan itu Sastra memberikan 2 buah uang berwarna merah pada dua orang di depannya. Setelah mereka pergi Sastra berpikir, Semua peralatannya sekarang sudah terkumpul aku hanya perlu menunggu mereka dateng. Katanya mereka akan menunggu di taman karena males nyari rumahku yang mana, tck sungguh merepotkan
Isabel pada pukul 13.12 siang datang di taman depan lapangan tenis diantar oleh gojek. Dia tidak menyangka akan menemukan Lily dan Lulu juga berada disana. Dia berkata, "Lily, Lulu kenapa kalian ada di sini? Jangan bilang kalian juga diminta Sastra untuk datang." Si kembar itu lalu menoleh ke arahnya dan Lulu menjawab, "Oh ya iya, kami disuruh Sastra buat bantu dia pas pertunjukan sulapnya pas HUT 1 minggu lagi. Trus kami mau aja soalnya minta ditraktir es krim selama seminggu." Lalu Lily juga menyahut, "Iya betul es krim gratis." Mendengar kalau mereka akan ditraktir selama seminggu Isabel menjadi menyesal karena tidak meminta apapun dan malah ikut secara sukarela.
Ih, kenapa anak-anak ini ikut juga sih? Kukira bakal cuma ada aku sama Sastra doang. Dia juga ngapain ngerekrut asisten lain kan sudah ada aku dan aku harusnya minta imbalan karena membantunya, coba nanti aku minta.
Isabel pun bertanya lagi, "Kalian udah dateng duluan kan, Sastra mana harusnya dia sudah dateng kan?" Dengan biasa saja Lulu menjawab, "Tuh dia lagi ngefoto kucing pakai kameranya, katanya sambil nunggu kamu dia mau ngfoto-foto dulu." Isabel langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh Lulu, disana Sastra sedang berjongkok memotret kucing dengan kamera Sony a7 II. Isabel melihat pemandangan yang nyeleneh ini Isabel langsung berjalan ke samping Sastra. Dia berkata dengan lantang, "Hey Sastra, kamu gak bilang kita akan merekrut Lily dan Lulu." Sastra menjawab, "Aku gak bilang kalau akan berdua sama kamu aja kan?"
"Hah, jawaban macam apa itu? Kamu juga ga ngasih aku imbalan, katanya Lily dan Lulu dapet es krim, punyaku mana?" Lalu Sastra menjawab lagi, "Oh ya, pas itu aku gak inget dan baru nelpon kamu doang. Kamu sudah gak bisa minta sekarang kan sudah sepakat." "Yaudah kalau gitu aku pulang aja," ucapnya sambil berjalan pergi. Sastra pun langsung berdiri meninggalkan kucing yang menjadi modelnya. Sastra berusaha mengejar Isabel sambil berkata, "Bel jangan pulang, yaudah kamu bilang pengen apa, tapi jangan yang aneh-aneh atau mahal. Sesuai budget anak SMA aja." Isabel berbalik lalu mengatakan, "Jujur aku juga masih nggak tau mau minta apa."
Lulu yang menonton drama itu memutuskan untuk mengambil peran. Dia berkata, "Oy mau sampai kapan kita di taman, aku sama Lily juga masih punya kerjaan ayo cepet mulai latihannya." "Yaudah, Isabel kamu pikirin dulu mau apa, sekarang kita ke rumahku dulu buat persiapan dan latihan. Semuanya ikut aku," sambil mengatakan itu Sastra berjalan ke depan taman menuntun ketiga temannya. Isabel yang masih bingung mau meminta apa tidak punya pilihan lain selain ikut dengan mereka.
Sesampainya di rumah Sastra, mereka disambut oleh pelayan rumah Bella, yang menawarkan minuman dan snack untuk mereka. Sastra dengan lembut memerintahkan Bella untuk segera menyiapkan makanan dan minuman. Mereka berhenti di ruang piano di dekat ruang keluarga yang luas dan di sana terdapat kotak-kotak kayu yang diletakkan di lantai. Totalnya ada 3 kotak, 2 kotak sebesar kulkas dan 1 kotak seperti peti mati yang ditompang oleh meja besi di bawahnya. Ketiga kotak itu memiliki roda di bawahnya sehingga dapat dipindahkan dengan mudah.
Lulu bertanya, "Jadi mau kita apakan kotak kotak ini? Aku tau buat trik sulap, tapi yang kayak gimana?" Sastra yang sudah menantikan pertanyaan ini menjawab, "Well, kita akan gunakan kotak-kotak ini untuk trik memotong dan teleportasi. Akan kujelaskan lebih detail setelah aku mengambil burung merpatiku."
Dengan begitu Sastra meninggalkan mereka lalu bergegas menuju lantai tiga. Di lantai 3 ada sangkar burung besar berbentuk balok. Di dalamnya ada 4 burung merpati kecil yang bertengger di atas kayu di tengah sangkar. 4 burung ini berbeda dengan burung merpati peliharaannya yang ada di kamar. Saat akan mengangkat turun sangkar burung yang lebih besar dari dadanya Isabel datang menyusulnya ke atas. Dia berdiri di belakang Sastra dan bertanya, "Oh jadi ini burung merpati yang kamu pakai dalam trik sulap pertamamu di kelas, ternyata ada banyak toh. Mau kubantu bawa turun kah?" Menyadari niat baik Isabel Sastra menjawab, "Oke, tolong bantu angkat ini turun bareng sama aku. Oh ya, burung yang kupakai pas trik sulap pertamaku bukan dari burung-burung ini." "Terus burung yang mana dong?" tanya Isabel yang dijawab, "Ada di kamarku nanti ku kasih liat."
Keduanya pun menggotong sangkar burung itu turun ke bawah. Kemudian diletakkan di dekat kotak kayu lainnya. Sebenarnya burung itu tidak dibutuhkan untuk saat ini, tapi dia bawa saja sebagai bagian dari penjelasan rangkaian rencananya. Sastra tidak mengungkapkan terlalu banyak rahasia trik sulap kepada mereka. Namun, ia menerangkan secara singkat peran mereka masing-masing dan mementingkan praktik.
Setelah penjelasan selesai sesi pertanyaan dimulai. Lily kali ini bertanya, "Sastra, Lily masih kurang percaya kalau kita benar-benar ditunjuk. Bisa gak kasih bukti atau sesuatu biar bisa lebih percaya." Sastra menjawab pertanyaannya dengan menunjukkan isi chat HPnya. Tidak hanya isi chat dari Levin, tetapi isi chat dari Eliz langsung. Sudah jelas Sastra akan menyiapkan bukti ditunjuknya dia karena dia sudah mengetikkan 8 halaman proposal. "Jadi itu isi pesan dari kak Eliz dan Levin. Kurang lebih sudah disetujui oleh kepala sekolah juga," jelas Sastra.
Lily menjawab, "Ok deh makasih." Lily mengangguk lalu duduk lagi di sofa dekat tembok. Sastra yang berdiri kemudian menunggu pertanyaan selanjutnya dari ketiga temannya.
Lalu Lulu bertanya, "Nanti kita pakai apa sebagai asisten pesulap?" Jujur Sastra belum memikirkan hal itu. Dia menjawab dengan jujur, "Aku belum tau, mungkin kalian punya ide, lagian yang paling tau tentang pakaian untuk perempuan kan kalian sendiri. Aku taunya yang buat laki-laki aja." "Tapi kan kamu pesulapnya kita cuma asisten aja. Harusnya kamu pikirkan juga sebagai pesulap," protes Isabel.
"Iya iya, kalau menurutku pakaian yang dipakai oleh asisten pesulap biasanya lebih terbuka kan memang fungsinya buat mengalihkan perhatian penonton, tapi karena kita tampil di sekolah jadinya harus pakai yang lebih tertutup. Daripada kita dihukum mending tetap mematuhi peraturan sekolah," jelas Sastra. Keempat anak itu tampak berpikir keras sampai Lily mencari referensi dari google.
Lalu Lily dengan malu berkata, "Mungkin kita bisa kayak cosplay Lynette dari Genshin Impact, soalnya ada region baru Fontaine baru keluar. Dia juga asisten pesulap, ya itu yang Lily pikir." Lulu yang tampak bangga langsung memuji Lily, "Ah kamu pinter Lily, itu ide yang brilian. Ih kamu lucu banget." Lulu langsung memeluk Lily yang berada di sampingnya dengan amat erat. Isabel yang tidak mengerti apa yang mereka maksud bertanya, "Emang siapa Lynette, Genshin Impact game kan?" Lulu menjawab, "Masa kamu gak tau, coba aja cari di google males jelasin."
Mendengarkan diskusi mereka Sastra juga bertanya, "Terus kalian mau cosplay gitu? Tapi kan ini bukan waktunya cosplay." "Enggak juga, ini cuma ide aja mungkin kalau ada yang lain bisa ganti lagi," kata Lulu.
"Okelah, kalian cari aja dulu kostum untuk asisten pesulap, aku juga akan menyiapkan untuk apa yang nanti kupakai. Kalau sudah ketemu bilang aku biar aku bisa analisis harganya. Oh ya, cari yang sewa aja jangan beli langsung," kata Sastra. Setelah itu Bella membawakan pizza yang telah dipesan melalui gofood untuk menemani mereka berlatih sampai sore. Latihan ini tidak berakhir sampai hari itu saja. Mereka terus berlatih setiap hari saat pulang sekolah dalam 1 minggu kedepan. Lama-kelamaan mereka semakin mahir dan hafal dengan peran mereka masing-masing saat di panggung nanti.