Langit mulai cerah saat rombongan Tianlong keluar dari hutan. Lingxue masih pingsan di atas tandu yang dibuat seadanya oleh para prajurit. Tianlong tidak meninggalkan sisinya, mengabaikan saran Yingfei dan yang lain untuk beristirahat. Wajahnya penuh kecemasan, terutama ketika dia melihat bekas luka hitam yang menjalar di lengan Lingxue, sisa dari serangan pasukan bayangan.
"Pangeran, kita harus berhenti," kata Yingfei dengan tegas. "Lingxue butuh waktu untuk pulih."
Tianlong memandang Yingfei dengan tajam. "Kita tidak punya waktu. Jika kita berhenti terlalu lama, Erlang akan menemukan kita."
"Tapi jika Lingxue tidak sembuh, dia tidak akan bertahan," balas Yingfei.
Tianlong terdiam sejenak, lalu akhirnya memberi isyarat kepada rombongan untuk berhenti di sebuah dataran tinggi yang aman.
---
Lingxue Terbangun
Malam itu, Lingxue akhirnya terbangun. Matanya yang lemah memandang Tianlong yang duduk di sebelahnya, wajahnya penuh rasa bersalah.
"Aku telah menjadi beban," bisiknya.
"Jangan katakan itu," jawab Tianlong dengan suara rendah. "Kau telah menyelamatkan kami berkali-kali. Kini giliranku untuk melindungimu."
Lingxue tersenyum tipis, tetapi rasa sakit di tubuhnya membuatnya tidak bisa berkata banyak. Yingfei segera datang membawa ramuan obat dan mulai merawatnya.
"Kau benar-benar keras kepala, Lingxue," gumam Yingfei sambil mengoleskan salep pada luka di lengan Lingxue. "Kau tidak harus selalu melawan sendirian."
Lingxue hanya mengangguk lemah. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa kekuatan kegelapannya mulai menguras energinya.
---
Lanmei Memanfaatkan Kesempatan
Di sisi lain, Lanmei melihat kelemahan Lingxue sebagai peluang untuk memperkuat posisinya di depan Tianlong. Dia mendekati Tianlong dengan segelas air hangat dan senyum lembut.
"Pangeran," katanya pelan, "kau sudah terlalu lelah. Biarkan aku yang menjaga Lingxue malam ini."
Tianlong memandangnya dengan curiga. "Aku tidak butuh bantuanmu."
Lanmei menunduk, berpura-pura terluka oleh kata-katanya. "Aku hanya ingin membantu. Kau tidak bisa terus-menerus mengorbankan dirimu untuk seseorang yang bahkan kau tidak tahu asal-usulnya."
"Aku tahu lebih dari cukup," jawab Tianlong dingin. "Dan aku tahu siapa yang bisa dipercaya."
Lanmei mundur dengan wajah yang penuh kepura-puraan, tetapi dalam hatinya dia semakin bertekad untuk menyingkirkan Lingxue.
---
Rahasia dari Masa Lalu
Ketika Lingxue mulai pulih, dia memutuskan untuk menceritakan kebenaran kepada Tianlong. Di tengah malam, saat hanya mereka berdua yang terjaga, Lingxue membuka dirinya.
"Ada sesuatu yang harus kau tahu," katanya dengan suara pelan.
Tianlong menatapnya dengan serius. "Apa itu?"
Lingxue menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Ini bukan pertama kalinya kita bertemu."
Tianlong terkejut. "Apa maksudmu?"
"Kau mungkin tidak mengingatnya, tapi saat kau masih kecil, kau pernah tersesat di sebuah hutan gelap. Aku yang membantumu keluar."
Tianlong mencoba mengingat, dan perlahan bayangan masa lalu muncul di benaknya. Seorang gadis kecil dengan mata hitam bercahaya, memegang tangannya dan memimpin jalannya keluar dari kegelapan.
"Itu… itu kau?" bisiknya.
Lingxue mengangguk. "Sejak saat itu, aku tahu bahwa kau istimewa. Tapi aku tidak pernah menduga bahwa takdir akan mempertemukan kita lagi seperti ini."
Tianlong merasa hatinya hangat mendengar pengakuan itu. "Jika itu benar, maka aku berutang nyawa kepadamu dua kali."
Lingxue tersenyum. "Kita mungkin berasal dari dunia yang berbeda, Tianlong. Tapi aku percaya, jika kita bekerja sama, kita bisa mengatasi apa pun."
---
Serangan di Tengah Malam
Percakapan mereka terhenti ketika tiba-tiba terdengar suara jeritan dari kamp. Pasukan bayangan Erlang kembali menyerang, kali ini dengan kekuatan yang lebih besar.
Lingxue dan Tianlong segera bersiap. Meskipun masih lemah, Lingxue menggunakan kekuatan kegelapannya untuk melindungi rombongan, sementara Tianlong memimpin serangan balasan dengan kekuatan surgawinya.
"Jaga Lingxue!" teriak Tianlong kepada Yingfei.
"Tapi pangeran—"
"Lakukan saja!"
Yingfei membawa Lingxue menjauh dari pertempuran, sementara Tianlong bertarung dengan gagah berani. Namun, musuh terlalu banyak, dan keadaan mulai memburuk.
Lingxue, yang tidak tahan melihat Tianlong terluka, memutuskan untuk kembali ke medan perang. Dengan kekuatan yang tersisa, dia melepaskan serangan besar yang menghancurkan sebagian besar pasukan bayangan.
Namun, kekuatan itu juga membuat Lingxue hampir kehilangan kesadarannya. Tianlong menangkapnya tepat sebelum dia jatuh.
"Lingxue! Jangan lakukan ini pada dirimu sendiri!"
Lingxue tersenyum lemah. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu, Tianlong."
---
Rencana Baru
Setelah berhasil mengalahkan pasukan bayangan, Tianlong dan Lingxue menyadari bahwa mereka tidak bisa terus melarikan diri. Mereka harus melawan Erlang dan Selir Meiyue secara langsung.
"Kita tidak bisa menang dengan kekuatan yang kita miliki sekarang," kata Yingfei.
Lingxue mengangguk. "Aku tahu tempat di mana kita bisa mendapatkan bantuan. Tapi itu berbahaya."
"Dimana itu?" tanya Tianlong.
"Lembah Kegelapan," jawab Lingxue. "Di sana, aku bisa memanggil pasukan yang setia padaku. Tapi kau harus percaya padaku, Tianlong. Ini tidak akan mudah."
Tianlong memandangnya dengan tegas. "Aku percaya padamu, Lingxue. Apa pun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama."
Dengan tekad baru, rombongan mereka mulai perjalanan menuju Lembah Kegelapan, tempat di mana rahasia terbesar Lingxue akan terungkap.