Chereads / 4 Setan Gen Z / Chapter 3 - # Basta Kena Sial.

Chapter 3 - # Basta Kena Sial.

Makasih udah mampir ...

...

# PART 3.

                                 ,,,,

Happy Reading ...

                                 ....

Malam ini Basta menyepakati permintaan Arsya.

Rambutnya lebat seperti orang Korea

karna ibunya pencinta K-Pop.

Namanya, Giofano Arsyadila.

Arsya adalah panggilannya, usia 19 THN dia meninggal saat duduk di kelas 3 SMK.

Yang bilang Arsya manusia fiks, salah besar.

Jadi yang tertua sesuai urutan adalah,

Arsya, Basta, Tiar dan Saka.

karna Saka bulan juli dan Tiar bulan Juni jadi mereka sangat seumuran beda bulan.

...

Di perjalanan ingin ke rumah Kinan.

.

.

"Bau lavender jancok !"

tangan saka menepak pinggang Tiar.

"Lu mau gua bakar atau gua kirim ke neraka?"  mata elang milik Tiar menusuk ke arah Saka.

"Kirim ke pluto aja yang deketan."

Arsya menyamai humor teman temanya.

Saka dan Basta melihat wajah Arsya yang datar.

"Napa? gua tau kok gak lucu, heeee."

Arsya memelas dan bicara seadanya.

Tiar tiba tiba ketawa terpaksa.

"Ngapa lu ?" tanya Saka melihat Tiar yang menggila.

Tiar masih terbahak bahak.

"Bocah sarap." Basta menyinyir.

Tiar berhenti tertawa.

"Lu tau gak Bas, kenapa lu sama gua di pertemukan?"

"Apaan?" jawabnya santai.

"Takdir." Tiar tiba tiba melanjutkan ketawanya.

Namun semuanya menyebabkan keheningan.

"Tiar tawa lu kaya kuda lagi Kawin udah udah, anjir merinding." sambar saka.

Merinding yang saka maksud adalah  kawin kuda.

"Bangun ya itunye." Tiar menunjuk ke arah yang terfokuskan pada celana Saka.

  Tapi Tiar ngejokesnya ga nyambung.

"Najis, gua masih suka ama siti."

Saka menanggapi ocehan Tiar.

"Hahhahahaha! tolol ngakak !"

Basta memukul Arsya sampai tersungkur ke jalanan.

"Basta biadap." ucap Arsya deep voice.

"Anjir, Arsya lembek banget kaya pisang kematengan."

kata Saka bengek sampai matanya keluar air.

"Arsya bangun ayo, belom 5 menit!"

ujar Tiar mengulurkan tangan.

Namun dari pada Arsya mengomel gak jelas, dia lebih baik menahan amarahnya dan menyimpan kekesalannya.

"Tiar ege, mancing mancing gua ketawa Sya, suer gua mau pipis."

Katanya melarikan diri dari serangan Arsya.

"Udah sampe blom si?" Tiar melihat lihat sekitar.

"Belom." jawab Saka asal.

"Emang lu tau rumah Kinan, Sak?"

respon Arsya.

"Gak tau."

"Anak monyet dia, jangan dengerin."

Tiar menahan emosinya.

"Lu, puki." Saka terasa puas mengatai

Tiar seperti itu.

Puki = bool ayam, BHS Medan.

...

Setelah beberapa menit ...

"Sorry lama, gue liat orang ciuman di

di situ jir, parah bat !"

"Ciuman dimana?" tanya Saka.

"Balik pohon pisang." singkat Basta.

Arsya udah curiga Sama Basta, ia memilih diam.

"Liat ahh." Tiar sangat penasaran.

wajar Tiar pikiran nya rada laen.

...

"Mana, katanya ada orang ciuman?"

"Nyari ... siapa ... dek?"

suaranya lirih namun membuat sedikit tubuh merinding.

"Nyari ...-"

Setelah Tiar mengintip ke balik pohon.

Berlari lah dia dengan wajah yang tak bisa dia jelaskan dengan cepat keluarlah kata kata

dendamnya, karna ada penampakan mengejutkan disana.

"BASTA SINTING ! TOLOL ! BEGO !

IDIOTT !! ANAK MONYETTTTTT !"

Tiar melihat sundel bolong dari wujud depan sambil menyeringai

menakutkan membuat empu lepas kendali dan ngacir begitu cepat.

"Ya tuhan ! Tiar boleh napas dulu ga !!!! capek banget. larinya

udah jauh blom ya !" timpalnya berteriak sambil berlari dengan napas ter engah engah.

...

Rumah Kinan.

"Kira kira Tiar tau ga ya jalan ini ?"

"Tau, Tiar kan anjing pelacak." ucap

Saka asal.

"Gua anjing pudel." Basta menjahilinya.

"Lu kek babi." Saka tak terima Basta memuji dirinya

"Hehh udah diem, Tiar mana?"

belum Arsya bicara, seseorang datang.

"Anjeng BASTA !"

PLAK !

"Arghh !" lirih Basta terkekeh.

Tiar mengatur napasnya terlebih dulu.

dan memukul pantatnya Basta begitu nyaring.

"Mampoos lu Bas .... bunyi banget!"

"Mending pantat, kalo lu tampar wajah gua, kepala lu putus !"

Tiar bergidik.

"Ada apaan sih lu keringetan, gitu."

Tiar mengatur napasnya kemudian ...

.

.

"Sundel bolong kampret, ada sundel di pohon pisang samping warung Bu Hana !"

"pfttt, Hahahah sebasta tolol !"

Saka terkikik dan mulai terbahak bahak.

"Ss--sory Tiar gue ga mau ketakutan sendirian jadi gue ajak lu takut bareng heheh."

"Jahat banget." Arsya merangkul Tiar

dan mengajak nya berjalan lebih dulu.

"Basta jahannam." umpat Tiar puas. tanpa empunya mendengar.

Walau gelak tawa Basta masih terdengar Tiar harus mengabaikannya

"Arsya gua aus, capek !"

"Tar di dalam banyak minuman,

biasalah, rumah Kinan serba ada."

Membuat Tiar tersenyum senang.

"Ayo masuk !" ajak Arsya.

Arsya mengajak ke tiga temannya menembus dinding melewati kamar Kinan.

...

Di kamar Kinan sedang meluapkan kekesalannya.

dan mereka ber empat menyaksikan ruangan indah berwarna campuran.

"Mama kenapa kasar banget ! Kinan benci sama mama !!" ringisnya mengacak rambutnya.

"Deketin ege." kata Saka.

Arsya mengangguk.

Kemudian Arsya berjalan perlahan lahan.

"Kinan, ini Mas !" ujar Arsya tersenyum.

Sosok gadis ber usia 10 thn tidak mendengar apapun.

"Mata bathinnya Kinan telah di tutup." lirih Arsya meninju tangannya  ke dinding.

"Jangan gitulah, pasti ada acara buat membuka mata hati kinan."

sergah Tiar.

"Mata bathin, mata hati lu aja isinya cewek full naked." cicir Saka.

Arsya menggeleng kepalanya.

"Bicit." singkat Tiar, membuat Saka mendorongnya kesal.

"Diem dulu, Kinan lagi sedih."

tatapan mata Basta tidak berbohong remaja itu tampak mencemaskan Kinan.

"Bas, bantu gua."

Arsya memegang lengan temannya yang sepertinya sudah yakin bahwa Basta mampu membuka mata bathin Kinan.

"Siapin energi lu, buat Kinan percaya bahwa lu ada di sini."

"Oke."

Tap ...

Tap ...

Arsya berjalan menghampiri Kinan.

Arsya meniup telinga Kinan lembut.

"Mas arsya disini mas?" bisiknya menghapus air mata.

Sinyal itu ternyata berhasil.

"Tiup lagi Sya !" seru Tiar ber jingkrak jingkrak.

"Gua gemes deh." Saka meremas baju Basta.

"Ayo Sya, lu bisa." Basta mengangguk.

Arsya meniup dengan seluruh kekuatannya kali ini ke tubuhnya.

"Mas Arsya tenang ya, aku yakin mata bathinku terbuka setelah aku meng aktifkan meditasiku lagi."

Kinan melakukan meditasinya untuk memasukan energi positive ke dalam jiwanya.

Tak lama kemudian ...

Desiran angin masuk dari segala penjuru, lampu ber kedap kedip bagai

ada sosok iblis.

jendela kamar Kinan tiba tiba terbuka lepas dan bergoyang goyang.

Kinan melihat jelas sosok Arsya dan ke tiga temannya hadir di rumahnya.

.

.

"Mas Arsya !" ringisnya memeluk pria tampan itu yang menitikkan air mata.

"Gua mau meluk gitu Ama Siti." Saka membuat Tiar menyinis.

.

.

"Kamu berhasil." Arsya memeluk gadis murung itu sangat erat.

"Mas Arsya, jangan pergi dari Kinan

ya mas, mas bawa aku ke tempat Kaka Salma ya?"

"Pasti, nanti mas pertemukan kamu dengan Kak Salma, oke."

"Tapi mas ga tau kak Salma tinggal sama siapa, dimanakah dia gerangan?"

"Sini Kinan bisikin." tangan gadis itu menarik baju Arsya.

membuatnya sedikit menempel.

"Kita ga di kasih tau Weh?"

Tiar mengkode teman lainnya.

"Hehehe Ka Tiar ikut kok."

"Di jalan kecil gua tadi ketemu Wewe gombel nan." katanya asal jawab.

namun Kinan merespon dengan tidak percaya.

"Ngibul lu somplak !" Saka menusuk pinggang Tiar dengan sumpit.

"Suka suka yang punya mulut!"

Tiar mendorong Saka ternyata saka menarik basta hingga mereka tersungkur bersama.

"Ampun Bas, gua gak nyangka lu beneran kaya pisang kematengan lembek banget kaki lu tadi si Arsya sekarang lu Bas."

Tiar terbahak bahak.

membuat Kinan menahan tawanya dengan bantal.

Kini Arsya juga ikut tertawa melihat Aksi kelucuan teman arsya, membuat Kinan temannya lebih terasa bahagia dengan situasinya.

Basta melirik Kinan yang semakin renyah tawanya namun dia tak pernah menyesal karna kelemahan kakinya seperti pisang kata Tiar.

Dia beranjak.

"Anjir Bas. gua gak di tangkep

sialan !" Saka memegang sikutnya yang perih.

"Gua paling bawah lu gila ! dada gua ketiban kepala lu yeh, yang mana tuh kepala banyak film bok*p !"

"Si Tiar itu tontonannya bukan kepala gua, pitnah dakjal." Saka pundung.

"Tiar lu b*ngsat!"

Basta melempar tas sekolah Kinan ke arah kepalanya membuat Tiar menangkisnya dengan sombong.

"Salah orang ya Bas, malu tuh."

sabar Arsya.

"Diem lu Arsya, lama lama mirip kambing tau ga, muka lu."

Tiar masih memegangi perutnya karna Ter bahak bahak karna tingkah Basta.

    Kinan masih tetap pendirian menutup mulutnya karna tak karuan sudah, dia tertawa saja membuat Arsya memasang wajah datar, karna Kinan terlanjur menertawakannya.

                              ...

TBC.

saksikan kisah selanjutnya ...