Malam itu, Lingxue berdiri di puncak bukit, memandangi bulan yang memantulkan sinarnya ke lembah. Ia memikirkan semua hal yang telah terjadi, mulai dari jatuhnya kerajaannya hingga pertemuannya kembali dengan Tianlong. Namun, keraguan Tianlong yang terlihat di matanya tadi siang menusuk hatinya lebih dalam daripada luka fisik apa pun.
"Jika dia tidak percaya padaku… lalu apa gunanya semua ini?" gumam Lingxue pelan.
Yingfei, yang sudah lama menjadi sahabat setianya, mendekat. "Lingxue, kau tahu bahwa Tianlong hanya manusia. Dia punya kelemahan—keraguan adalah salah satunya. Tapi itu tidak berarti dia berhenti peduli padamu."
Lingxue menunduk, merasakan air mata menggenang. "Aku tidak peduli jika dunia membenciku, tapi kenapa dia juga harus meragukan aku?"
Yingfei hanya diam, memberi Lingxue waktu untuk menenangkan diri.
---
Konflik di Perkemahan
Sementara itu, Tianlong berjalan gelisah di perkemahan. Kata-kata Meiyue terus menghantui pikirannya. Yingfei benar; Tianlong tahu bahwa Meiyue adalah ahli manipulasi, tetapi bagian kecil dalam dirinya merasa takut bahwa Lingxue mungkin menyembunyikan sesuatu darinya.
"Aku harus bicara dengannya," putus Tianlong akhirnya.
Namun, saat ia mendekati bukit tempat Lingxue biasanya menyendiri, dia menemukan Lingxue sudah pergi.
---
Pengorbanan Lingxue
Lingxue memutuskan untuk menghadapi Erlang dan Meiyue sendirian. Dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk membuktikan dirinya kepada Tianlong dan para pasukan adalah dengan membawa kemenangan bagi mereka, meskipun itu berarti mengorbankan dirinya.
"Aku harus melakukannya," bisiknya pada dirinya sendiri sambil berjalan keluar dari perkemahan.
Di tengah malam yang gelap, dia meninggalkan pesan singkat untuk Tianlong, yang hanya berisi:
"Aku akan kembali ketika semuanya berakhir. Percayalah padaku, meski untuk terakhir kalinya."
---
Misi Berbahaya ke Istana Erlang
Setibanya di dekat istana Erlang, Lingxue menggunakan kekuatannya untuk menyusup ke dalam tanpa terdeteksi. Dia menghadapi tantangan besar, termasuk jebakan magis dan penjaga istana yang sangat kuat. Namun, Lingxue berhasil mengalahkan mereka satu per satu dengan kecerdasan dan kekuatannya.
Di aula utama, dia berhadapan langsung dengan Erlang dan Meiyue.
"Lingxue, kau benar-benar datang sendirian?" Erlang tertawa sinis. "Kau lebih bodoh dari yang kuduga."
Meiyue menambahkan, "Dia tahu bahwa Tianlong tidak lagi percaya padanya. Itulah sebabnya dia mencoba menjadi pahlawan. Tapi apa gunanya, Lingxue? Kau tidak akan keluar hidup-hidup."
Lingxue tidak terintimidasi. "Aku tidak perlu kau percaya padaku. Aku hanya datang untuk mengakhiri kejahatanmu."
Pertarungan pun dimulai. Lingxue menunjukkan kekuatan gabungan cahaya dan kegelapan yang diwarisinya dari kedua orang tuanya. Meski terluka parah, dia berhasil menghancurkan sebagian besar pasukan Erlang dan membuat Meiyue terluka. Namun, Erlang lebih kuat dari yang dia duga.
---
Penyelamatan Tak Terduga
Saat Lingxue hampir kalah, tiba-tiba sebuah cahaya terang muncul di aula. Itu adalah Tianlong, yang datang bersama Yingfei dan pasukan gabungan mereka.
"Kau pikir kau bisa melakukan semuanya sendirian?" teriak Tianlong sambil melompat masuk ke medan pertempuran.
Lingxue terkejut, tetapi dia merasa lega melihat Tianlong di sana.
Pertarungan berlanjut dengan sengit. Tianlong menggunakan kekuatan surgawinya untuk melawan Erlang, sementara Lingxue menghadapi Meiyue untuk terakhir kalinya.
"Aku akan menghancurkan semua yang kau miliki!" teriak Meiyue sambil melancarkan serangan terakhir.
Namun, Lingxue berhasil membalikkan keadaan dengan mengorbankan sebagian kekuatan hidupnya. Meiyue akhirnya kalah dan hancur menjadi abu.
Erlang, yang melihat kekalahan Meiyue, kehilangan kendali dan melarikan diri, tetapi bersumpah akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar.
---
Perpisahan yang Penuh Air Mata
Setelah pertempuran, Lingxue terjatuh karena kelelahan. Tianlong berlari mendekatinya, memegang tubuhnya dengan penuh kekhawatiran.
"Kau bodoh! Kenapa kau pergi sendirian?" serunya dengan suara bergetar.
Lingxue tersenyum lemah. "Aku hanya ingin membuktikan… bahwa aku tidak pernah mengkhianatimu."
Tianlong memeluknya erat, air mata mengalir di pipinya. "Maafkan aku, Lingxue. Aku salah. Aku seharusnya percaya padamu sejak awal."
Lingxue memejamkan mata, merasa tenang dalam pelukan Tianlong. "Aku sudah memaafkanmu…"
Namun, saat itu juga, tubuh Lingxue mulai melemah. Tianlong panik, tetapi Lingxue meyakinkannya. "Aku hanya perlu waktu untuk pulih. Kau harus memimpin pasukan kita sekarang."
---
Harapan Baru
Dengan Lingxue yang masih dalam pemulihan, Tianlong mengambil alih kepemimpinan sementara. Dia bersumpah untuk melindungi apa yang telah mereka bangun bersama.
Pasukan mereka kini bersatu lebih kuat dari sebelumnya. Para prajurit manusia dan kegelapan mulai saling percaya, terinspirasi oleh pengorbanan Lingxue.
Lingxue terbangun di sebuah ruangan kecil, ditemani Yingfei.
"Jadi, kau akhirnya sadar," kata Yingfei sambil tersenyum.
Lingxue mengangguk lemah, tetapi matanya memancarkan tekad baru. "Pertarungan ini belum selesai. Aku masih memiliki tugas yang harus diselesaikan