Chereads / 4 Setan Gen Z / Chapter 4 - # Pengacau Mimpi

Chapter 4 - # Pengacau Mimpi

Gimana masih lanjut ??

...

#PART 4.

                                  ,,,,,

Happy Reading ...

...

Karna semua telah berkumpul.

Kinan jadi tidak bisa tidur lelap.

Krkkk !

"Kinan, kenapa belum tidur !"

gertak mamanya.

"Jendela terbuka, Kinan takut."

"Halah, kamu --- tunggu biar mama tutup."

Ibunya tersadar jika mata bathin Kinan di tutup maka anaknya bisa mencemaskan apapun misalnya maling bisa saja menerobos rumah.

"Ehh Bu ! kalo ga mau punya anak ye gosah bikin dengan penuh semangat. kasian spermanya mubazir. mending tadi Kinan jadi anak gua dimasa depan." Basta mengutuk ibunya Kinan.

"Emang ada sperma mubazir?"

Arsya bertanya.

"Ada dong sayangku." Saka mengedip kan matanya.

"JIJAY !" Tiar menyambar wajah Basta.

"MUKA LUH GOOOSAH ..KE WAJAH

GUAHH JANCOKKKHHH !" Basta membalas double kill tepat di wajah Tiar.

Tiar di perlakukan seperti itu Merasa keseruan dan terkikik.

Pukul 00:56. pagi.

"Mau jam 1 nih, kira kira ibu kamu udah tidur belum Kinan?" tanya Saka.

"Kayanya udah, coba deh kalian turun bersama, tinggalkan aku sendiri. biar aku lelap ... mau sekolah soalnya."

"Siap cantiknya mas !"

"Cantik banget Kinan, Kinan lucu ada bulu bulu kaki." ujar Saka.

"Bulu bulu ituh gak ada kan?" Tiar memancing huru hara.

"Ngomong sekali lagi, gua keluarin ginjal lu !" melotot mata Basta.

"Anjir maennya ginjal."

Arsya memainkan rambutnya yang sudah mulai panjang.

"Bulu yang mana kak Tiar?"

"Gosah ditanya Kinan, anggap Tiar orang gila ya."

Arsya mengkedipkan Matanya.

"Iyain biar puas." Tiar menggendikkan bahunya.

...

Di kamar ibunya Kinan ....

.

.

"Dia udah tidur, Bas, masuk gih cepetan elah."

Saka mendorong Basta.

"Sabar kintil." Basta menarik napasnya dalam lalu berfokus pada jiwa ibunya Kinan.

"Energi lu udah masuk Bas."

tanya Saka.

Lalu Basta berhasil masuk ke dalam mimpi ibunya Kinan.

Berapa menit kemudian ...

.

.

Pukul 02:46.

"Gila. selesai nya jauh banget !"

"Gila ya tadi." pekik Tiar bertepuk tangan.

"Udah ah gua cabut."

langkahnya menjauh.

Di belakangnya ada Saka Tiar dan Arsya mengikutinya.

Sebenernya Arsya ketuanya atau Basta sih?

wkwk.

...

Di kamar Kinan.

.

.

"Bas, lu mau temenin gue di bawah ga. soalnya Arsya di ranjang susun udah ber dua Ama Tiar."

"Yodah." Basta pindah ke ranjang Kinan.

"Di lantai, ama gua anjir."

Saka menendang pahanya.

"Dingin di situ, anak monyet."

"Gua sendiri aja." Saka berbalik badan.

"Sak. sini naek."

"Ga perlu Sya, ga muat."

Arsya menoleh dari atas ke bawah.

Tapi Saka menolak.

"Sini naek." Tiar memunculkan kepalanya.

"Oke." bergegas untuk tidur bersama Tiar.

"Sama Tiar aja gercep."

timpal Basta.

"Nape ga seneng?"

Saka menyolot membuat Basta berbalik badan.

...

Hari menjelang pagi.

.

.

.

"Kinan !!!"

Gadis ber usia 10 thn itu mengusap ke dia bola matanya melihat para hantu itu masih terlelap di rumahnya kamar.

terlukis senyumannya.

"Buset, toa masjid apa ya?" Tiar terbangun resah.

"Kinan, kalo marah tampol aja emak lu ye, gua ikhlas." Basta menutup dirinya dengan selimut.

"Kak Basta sejak kapan tidur se kasur denganku?"

Dan memakai selimut 1 ber dua.

"Kasurnya harum. bau aromanya sama kaya di rumah angker itu."

"Ohh, aku lupa kalo Kak Basta yang tempatin kasur aku di rumah almarhum kakek."

"Bilang aja mau nempel Ama kesayangan gua." ujar Arsya terduduk.

"Ya kali, -"

Bruak !

Membuat mereka semua terkejut.

.

.

"Kinan! denger mama kamu ini ga?"

"Apa si mama." jawabnya tidak mengerti.

padahal semalam baik baik saja.

"Mama dihantui oleh Arsya itu, katanya kalo mama jahatin kamu dia mau bunuh mama."

Bu meli ketakutan dan tergesa gesa menghampiri Kinan anaknya yang termenung.

meski nyawanya belum sepenuhnya masuk.

"Mama tidak ada maksud untuk menutupi bathinmu, tapi ini demi kebaikan ya, nakk."

"Kebaikan ...kebaikan anaknya menderita gara gara lu sendiri bu."

ucap Saka berdiri dan mondar mandir di lemari kaca baju.

"Kinan ga tau mama mimpi apa, Kinan barusan di mimpiin Kaka Jenora." lirihnya.

"Kamu bisa liat Arsya lagi !"

timpal mamanya.

"Engga." gadis itu menggeleng kepalanya.

lebih baik menutupi kebohongannya dulu.

"Kenapa mama bisa mimpiin kakakmu?"

"Kemarin ustad Abbas sendiri tutup mata bathin aku, sekarang aku ga bisa liat siapa siapa, mama."

Kinan melirik Basta yang meledek perkataan ibunya.

"Yaudah abis itu mandi, 20 menit lagi

gerbang sekolah di tutup

jangan terlambat ya."

"Iya." singkat jelas padat.

Kinan sudah muak dengan ibunya.

Bu meli akhirnya berjalan dan menutup pintunya.

...

"Apa gua bilang, rencananya berhasil yuhu !" Saka melompat lompat di ujung jendela.

"Ide gua itu." Arsya turun dari ranjang susun.

"Anjir gua ga terima, suara Toa masjid itu buat gua kaget aja ! kirain beneran ada gempa."

Tiar kembali memejamkan matanya.

"Sama gua juga kaget."

Basta mendengus.

"Kinan, gua izin mandi ya."

Saka memamerkan gigi rapihnya.

"Mandi aja Kaka."

Saka bergegas masuk dan mengunci dirinya untuk mandi pagi.

...

Setelah beberapa waktu ...

Kinan dan ibunya sedang menikmati moment sarapan pagi bareng.

tak ada bunyi dentingan sendok melainkan sebuah keheningan.

.

.

"Kinan, mama tau kamu kecewa."

ibunya mengelus kepala anaknya itu sambil memikirkan apa selanjutnya buat pindah rumah.

"Udah mam, Kinan baik baik aja aku juga ga bisa liat mereka."

Mata Kinan melihat Basta, Tiar, Saka dan Arsya sedang kejar mengejar melompati sofa seperti anak kecil.

  "Tanpa mereka aku sendirian."

  senyum Kinan fokus menatap Mas Arsya.

...

Sarapan selesai sudah Kinan meneguk air sampai habis dan mengaitkan ransel ke sebelah pundak dan mengkode mereka mengikuti Kinan kesekolah.

"Mama, Kinan jalan !"

"Ya. hati hati sama pak Harun."

Kinan menoleh dan tersenyum ke arah Mas Arsya.

"Kamu cantik Kinan, mirip Kaka Jenora."

"Pantesan Kak Jenora putusin Kaka, orang tulus begini."

Kinan berlari memasuki mobil.

"Kak Saka. nanti di depan sama Pak Harun ya ? Aku, Kak Tiar, Ka Basta sama Mas Arsya di belakang."

"Siap!" Saka menaruh tangan di ujung kepala berbentuk hormat.

Selesai semua masuk.

.

.

"Pak Harun, bapak indigo kan."

sambar Kinan bergelayutan di bahu supir pribadinya.

"Bapak ga ... bapak udah ga lihat."

"Ga mungkin udah ga liat, Kak Basta gangguin pak Harun, kak."

"Pak Harun, huhuhuhu." Basta meniup leher pria ber usia 40 itu.

Pak Harun bergidik.

"Iya iya iya, saya bisa ! Non kenapa membawa mereka astaga Non, nanti nyonya tau, gimana?"

Pak Harun mendorong kepala Basta untuk tidak mendekat.

Tiar dan Saka menertawakan ketakutan Pak Harun.

"Bapak ih mereka temen temen Kinan, jadi bapak diem jangan beri tahu mama."

"Bapak anu-- bapak liat Mas Arsya."

"Iya, Mas Arsya di samping Kinan

dia mau cari kaka Jenora."

Kinan bersandar pada pundak Basta.

"Jalan pak, nanti dia terlambat kamu bicara terus kapan jalannya."

Tiar sudah mulai mengantuk.

Secara tak sadar Tiar mengomeli Kinan dan supir pribadi gadis itu.

Tak lama mobil melaju ...

.

.

"Kangen naik mobil, itupun udah lama."

ucap saka di depan.

"Den blom pernah ya, naik mobil?"

Pak harun bertanya walau takut takut melihat sosok saka kulitnya penuh baret sayatan pisau.

"Saya Saka pak, Zen Sangkala.

Saka yang ceria mencerahkan dunia."

"Tai." Tiar menyinis dari spion kaca.

"Sewot Mulu." Saka menimpali.

"Hahahaa, kalian seru sekali tampaknya, wah saya beruntung bisa melihat kalian yang menyenangkan seperti ini.

"Maksud bapak begini yang menyenangkan?" Tiar menyopot kepalanya.

"ARGHHH !"

Pak Harun berteriak setelah melihat Salah satu dari mereka melepaskan kepalanya.

"Kak Tiar ih pasang lagi, kejamnya nakutin pak Harun."

Kinan memukul dada Tiar.

"Iya maap." memasang kepalanya lagi.

"Untung gua sering liat kepala buntung." sambung Arsya.

"Lagian kata Pak harun melihat yang menyenangkan kan? yodah gua copotin aje kepala gua, teriak tuh dia takoot!"

kekehan Tiar membuat Pak Harun trauma.

Basta terkekeh singkat.

"Pak, kadang hidup harus butuh Yang serem serem kaya Tiar misalnya."

Basta menyeringai.

"Gaje dah." Saka menyahut dari depan.

"Hidup saya udah susah, ga perlu deh pake serem sereman."

"Pak Harun hidup sebatang kara ."

Kinan memberitahu mereka yang bukan manusia tersebut.

"Serem banget." Basta menunduk.

"Apa saya bilang, serem kan."

"Mas Arsya tangannya bisa di copot pak!"

kata Kinan memberikan sebelah tangan Arsya ke sebelah pak harun."

"Arghh !" jerit Pak Harun.

Lagi lagi pria itu di jahili Kinan karna memegang sebelah tangan Arsya yang sebelumnya pria itu di buat babak belur oleh warga setempat karna di fitnah memperkosa kekasihnya sendiri.

warga juga tak sadar jika tangan Arsya patah.

lalu ada 1 warga yang katanya Arsya memukul kepala Arsya sampe berujung maut, lalu Arsya pun meninggal.

"Kak Arsya, maafin warga ya."

Kinan memeluknya tepat di sebelah kirinya.

"Ga bisa Kinan, mas di fitnah di gebukin, di bunuh. siapa coba yang mau mati begini?"

"Lucu ya kita, jadi setan di usia muda."

Saka tiba tiba menyerocos.

membuat Tiar memukulnya dengan bantal leher pokemon milik Kinan.

"Jangan bahas kematian dulu, gue ga sanggup ceritanya." Basta mulai keberatan.

"Bahas mantan Kinan tuh banyak bangat mantannya."

Arsya terkekeh.

"Mas Arsya !" teriak Kinan menyubit remaja itu, terlukis senyuman Arsya membuat Kinan merasa bahwa dia tidak sendirian.

...

TBC.

Next chapter, berapa nih?

next chapter 5 🔥

seru ga seru alur gabut ini

ajakkin santai aja dulu.