Kehidupan di Balik Bayangan
Malam di perkemahan terasa lebih sunyi setelah kejadian penyergapan siang tadi. Tianlong, yang kini terbaring di tenda, perlahan membuka matanya. Cahaya lentera menerangi wajahnya yang masih pucat akibat racun. Di sisinya, Lingxue duduk diam, matanya menatap ke arah api unggun yang berkedip di luar tenda.
"Apa yang terjadi?" suara Tianlong serak memecah keheningan.
Lingxue menoleh, ekspresi wajahnya tetap dingin meski ada sedikit kelegaan melihat Tianlong telah sadar. "Kau terkena racun. Aku... hanya memastikan kau tidak mati."
Tianlong mencoba bangkit, tetapi tubuhnya masih lemah. "Bagaimana caranya kau bisa menyembuhkanku?"
Lingxue terdiam sejenak. Dia tahu jawaban yang jujur bisa membongkar identitas aslinya, tetapi kebohongan terlalu berisiko. Akhirnya, dia memilih untuk menghindari pertanyaan itu.
"Kita harus melanjutkan perjalanan besok," katanya singkat. "Bahaya belum selesai."
Tianlong memandangnya dengan curiga, tetapi dia terlalu lemah untuk mendesak lebih jauh.
---
Rencana Licik Selir Meiyue
Di istana Tianming, Selir Meiyue duduk di balkon kamarnya sambil memandang bulan. Di sampingnya, Pangeran Erlang tampak sedang mengasah pedangnya.
"Racun itu seharusnya cukup untuk menghabisinya," kata Erlang, nada suaranya penuh kebanggaan.
Meiyue tersenyum tipis. "Jangan terlalu percaya diri. Jika Tianlong berhasil selamat, kita harus memikirkan langkah berikutnya."
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Erlang.
Meiyue menyesap tehnya sebelum menjawab. "Jika dia kembali ke istana, kita akan membuatnya tampak seperti seorang pengkhianat. Kita sebarkan kabar bahwa dia bekerja sama dengan musuh untuk menyerang wilayah kita. Jika rakyat percaya, takhta akan menjadi milikmu."
Erlang tertawa kecil. "Lalu bagaimana dengan kesatria bayangan itu? Lingxue, bukan?"
Meiyue tersenyum dingin. "Dia hanya pelindung. Tapi jika dia menghalangi rencana kita, dia juga harus disingkirkan."
---
Perjalanan Menuju Lembah Terlarang
Keesokan harinya, pasukan Tianming melanjutkan perjalanan menuju lembah di perbatasan. Lembah itu dikenal sebagai "Lembah Terlarang," tempat yang dihuni oleh makhluk-makhluk gelap yang bahkan para dewa takut untuk mendekatinya.
"Kenapa kita harus melewati lembah ini?" tanya Yingfei kepada Lingxue saat mereka berjalan di belakang pasukan.
"Karena ini jalan terpendek menuju markas musuh," jawab Lingxue singkat.
"Tapi lembah ini penuh dengan bahaya," desak Yingfei. "Ada cerita bahwa siapa pun yang masuk tidak pernah keluar."
Lingxue tidak menjawab. Dia tahu cerita itu benar, tetapi dia juga tahu bahwa dia memiliki kekuatan untuk melindungi pasukan ini—jika Tianlong mengizinkannya.
Di depan, Tianlong memimpin pasukan dengan ekspresi serius. Tubuhnya masih lemah, tetapi semangatnya tetap kuat. Dia menoleh ke Lingxue. "Kau yakin kita bisa melewati lembah ini?"
"Percayalah pada saya, Yang Mulia," jawab Lingxue tanpa ragu.
---
Makhluk Kegelapan
Saat malam tiba, mereka mendirikan kemah di tepi lembah. Suasana di sekitar menjadi semakin mencekam. Pohon-pohon yang tinggi menjulang tampak seperti bayangan hitam, dan suara angin berbisik seperti tangisan hantu.
Di tengah malam, suara aneh mulai terdengar dari dalam lembah. Pasukan yang berjaga mulai panik saat melihat bayangan besar bergerak di antara pepohonan.
"Makhluk kegelapan!" teriak salah satu prajurit.
Tiba-tiba, seekor makhluk raksasa dengan tubuh hitam legam dan mata merah menyala muncul dari dalam lembah. Makhluk itu mengeluarkan raungan yang mengguncang tanah.
"Bersiap!" seru Tianlong, meskipun tubuhnya masih lemah.
Lingxue maju ke depan, pedangnya terhunus. "Yang Mulia, biarkan saya yang menghadapinya."
Tianlong ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. "Hati-hati."
Lingxue melangkah ke depan, menghadapi makhluk itu sendirian. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menggunakan kekuatan kegelapannya di depan pasukan, tetapi dia juga tahu bahwa pedangnya mungkin tidak cukup untuk mengalahkan makhluk itu.
Dengan gerakan cepat, dia melompat ke udara dan menyerang kepala makhluk itu. Serangannya berhasil melukai makhluk itu, tetapi makhluk itu tidak mudah dikalahkan.
"Lingxue!" teriak Yingfei saat makhluk itu menyerang balik.
Lingxue terjatuh, tetapi dia segera bangkit dan melancarkan serangan lain. Dalam hatinya, dia berdoa agar rahasianya tidak terbongkar.
---
Saat Lingxue hampir kalah, dia tidak punya pilihan lain selain menggunakan kekuatannya. Tangannya mulai bersinar dengan energi hitam, dan matanya berubah menjadi merah seperti darah. Dengan satu serangan, dia menghancurkan makhluk itu menjadi abu.
Pasukan yang melihat kejadian itu terdiam. Mereka tidak tahu harus berkata apa.
"Apa... apa itu?" tanya salah satu prajurit dengan suara gemetar.
Tianlong melangkah maju, menatap Lingxue dengan tatapan penuh pertanyaan. "Lingxue, apa yang baru saja kau lakukan?"
Lingxue terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia tahu bahwa rahasianya telah terbongkar.
"Saya... akan menjelaskan nanti," katanya akhirnya sebelum berjalan menjauh.
---
Malam itu, Tianlong memanggil Lingxue ke tendanya.
"Lingxue, aku ingin jawaban," katanya dengan nada tegas. "Apa sebenarnya kau ini?"
Lingxue menundukkan kepala, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Saya... bukan manusia biasa, Yang Mulia."
Tianlong menyipitkan mata. "Lalu siapa kau sebenarnya?"
Lingxue menghela napas panjang. "Saya adalah keturunan dari Raja Cahaya dan Ratu Kegelapan. Saya memiliki kekuatan dari kedua dunia itu, tetapi saya memilih untuk hidup di dunia manusia."
Tianlong terkejut, tetapi dia mencoba menyembunyikan ekspresinya. "Kenapa kau menyembunyikan ini dariku?"
"Saya tidak ingin Anda atau yang lain takut pada saya," jawab Lingxue dengan suara pelan. "Saya hanya ingin melindungi Anda."
Tianlong terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak peduli siapa kau sebenarnya. Selama kau setia padaku, aku akan mempercayaimu."
Lingxue merasa lega mendengar itu, tetapi dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang dan penuh bahaya.
---
Malam itu, Tianlong dan Lingxue mulai menjalin kepercayaan yang lebih dalam, meskipun rahasia yang mereka simpan membuat hubungan mereka semakin rumit. Di sisi lain, ancaman dari Selir Meiyue dan Pangeran Erlang semakin mendekat, dan musuh baru dari dalam lembah mulai menunjukkan dirinya.
Perjalanan mereka baru dimulai, tetapi bahaya yang lebih besar menanti di depan.
---