PART 2.
,,,
Happy Reading ...
Aroma pepohan yang dimana daun ber jatuhan di halaman rumah Arsya terasa menenangkan pagi ini.
walau kesannya kotor dan tak layak untuk di huni, namun rumah Ini sudah menjadi harta warisan cucu almarhum pak Zaenal Arizi.
yang meninggal 6 tahun lalu karna sakit yang di deritanya, Asma.
...
Di kamar Tiar yang sudah tersusun baju Jersey yang begitu usang
dan simbol simbol tengkorak tak di ragukan lagi, Dia memilih kamar ini.
"Hoaaam !"
matanya mengerjap dan mengerang hebat.
...
Kamar Saka di dalamnya terdapat gitar usang di pajang, sepertinya anak dari Pak Zaenal menyukai musik.
"Yeh akhirnya udah pagi, kenyang banget semalam. oh ya, makan apa tuh ?? ahh ! sate babi." membuat kekehan seperti mabuk.
"Tunggu dulu ranjang dari kasur dan kakinya melangkah dengan sempoyongan.
...
"Anjir aroma lavender ini untuk pengusiran iblis?" ucap Basta.
Basta sudah bangun pagi dini hari jam 06:10.
"Apa muka gue kaya iblis?"
gumamnya.
Basta keluar kamarnya yang di penuhi boneka cantik sepertinya kamarnya dulu di huni oleh gadis kecil yang periang.
...
"Aduhh Jenora, kamu kenapa putusin saya?"
Arsya mendapatkan mimpi buruknya lagi dan lagi, yaitu kekasihnya memutuskan hubungannya tanpa alasan.
...
Di lantai 1.
.
.
.
"Bas, Arsya mana blom bangun ?"
Tiar melihat Basta mendekati meja.
"Ga tau, gua baru turun." langkah Basta tertatih dan menarik kursi untuk duduk.
Saka terlihat habis mandi dan melihat ada satu orang yang kurang.
"Arsya masih tidur ?" Saka yang bertanya sekarang.
"Berak." ujar Tiar melipat tangannya dan menyembunyikan kepalanya di sana.
"Si anjir !" gumam Basta.
"Gua ambil sarapan di belakang ya, keknya masih enak."
"Hmm." singkat Basta.
"Iye." respon Tiar.
Saka melangkah menuju dapur.
...
"Mas Arsya !!!"
"Mas Arsya !!!"
Terdengar suara anak kecil meneriaki salah satu temannya.
.
.
"Tiar liat gih !" perintah Basta.
"Masih ngantuk Bas." lirihnya dengan mata menyipit.
PLAK !
"Argh !" ringis Tiar membelalakkan mata lalu beranjak dari kursinya.
Basta menamparnya kuat.
"Kalo sakit nangis aja."
"Tenang ! tar gua bales pake panci panas !"
Tiar menoleh ke arah Basta sambil mengacungkan jari tengah.
Basta tertawa sekilas.
membuat Saka kebingungan di tangannya membawa beberapa lauk.
"JENORAAAAAA !!!!!"
Suara teriakan dari atas membuat Basta terbang melesat.
"Diem di bawah sak!" perintah Basta.
Saka pun mengangguk saja.
...
Krkk!
Pintu terbuka lebar.
"Whoahh ! ka--kamu siapa ?"
tanya gadis berusia 10 thm.
"Gua Tiar, lu siapa ... tunggu dulu
lu bisa melihat gu--gua?"
"Iya, Aku Kinan." katanya sambil mengulum senyum.
"Lu manusia kan?" Tiar mendekati Kinan.
"Aku manusia, Aku bisa melihat Mas Arsya, dia temanku ... udah seminggu dia gak keluar dari sana."
"Masuklah. gua Tiar." senyumnya hangat.
"Oke kak Tiar."
...
Selang beberapa menit ...
.
.
"Kinan, buat apa datang kesini, nanti kamu pindah rumah jika ibumu tahu masih bermain dengan ku."
"Mas Arsya itu baik, katanya mau aku bantuin cari Kak Jenora?"
Seketika Arsya pergi untuk ke toilet.
Basta dan Saka melongo.
"Jenora kenapa ?" tanya Tiar penasaran.
"Kak Jenora di jodohkan sama pria lain, terus karna Kak Jenora hamil duluan jadinya Kak Arsya di hukum mati bersamanya, tepat di kamar Kak Arsya sendiri adalah kamar kekasihnya."
kronologinya padahal bukan seperti ini, Kinan tidak tau apa apa.
.
.
"Jadi kamar yang di dekat tangga
itu ?" tanya Tiar.
( kamar Basta, adalah kamar Kinan ber usia 3 thn)
"Kamarku hehehe." Kinan menjawab.
"Kamar yang ada gitarnya?" tanya Saka.
"Kamar Ayah dan ibu."
"Kamar mas Tiar di tengah itu, kamar Kakakku yang tomboy dia juga indigo."
"INDIGO JUGA ??" Tanya Saka dan Tiar kompak.
"Lu ngapain ikutan ikutan anjeng?"
Saka menarik kerah baju Tiar.
"Lu ! ngaca dah, daki monyet."
sinis Tiar tak mau kalah.
dan melepas tangan Saka menggantung di lehernya.
"Shtt. kalian diem !" Basta mencairkan suasana.
"Jadi rumah ini udah hak warisan milik Kinan?"
Arsya mengangguk. baru datang dari kamar mandi.
"Kasian Jenora ...-" timpal Basta.
Arsya melirik ke arah Basta penuh amarah sampai matanya merah menyala.
"Bas, lu jaga omongan deh!"
sambar Tiar.
"Kenapa ? salah gua dimana ? Ehh buset ! matalu Sya, ya Allah!"
"Lagian lu bilang kasian ke pacarnya doang, dia juga mati barengan Ama ama jenora." Tiar keceplosan.
"Mati !???" Arsya menyinis lagi ke arah mata Tiar.
"Anu ... meninggal dong. mati mah anak tokek mati gitu, yee." Saka membuat kekehan.
"Sorry Sya, gue juga kasian ama lu
iya ketinggalan nama lu barusan, khilap gue."
Basta menyatukan ke dua tangannya
bentuk permohonan.
"Aduh rame banget, Kinan suka!"
"Kinan jangan terbawa suka sama mereka cukup jadi teman mas aja."
"Oke mas!"
Karna Arsya baru datang ia tidak ngerti obrolan yang baru saja terjadi.
.
.
"KINAN MELINA ARIZI !"
Semua mata menuju pada wanita ber pakaian model ber warna kebiruan
dan riasan setebal gula halus pada donat.
"Mama ?" katanya ketakutan.
"Ngapain kamu masuk sendirian ke dalam rumah ini, Hah !???"
Ibu Kinan Memang melihatnya, Kinan hanya seorang diri, tapi di mata Kinan, gadis itu di kelilingi 4 temannya.
.
.
Suasana menjadi mencekam karna kehadiran ibu Kinan yang Garang.
"Pacar Kaka, ada di sini mama !"
"Kamu sudah gila ya, mama hanya bisa melihatmu, besok pindah secepatnya, please kamu jangan halusinasi !"
"MAMA, KINAN GAK MAU PINDAH !"
tangisannya pecah ketika wanita itu membawa kasar kinan, sambil menyeretnya.
"Mas Arsya dan kakak nora udah meninggal Kinan, jangan macam Kaka tomboymu itu juga ngelunjak dia pergi di bawa sama om !"
Kinan melambaikan tangannya dengan isyarat pasti anak itu datang lagi dan pergi menghilang dari pintu.
...
"Ibunya kejam ! gua marah !"
Arsya menunduk dan menopang dagu.
"Jangankan kau, saya tidak bisa marah, saya hanya hantu."
respon Arsya pada Saka yang emosional.
Saka mengepal tangannya dan masih melotot kesal.
"Anak itu masih labil, kenapa semarah itu coba? Kinan kan normal indigo !" Tiar membela gadis itu.
"Nanti hantuin aja ibunya?" tanya Basta asal.
Mungkin mencairkan suasana.
"Emang bisa lu Bas?"
"Bisa loh, datengin ke dalam mimpinya aja." Basta yang membuat ide.
Arsya tiba tiba menyala dan ada lampu di atas kepalanya.
"Bas. bantuin saya malam ini."
Senyum Arsya lebar.
"Mau bayar pake ape?"
"Hmm, terserah lu dah yang ada di rumah ini gimana?" tanya Arsya.
"Lu kan ada adeknya Kinan tuh jadi teman lu, nah kaka tomboynya buat gua."
"OKE DEAL !" Arsya mengulurkan tangannya, di balas oleh Saka.
Basta melihat Saka yang merespon tangan Arsya.
"Ehh anak babi, gua yang harusnya jabat tangan !" Basta tidak terima dan
menepis tangan Saka.
"Sama aja Bas." Saka menyengir membuat Tiar ikut terkikik.
"Sama aja gimana, tangan gua udah siap tangan lu yang minta, di bakar!"
"Nanti kalo emosi mulu pacarnya
jenggotan." ledek Tiar.
"Pacarnya Basta." ujar Saka.
"Garing." ucap Basta datar.
"Nanti ya Bas, gua janji." Arsya menghentikan perdebatan.
"Pacar gua baru nih, Nge Gay yu."
canda tiar.
"Idih, Jenora secantik Prilly Latuconsina. ga deh, kau bukan
dia." Arsya mendengus dengan tenang.
"Ama gua aja gimana?" kata Saka.
"Mati lo, Saka !"
"Udah mati !" Saka menyemprot.
"Mati lagi Sono."
lagi lagi Basta begitu kesal pada Saka.
Arsya dan basta hanya menggeleng geleng penuh gelak tawa di campur perbincangan.
Sementara Arsya merenung seperti memikirkan hal yang membuatnya se sedih ini.
.....
TBC.
next bab berikutnya ...