Chereads / The Rise of Guangxue Kingdom" / Chapter 9 - bab 9 The Price of Power

Chapter 9 - bab 9 The Price of Power

Meski pasukan gabungan kegelapan dan manusia mulai terbentuk, tantangan baru muncul. Ketegangan antara kedua kelompok sangat terasa. Prajurit manusia takut pada kekuatan para makhluk kegelapan, sementara prajurit kegelapan merasa tidak dihormati oleh manusia. Lingxue dan Tianlong harus bekerja keras untuk menjaga persatuan mereka.

---

Keraguan di Antara Pasukan

Saat latihan bersama di sebuah lapangan terbuka di dekat lembah, terjadi pertikaian kecil antara seorang prajurit manusia bernama Wei Chen dan seorang prajurit kegelapan bernama Mogu.

"Kau tidak bisa mematuhi perintahku karena aku manusia?" bentak Wei Chen saat Mogu mengabaikan instruksinya.

Mogu, dengan taring yang terlihat jelas, mendesis. "Aku tidak tunduk pada makhluk lemah sepertimu."

Pertengkaran itu hampir berakhir dengan perkelahian, tetapi Tianlong dan Lingxue segera turun tangan.

"Cukup!" suara Lingxue menggema, membuat keduanya terdiam. "Jika kalian tidak bisa bekerja sama, maka kita semua akan kalah. Ini bukan tentang siapa yang lebih kuat. Ini tentang bertahan hidup."

Tianlong menambahkan, "Erlang dan Selir Meiyue tidak peduli apakah kalian manusia atau kegelapan. Mereka hanya ingin menghancurkan kita semua. Jika kita tidak bisa bersatu, maka kita sudah kalah sebelum pertempuran dimulai."

Meski enggan, Wei Chen dan Mogu akhirnya meminta maaf satu sama lain. Namun Lingxue tahu, masih ada jalan panjang untuk mencapai kepercayaan penuh di antara mereka.

---

Rahasia Terungkap

Di tengah usaha membangun persekutuan, Lingxue mulai merasakan pengaruh kuat dari masa lalunya. Saat dia sedang memeriksa sebuah peta bersama Yingfei, dia mendengar bisikan suara lembut yang memanggilnya.

"Lingxue... anakku..."

Lingxue tertegun. Suara itu datang dari dalam pikirannya, suara yang sudah lama tidak ia dengar—suara ibunya, Ratu Iblis.

Dia segera meninggalkan ruang pertemuan tanpa berkata apa-apa. Tianlong, yang melihat perubahan ekspresi Lingxue, diam-diam mengikutinya.

Lingxue pergi ke sebuah gua terpencil di dalam lembah, tempat di mana ia menemukan sebuah altar kuno dengan simbol cahaya dan kegelapan. Di sana, bayangan Ratu Iblis muncul, meski samar dan tidak nyata.

"Lingxue, kau telah tumbuh kuat," kata bayangan itu. "Tapi kekuatanmu tidak cukup. Untuk mengalahkan Erlang dan Meiyue, kau harus menerima siapa dirimu sepenuhnya."

"Apa maksudmu?" tanya Lingxue dengan bingung.

"Kau adalah anak dari dua dunia. Cahaya dan kegelapan mengalir dalam darahmu. Jika kau bisa memadukan keduanya, kau akan menjadi kekuatan yang tak terkalahkan."

Namun, sebelum Lingxue bisa bertanya lebih jauh, bayangan itu menghilang. Tianlong, yang mengintip dari belakang, akhirnya muncul.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Lingxue mengangguk pelan, tetapi wajahnya menunjukkan kegelisahan. "Aku hanya... perlu waktu untuk berpikir."

---

Kedatangan Pasukan Baru

Di saat mereka berusaha menguatkan aliansi, kabar baik datang. Seorang pemimpin manusia bernama Jenderal Huo, seorang teman lama ayah Tianlong, membawa pasukannya untuk bergabung.

Jenderal Huo adalah sosok yang tegas dan berpengalaman, tetapi dia juga skeptis terhadap keberadaan pasukan kegelapan. Saat bertemu Lingxue, dia tidak bisa menyembunyikan rasa tidak percayanya.

"Jadi, inikah Ratu Kegelapan yang kau percayai, Pangeran?" tanya Jenderal Huo dengan nada meremehkan.

"Dia lebih dari sekadar itu," jawab Tianlong tegas. "Lingxue telah menyelamatkan nyawa kami berulang kali. Tanpa dia, kita tidak akan memiliki kesempatan melawan Erlang."

Lingxue tidak marah atas sikap Jenderal Huo, tetapi dia tahu bahwa dirinya harus membuktikan nilai dan loyalitasnya.

---

Misi Berbahaya ke Istana Erlang

Untuk memperkuat strategi mereka, Yingfei mengusulkan misi pengintaian ke istana Erlang. Mereka membutuhkan informasi tentang jumlah pasukan musuh dan rencana mereka.

Lingxue, Tianlong, Yingfei, dan beberapa prajurit elit manusia dan kegelapan memutuskan untuk menyusup.

Perjalanan ke istana Erlang penuh bahaya. Mereka harus melewati lembah dengan jebakan magis dan melawan makhluk penjaga istana.

Di tengah perjalanan, mereka menghadapi sekelompok makhluk bayangan yang hampir mengalahkan mereka. Namun, Lingxue mengaktifkan kekuatan kegelapannya untuk mengendalikan makhluk-makhluk itu.

"Pergilah, kembali ke tuanmu," bisik Lingxue dengan suara penuh kekuatan. Makhluk-makhluk itu mundur dengan patuh, meninggalkan rombongan dengan kebingungan dan rasa kagum.

---

Kesalahpahaman yang Menyakitkan

Di istana Erlang, kelompok mereka berhasil menemukan dokumen penting tentang rencana serangan musuh. Namun, dalam perjalanan kembali, mereka terjebak dalam perangkap.

Erlang muncul bersama Selir Meiyue, yang menyeringai licik saat melihat Lingxue.

"Jadi, kau kembali untuk mencoba merebut apa yang bukan milikmu?" ejek Meiyue.

"Kami akan mengakhiri kejahatanmu," balas Tianlong.

Namun, Meiyue, dengan tipu muslihatnya, mencoba memanfaatkan hubungan antara Tianlong dan Lingxue.

"Apa kau tahu, Pangeran?" kata Meiyue dengan nada manis. "Lingxue tidak sepenuhnya jujur padamu. Dia telah bekerja denganku di masa lalu. Bahkan, mungkin dia masih melakukannya."

Tianlong terkejut, sementara Lingxue berusaha menjelaskan. "Itu tidak benar, Tianlong! Aku tidak pernah mengkhianatimu!"

Namun, keraguan mulai muncul di hati Tianlong. Lingxue merasa terluka oleh tatapan dingin Tianlong, tetapi mereka tidak punya waktu untuk menyelesaikan konflik ini karena pasukan Erlang mulai menyerang.

Mereka berhasil melarikan diri, tetapi hubungan antara Lingxue dan Tianlong menjadi tegang.

---

Kembali ke Perkemahan

Setibanya di perkemahan, Lingxue merasa hancur oleh keraguan Tianlong. Dia menjauh dari rombongan, memilih untuk menyendiri di sebuah bukit kecil.

Yingfei mencoba mendamaikan mereka. "Pangeran, kau tahu bahwa Meiyue adalah ahli dalam memanipulasi. Jangan biarkan kata-katanya menghancurkan kepercayaanmu pada Lingxue."

Tianlong terdiam, tetapi hatinya masih dipenuhi konflik.

Lingxue, di sisi lain, memutuskan bahwa dia harus membuktikan kesetiaannya sekali lagi, meskipun itu berarti mengorbankan dirinya.

---