Hari selasa sampai hari rabu berjalan seperti biasa hingga hari kamis datang. Sastra datang seperti biasanya ke sekolah di pukul 6.30 pagi sebelum bel masuk. Setelah usai memarkirkan sepeda listrik ia berjalan menuju kelasnya. Kali ini dia memilih untuk melewati lapangan lurus langsung ke tangga di dekat kelas.Sastra meletakkan tas selempangnya di samping meja lalu duduk. Beberapa anak sudah ada di kelas. Semakin lama waktu berjalan semakin terisi kelas itu. Sayangnya Sastra hanya mengingat segelintir dari nama anak-anak di kelasnya karena tidak terlalu memperhatikan ketika mereka perkenalan, meski ia mengenali wajah mereka."Aaaah, liat ini lucu banget!" Ucap salah satu perempuan. Lalu dari barisan kanan terdengar, "Ora le, hero iku wes cukup gawe build iku..." Kelas itu pun mulai ramai seperti hari hari biasanya. Tidak ada yang berbeda semuanya tampak normal dan berperilaku normal.Agar tidak kelihatan seperti orang yang bingung Sastra menyalakan HPnya lalu membaca buku di pdf file. Dengan mata yang masih berat Sastra membaca kalimat demi kalimat, baris demi baris lalu berhenti pada paragraf kedua karena dia merasa apa yang ia baca belum masuk ke kepalanya. Saat akan membaca ulang dari awal dan memahami isi bukunya guru pengawas P5 sudah datang. Pelajaran pertama hari itu adalah P5 jadi guru pengajarnya datang terlebih dahulu sekalian mendampingi berdoa.Setelah bel berbunyi dan guru pengajar datang anak nonnis pindah ke aula untuk berdoa sesuai agamanya. Tersisa anak yang beragama islam saja di kelas. Mereka yang benar-benar rajin akan membaca Al-Qur'an sesuai dengan yang dibacakan di speaker. Kenyataannya kebanyakan mereka membuka aplikasi lain selain Al-Qur'an, kecuali jika ada guru tertentu yang berkeliling untuk mengecek HP mereka satu per satu. Sastra sendiri tetap membuka file bukunya dan berusaha keras untuk tetap sadar dan melawan rasa kantuknya.Katanya jika kita tidur 8 jam per hari kita akan bangun dengan semangat dan badan yang bugar. Heh semangat dan bugar apanya, yang ada aku hanya sakit leher. Yah itu salahku sendiri posisi tidurku salah, tapi aku sama sekali tidak semangat. Aku penasaran berapa banyak berita bohong yang disampaikan media.Saat waktu literasi pagi telah usai guru pengajar P5 membuka buku kehadiran dan mulai memanggil nama siswa siswi dari awal sampai akhir. Ketika anak-anak nonnis yang dipanggil, mereka tidak menjawab karena masih berada di aula. Salah satu anak akan memberitahu gurunya untuk melewati mereka. Biasanya guru yang sudah tau akan melewati nama-nama itu dan baru memanggilnya setelah mereka kembali."Sastra Prayata." Guru itu memanggilnya lalu Sastra mengangkat tangannya dengan tidak lupa tersenyum. Namanya berawalan dengan huruf S, jadi namanya terletak di bagian akhir dari absen.Setelah Sastra dipanggil, anak-anak nonis telah selesai berdoanya dan kembali ke kelas. Mereka datang dengan berbaris untuk salim dulu pada guru pengajar. Setelah itu mereka baru duduk lagi di bangkunya masing-masing.Singkatnya guru pengajar P5 itu memerintahkan semua anak untuk membuat kelompok 9 anak per kelompok lalu memberikan mereka lks. Di samping itu mereka juga diminta untuk membuat poster anti cyber bullying secara individu.Sastra mulai berdiri ketika semua anak juga berdiri mencari kelompok mereka. Mereka semua sangat sibuk mencari teman mereka yang telah ditentukan melalui kelompok. Namun, Sastra tidak mencoba mencari kelompoknya, dia hanya berdiri melihat sekelilingnya sambil menunggu seseorang untuk memanggilnya."Sastra kita sekelompok." Dan ya seseorang benar-benar memanggilnya, sekarang dia tidak perlu pusing lagi. Anak yang memanggilnya itu bernama Martin Andika, dia memiliki rambut gondrong, kulit putih dan tampil sangat ceria. Tidak diketahui kapan mereka pernah bertemu atau mereka memang ditakdirkan untuk bertemu dan langsung menjadi akrab. Sebenarnya yang akrab hanya Martin saja jadi pertemanan mereka seperti satu sisi saja.Ah ternyata ada orang yang mengenalku ternyata penampilanku senin kemarin gak sia-sia. Anak ini, di mana aku pernah bertemu dengannya ya. Selain di kelas pastinya, ah itu bukanlah yang terpenting, sial aku gak tau namanya siapa. Aku akan akting aja."Anjay, kita akhirnya sekelompok. Ayo kumpul sama yang lain emangnya kita sama siapa aja?" Sastra melakukan dap me up dengan Martin sambil mengalihkan alur pembicaraan. Di kesempatan saat dia dekat dengan Martin, Sastra mencoba melihat tulisan nama di dada Martin. Ternyata dia belum memasang namanya dan Sastra tidak punya pilihan lain selain menunggu orang lain memanggil nama Martin."Eh siapa aja ya, ntar kuliat dulu di grup." Martin menatap ke layar HPnya dan membaca nama-namanya. Dengan pelan dia menyebutkan, "Sastra, Martin, Levin, Fatih, Lily, Lulu, Isabel, Becca dan Tiana." Mendengar itu pupil sastra melebar karena mengenali nama yang tadi disebutkan. Nama itu adalah Isabel dia tidak menyangka akan sekelompok dengan Isabel."Itu mereka duduk di sana, ayo Sastra kita ke sana juga." Martin menunjuk ke meja di belakang dekat dengan jendela yang luarnya adalah lorong. Setelah itu keduanya bergabung dengan kelompok P5nya. Di sana ada yang bermain HP, mengobrol dan salah satu mereka memegang kertas Lks. Sastra diam sambil mengobservasi masing-masing dari mereka. Dia menunggu siapa yang membuat gerakan terlebih dahulu.Salah satu anak perempuan yang berbadan gemuk berkata, "He rek, tak tulis namanya dulu ya, ini urut absen gak?"Kemudian Becca menjawab, "Ga usah wes repot, tulis kelas dulu baru nama acak juga gak papa."Lalu dia menuliskan namanya lengkapnya Tiana Fadila, tetapi nama panggilannya adalah Tiana. Setelah semua nama sudah dituliskan dia menanyakan absen mereka. Tiana bertanya pada Martin, "Tin, absen?" "Aku absen 23," Jawab Martin. Dia bertanya lagi kali ini kepada laki-laki yang memakai kacamata, "Kamu Fatih kan, absen berapa?" Fatih yang nama lengkapnya adalah Muhammad Fatih menjawab, "Absen 13." Tiana menuliskan sisa absen anak anak yang ia kenal seperti Levin Montserrat, dia anak yang kurus dengan kulit yang putih. Nomor absen Isabel dan Becca juga dituliskan olehnya. Lalu sisanya adalah Lily dan Lulu. Tiana melihat nama itu sambil mengerutkan dahinya, lalu ia melihat ke arah Lily dan Lulu Andromeda. Lalu dia menyadari bahwa mereka anak yang kembar. Agak sulit untuk membedakan mereka keduanya sama sama memiliki gaya rambut double ponytail dengan rambut yang agak pendek. Lulu yang tampak paling ceria di antara keduanya mengambil pulpen lalu meminjam kertas lks. Dia berkata, "Sini biar kutulisin." Lalu Lily yang lebih pemalu mendekat ke kembarannya sambil menyuruh kembarannya menuliskan absennya juga, "Tuliskan absenku juga, Lulu." "Iya iya, gak mungkinlah aku lupa," Jawab Lulu. Isabel yang dari tadi diam saja sesekali mencuri pandang pada Sastra tanpa ketahuan."Guys, kita bahas cyberbully lagi?" Tanya Sastra. Lalu Isabel berinisiatif untuk menjawab "Iya, tapi kita dikasih tugas baru suruh buat rencana film tentang cyberbully sama poster juga." Martin langsung nyeletuk, "Ah kenapa kita nulis lks lagi, film dan poster kenapa banyak sekali tugasnya. Malas kali."Becca bertanya, "Ambe iki kudu mari saiki tah?" "Gak juga sih biasanya kalau belum selesai nanti dikembalikan ke guru baru dilanjutkan di pertemuan selanjutnya atau tetep dipegang sama kita," jelas Sastra."Yaudah kukerjain deh, tapi semua nanti juga kebagian ya." Isabel mengambil kertas lksnya dari tangan Lulu. Ia baca dari nomor 1 sampai 3 dengan seksama dan memahami isi yang ditanyakan. Setelah itu dia mulai menulis jawabannya di kertas.Secara diam-diam becca membisikkan sesuatu pada Tiana yang disampaikan lagi pada Lily dan Lulu. Dia juga membisikkan sesuatu pada Levin, Martin dan Fatih. Mereka entah mengapa menahan tawa dan tersenyum. Pertama Lily dan Lulu pergi keluar kelas, lalu Martin dan Fatih dan yang terakhir Levin, Tiana dan Becca. Melihat teman temannya semakin lama semakin berkurang Sastra merasa ada yang tidak beres. Alasan mereka keluar kelas antara ke kamar mandi atau ke kantin, semester 1 ini kantin masih buka meski masih jam pelajaran. Gurunya juga cuek saja melihat ada anak yang pergi ke kantin.Saat Becca akan pergi bersama Tiana Isabel sadar lalu bertanya, "Eh kalian pada kemana semua, Becca kamu sama Tiana mau kemana juga? Jangan tinggalin aku sendirian, hey!"Sastra yang juga heran bertanya, "Vin, aku ikut ya kelompoknya pada keluar semua, mau ke kantin kan kalian." "Oh enggak, kita cuma keluar sebentar lu nitip aja kalau mau. Kasian Isabel gak ada yang bantuin ngerjakan lksnya," jawab Levin. Ketiga anak itu bergegas keluar meninggalkan Sastra dan Isabel.Sialan, kenapa mereka ini pergi semua dan ninggalin aku sama Isabel doang. Kalau aku nemu siapa dalangnya akan kulempar kursi mukanya. Sekarang jadi canggung kan lagian kenapa mereka semua nurut aja sih.Dalam kecanggungan itu Isabel berusaha tidak menghiraukan Sastra dan menuliskan jawaban lks. Namun, otaknya seperti tidak mau berputar sehingga tangannya mandeg. Sastra yang dipaksa ke dalam situasi ini berusaha untuk tetap tenang. Lalu Sastra berusaha mencairkan suasana dengan menyapa Isabel, "Hai Isabel." "Apa?" jawab Isabel dengan dingin, "Aku lagi ngerjakan.""Aku cuma nyapa doang ga perlu sedingin itu." Sastra yang awalnya duduk di lantai berdiri menghampiri Isabel yang mengerjakan lksnya di kursi. Setelah dekat dia kembali duduk di lantai, tapi kali ini dia berada di samping Isabel. Sastra dapat melihat jelas ekspresi Isabel yang dia pakai saat ini. Dia bertanya, "Kenapa pipimu merah kayak apel gitu Isabel, kamu digigit nyamuk?" "Ah udah, aku ga peduli sama kamu," teriak Isabel sambil mendorong dahi Sastra. Sastra kehilangan keseimbangannya sampai ia jatuh ke belakang dan kepalanya membentur kaki meja.Brak!Sastra merasakan ngilu di bagian belakang kepalanya serta pusing di bagian depan kepalanya. "Aaaaaah maaf Sas, aduh aku ga sengaja ga papa kan, mana yang sakit?" teriak Isabel sambil membantu Sastra duduk. Pipinya sekarang tambah merah bukan seperti apel lagi, tapi seperti cabai.Aku benar-benar pelawak handal saking lucunya kepalaku sampai terbentur meja. Mungkin aku juga harus tertawa dalam hati, hahahaha stop, ini sungguh membuang."Ah gak papa gak papa, cuma kebentur kepalaku doang gak papa," kata Sastra. Sambil menggosok-gosok kepalanya Sastra kembali duduk. Isabel menatap Sastra dia ingin membantunya, tapi merasa malu dan bingung. Wajahnya menjadi lucu seperti meme kucing yang sedang kaget. Kegaduhan mereka sampai mengundang perhatian guru. Bu guru pun bertanya, "Ada apa itu?" dengan panik Isabel membalas, "Ah gak papa bu, cuma kepeleset." Anak-anak yang lain juga mengalihkan pandangannya kepada mereka. Setelah beberapa saat mereka kembali pada kesibukannya masing-masing. Sastra masih saja menggosok gosok kepalanya sambil menggerutu."Udahlah lanjut ngerjainnya," perintah Sastra pada Isabel, "Memang sudah sampai mana?" "Sudah sampai sini, tapi kepalamu ga papa kan?" Sambil menunjuk ke kertas itu Isabel masih mengkhawatirkan Sastra. Sastra menjawab, "Aman lah kalau aku masih bisa bicara gini berarti masih sehat.""Yaudah deh, tapi aku minta maaf," ucap Isabel. Lalu Sastra menjawab, "Iya iya."Keduanya lanjut mengerjakan tugas mereka hingga waktu jam pelajaran P5 habis. Guru memerintahkan untuk menyimpan dulu kertasnya karena besok masih akan dilanjutkan pengerjaannya. Setelah P5 pelajarannya adalah seni budaya. Pelajaran seni budaya sangat menyenangkan karena guru pengajarnya asik dan santai.Pada pukul 9:45 pelajaran seni budaya telah usai dan sekarang waktunya untuk istirahat. Terdengar di speaker suara 2 orang penyiar broadcast yang menyambut waktu istirahat itu. Dilanjutkan dengan pemutaran lagu yang sudah direquest oleh siswa-siswi. Banyak anak-anak yang keluar dan pergi ke kantin di jam istirahat. Di waktu jam pelajaran saja banyak apalagi di jam istirahat.Tidak terkecuali Sastra yang berempat bersama Martin, Levin dan Fatih pergi ke kantin bersama. Sastra hanya ikut saja dan tidak beli karena dia sudah memiliki bekal. Di kantin terdapat 3 tempat yang menyediakan makanan basah, 1 yang menjual minum dan ada juga bangku bangku di samping tempat beli. Kantin sendiri dekat dengan parkiran belakang yang disediakan untuk anak SMA yang membawa motor.Di bangku mereka berempat duduk lalu Levin bertanya, "Sas, gimana tadi kamu sama Isabel pas kita pergi?" Pertanyaan itu terdengar sangat tulus sampai teman teman lainnya mengangguk ingin tau. "Sangat lucu, Isabel sampai ndorong aku dan kepalaku kebentur meja," jawab Sastra. Martin yang pertama kali tertawa dan yang paling nyaring. Dia berkata sambil tertawa, "Pasti dia tidak menyukaimu, sudah kubilangkan ini bukan ide yang bagus. Ini hanya akan membuat Sastra dijauhi." lalu Fatih menyela, "Lagian ini bukan ide kita salahkan Becca kalau mau." "Oh ya tadi Levin ngefoto kalian pas berduaan loh," ucap Martin. Seketika Sastra langsung marah, "Woy hapus gak! hapus fotonya hapus!" Sastra berusaha menarik Levin sampai dia hampir naik ke atas meja. Pada akhirnya mereka berebut HP sampai foto itu terhapus. Mereka menghabiskan waktu istirahatnya melakukan hal konyol itu.Di kelas Isabel mengomel kepada Becca yang meninggalkannya saat P5. Dia menceritakan semuanya pada Becca sambil menggoyang-goyangkan pundak Becca. "Tai lu, kamu ninggalin aku sendirian dan ngajak semua anak buat keluar juga, dari mana itu ke kantin. Pokoknya aku benci sama kamu!" ucap Isabel. Kemudian Becca berusaha menjelaskan, "Eh, tapi kan kamu bisa berdua sama dia, gimana sih. Harusnya kamu terimakasih sama aku dong. Padahal ada kesempatan, tapi kamu malah ndorong dia sampai jatuh gimana sih." "Stop speaking, pokoknya kamu itu berdosa!" omel Isabel.