#PART 5.
,,,,
Happy Reading ...
....
Mobil berwarna hitam berkilau itu berhenti di parkiran tertentu.
Lalu perlahan pintu belakang dibuka Kinan membuka pintu mobil dengan gerakan ala ala sedang promosi mobil terbaik di wilayah ini.
Rambut Kinan terbang terbang sangat begitu anggun.
Satu persatu ke empat dari mereka turun dari mobil.
"Kinan udah udah! nanti terlambat udah sana berangkat."
usir Tiar mencemaskannya.
"Kak Tiar Ga seru, sumpah nyebelin!"
Membuat Arsya menyiniskan matanya.
"Hati hati Kinan," Timpal Basta melambaikan tangan.
Setelah itu ....
.
.
"Pak, mau tunggu Kinan, sampe pulang?"
Saka dan Tiar kesibukan memerhatikan seluruh siswa ramai dari kejauhan yang berkerumun.
"Hmm, kalo dia sudah jalan pulang. kalian datang kabarin saja saya ya?"
"Baik pak!" Basta mengangguk penuh semangat.
Pak Harun memasuki mobil dan menyalakan mesin lalu pergi menerobos keluar gerbang.
...
"Hapal bau tubuh Kinan ga, Sya?"
Basta secara tiba tiba sekali.
"Mau ngapain emang?"
"Mau tau kelasnya dia yang mana. gua takut dia di bully."
kata Basta terang terangan.
Tiar menyetujui penuh anggukan semangat perkataan Basta.
"Ayo ikut gua."
Basta, Tiar dan Saka mengikuti langkah Arsya dari sampingnya.
"Dari mana tau kinan di bully?"
bathin Arsya.
...
Di kelas Kinan.
"Kinan, kamu udah ga bisa lihat hantu hantu lagi kan?"
Kinan menyinis menatap teman perempuan yang di kuncir satu dan bando warna biru.
"Ga tau, jangan berdiri di depanku."
Kinan bernada datar.
"Kita mau temenan tau, kenapa kamu sinis gitu." semprot adinda dengan Bando biru gambar stich.
"Emang kamu ga mau gabung sama yang lainnya? emang bisa kerjain PR sendiri?"
sambar yang di ikat rambutnya namanya Ika.
Mata Kinan melihat ke empat teman hantunya, mereka serempak ikut melihatnya sedang di kerumunan.
"Tuhkan Kinan di bully?"
"Bukan." Arsya menarik lengan Saka.
"Biarin aja dulu." Arsya dengan nada datar.
"Dengerin dulu coba." Basta menyahut.
Tiar Dan Saka terdiam menyimak.
...
"Kapan Pr itu di kumpulkan?"
"Dua hari lagi." kata Adinda.
dia angguki Ika.
"Yaudah aku gabung, dimana kelompoknya?" tanya Kinan.
...
Setelah Kinan bergabung dengan ke lima teman di dalam kelompok tersebut. mata menyinis menatap Kinan tak tidak suka kehadirannya.
"Dinda, kenapa ajak Kinan sih?" tukas Olivia
"Ika kenapa harus Kinan aneh ini masuk kelompok kita."
semprot Jessy.
"Ga ada orang lagi, kemaren Kinan kan ga sekolah ber hari hari karna sedang di tutup mata bathinnya."
"Kinan tuh serem tau, liat aja coba matanya." ejek teman lainnya.
Sementara Kinan mengepal tangannya.
Dia menguatkan kekuatannya untuk menjambak rambut temannya bernama Jesi itu wakil kelasnya.
Ketika hampir meraih rambut Jesi
Namun tangannya di tahan Oleh Arsya.
Semua temannya menyaksikan sejenak, tapi dengan cepat agar tidak mencurigakan, Arsya segera melepaskan tangan Kinan.
"Jangan marah Kinan, semua butuh proses ya." Arsya menasehati gadis itu
Kinan melarikan diri dan keluar kelas menabrak tubuh Basta dan Tiar.
"Adaaww !" Basta memegang siku tangannya yang berdenyut karna di tabrak oleh Kinan.
"Mulut mereka kejam.
gua ga suka, mau gua tebas tebas mulut anak anak sialan itu !" Tiar ingin menghukum teman jahatnya Kinan.
"Jangan Tiar. ini urusan manusia.
kita ga bisa menganggu." Basta memegang bahu Tiar untuk menahannya.
...
Di depan kelas Kinan menangis dan di temani Arsya.
Waktu jam sekolah memang kadang tak ber aturan guru masuk se enaknya saja.
.
.
"Kinan, kamu baik baik aja kan?"
"Kinan sedih mas, mereka sejahat itu."
Setelah Arsya mengusap bahu Kinan Tak lama ke dua teman Kinan keluar untuk membujuknya masuk.
"Kinan, maafkan Jesi ya. mereka emang begitu."
Ika memegang lengannya.
"Emang salah ya Kinan bisa lihat hantu? lagian juga itu kemampuanku dari kecil."
"Ga salah, cuma kamu buat aku takut." jawab Ika.
"Mereka bisa melihat kalian, tapi kamu ga akan melihatnya karna mereka hanya bercanda denganku."
"Pokonya jangan buat mereka tahu kamu bisa melihat hantu lagi,"
kata Adinda tersenyum.
Kinan melihat Arsya yang tersenyum di sampingnya.
"Kalo misalnya aku bisa melihat hantu lagi apa kalian menjauhkanku?"
Ika dan Adinda berpandangan.
"Kayanya kamu baik, aroma kamu harum setiap lewat bikin merinding, kadang kamu aneh. tapi ternyata tidak pernah menyakitiku." Ika tersenyum.
"Harum, ohh, apa karna aku membawa minyak lavender pengusiran iblis."
"Ohh, ternyata lavender adalah bau itu?" kata Adinda.
"Hmm." kata Kinan.
matanya melihat Basta sedang bermain gunting batu kertas dengan Saka.
"Kalo semisal kamu bisa lihat lagi aku mau bukti boleh?"
kata Ika.
"Bukti apa?"
Kinan menggaruk kepalanya.
Arsya ikut menyimak.
Basta Tiar dan Saka mendekati Kinan serempak.
"Aku ingin bersentuhan dengan hantu." Adinda menyambar.
"Bisa." ucapnya tersenyum lebar.
Bukan sesuatu yang bahaya, melainkan sekedar hanya ingin tahu kalo hantu itu beneran ada.
"Kamu tidak memanfaatkan aku kan? membully seperti Jesi."
Adinda dan Ika menggeleng.
Flashck on ...
"Mangkanya kalo melihat hantu jangan di sekolah !"
Ika mendorong tubuh Kinan.
"Kita ga mau deketin kamu kalo kamu masih aneh." Adinda pergi
bersama rombongan Jesi.
Tak lama waktu itu ...
Mereka dikhianatin Jesi dan ditinggalkan.
karna alasan tak bisa membayar uang dalam Geng.
Flashback off ....
.
.
"Jadi kalian ditinggalkan kalo ga ada duitnya, masuk geng mereka?"
"Gitulah mereka. pada egois pertemanan untuk duit."
Ika menggerutu.
Adinda menduduki Paha Arsya.
"Maaf Dinda di sebelah ku ada ...
hehe?"
Tak perlu Kinan menjelaskan.
"Hantu?"
"Iya." singkat padat ragu ragu takut mereka marah.
Adinda terbangun dan membungkuk.
"Maaf gak sengaja."
Arsya tersenyum. "Santai gapapa."
"Dia bilang gapapa." sahut Kinan mewakilkan jawaban Arsya.
"Seperti apa sih hantu." Dinda menyambar.
Kinan menatap semua teman hantunya.
"Gantenglah, terutama Santiar !"
dengan pesonanya dia meninju dadanya, merasa paling tampan.
"Huhh!" Saka mendorong Tiar tak terima.
"Yeh ceker ayam ! ga seneng bilang aje !" Tiar tak perduli Saka akan berbuat apa lagi.
.
.
"Kinan aku penasaran." melirik ke Ika
penuh keyanikan.
"Dinda, kamu ga sabaran banget !"
Ika menyikutnya. "Maaf ya Kinan Dinda bikin malu aja."
"Ih, iya gapapa tau ... di sampingku ada mas Arsya. mas Arsya berdiri dulu ya."
Arsya beranjak dan berbaris di samping Basta.
Membuat Ika dan Adinda berpandangan.
"Kalian sekarang tutup mata." Kinan meminta
"Kenapa ?" tanya Ika.
"Mereka ada empat, kamu cukup menghitung tangan mereka."
Saat melakukan meditasi ....
Kinan memasukkan energi ke jiwa temannya dan menyuruh mereka semua menyentuh tangan Ika dan Adinda.
"Saat ini aku memberikan kalian kesempatan menyentuh mereka ya."
Ika mengangguk.
Basta menggenggam lengan Ika.
"Dingin." ujar Ika.
"Itu tangan temanku ber usia 18 tahun namanya Kak Basta."
Lalu adinda juga merasakan jabatannya.
"Yang kamu sentuh adalah tangan Kak Tiar."
Adinda dan Ika menyembunyikan tangannya.
"Kenapa ?" Tanya Kinan.
"Takut." jawabnya barengan sambil mata terpejam.
"Boleh aku coba buka mata ?" kata Ika takut takut.
"Kalo kalian panik aku bisa di skors dari sekolah."
Kinan wanti wanti.
"Kalian bisa menjauh mereka ingin melihat kalian."
Basta, Tiar, Saka dan Arsya memundurkan langkahnya dan berdiri di depan dinding mading.
"Buka mata kalian, kalo takut bilang takut ya, ga perlu teriak." Kinan memerintah.
"Satu ... dua ..." ucap Kinan.
Ika membuka matanya.
"Satu ... dua tiga empat ?!" Ika menutup matanya lagi.
"Kinan aku melihat itu ! mereka ber darah darah, tangannya ada yang ..." Ika memeluk Kinan erat sekali.
"Gapapa, mereka ga jahat."
Basta berjoget joget ala dangdut.
Di pantau oleh Saka.
"Basta kehilangan harga diri, gara gara temannya Kinan melihat kita."
respon Tiar.
"Giliran kamu Adinda."
"Satu aja gimana, ga perlu rame rame."
"Mas Arsya aja deh, kalian menyingkirlah !"
Kinan mengusir sisanya.
namun mereka tidak ingin pergi.
Basta menggeleng.
Tiar bergoyang goyang meledek Kinan.
Saka bergelayutan di bahu Arsya.
mereka ber 4 tidak mau mengalah.
"Ayo bukalah Dinda, matanya."
Adinda membuka matanya.
"Welcome adinda cantik !!"
Jawab mereka serempak.
"Huwahh Gila, plis aku kaget !" langsung menutup matanya lagi.
Namun setelah itu Ika dan Adinda percaya bahwa Hantu yang di maksud Kinan itu beneran Nyata, Sayangnya hanya bisa di lihat oleh manusia Mempunyai kelebihan.
....
Pukul jam 10:34 pagi.
"Kinan, apa mereka ada di sini?" tanya Ika.
"Iya." tangannya meraih sambel.
Kinan menikmati basonya.
"Sumpah serem banget." Adinda bergidik.
"Namanya juga Hadengan serius.
"Kalian tunggu ya, aku ingin itu."
Melirik ke Arsya dan Basta karna memandang Kinan bicara dengan mereka."
Ika dan Adinda mengangguk.
"Makanlah kalian. ini itu ya banyak loh makanan tuh, sate ayam sosis bakar, bubur ayam !"
menasehati ke 4 teman ghaibnya.
Tiar menarik Saka
"Wih banyak Sak." Tiar ber teriak dari jauh.
"Apaan woy yang banyak !! dosa lu banyak ? antrian noh yang banyak !"
"Sya, ayo makan." Basta menggoyangkan tubuh Arsya.
sambil melirik ke anak 10 thn itu.
"Kamu gapapa Kinan?"
Arsya mencemaskannya.
"Aku bisa kok. ada mereka ber dua sana gih mas, main main dulu." senyum Kinan.
"Oke deh, ayo Bas." titah Arsya dirangkul Basta.
...
"Mereka pergi Kinan?" tanya Ika.
"Hmm." Kinan menjawab deheman.
"Cara manggil mereka nanti gimana ?" Adinda mencari topik.
"Sebut nama doang."
"Ohh." Ika dan Adinda barengan.
...
Di sisi lain ...
.
"Akhirnya Ki--kinan punya te--teman real !"
Arsya menangis tersedu sedu.
"Udah dong Sya." Tiar tampak khawatir.
"Nanti Kinan denger tangisan lu."
Saka mengelus rambut Arsya yang halus itu.
"Siapa pegang pegang kepala gua !"
Tiar menunjuk Saka.
Basta menjuk Saka.
"Aduh ke gua semua." Saka pasrah.
"Makasih Saka." respon Arsya merasa lebih baik.
Membuat Saka mengelus dada.
"Kirain gua, dia ngamuk." ucap Basta.
Tiar memutar bola matanya malas.
"Hampir jiwa gua melayang."
Saka bergumam.
"Jiwa ? orang gua udah mati, anjeng lupa gua."
Saka membuat kekehan.
...
Ternyata hantu hantu seperti mereka juga butuh istirahat seperti siswa sekolah ...
.
.
"Emang kenapa rumah kakek almarhum Zaenal di biarkan usang begitu."
tanya Saka membawa nasi goreng sosis.
"Ceritanya panjang." Arsya menggigit sosis bakar di genggaman tangannya.
"Warisan ga sih?" sergah Basta menebak.
"Ada lagi. bukan ... bukan hanya itu."
"Langsung aja apa Sya, anjir !"
Tiar mencengkram kerah baju temannya itu.
"Gua mau ketemu Jenora dulu baru gua jelasin tentang rumah angker yang kita tempatin."
Tangan Arsya menepis ke dua tangan Tiar yang sedari tadi melingkar.
"Mencar aja yuk abis ketemu Jenora?"
kata Basta.
membuat mereka semua berpikir masing masing.
.....
TBC
maap sekiranya ada typo.
karna ini hanya gabutan ya.
semangat kalian !