Chereads / Naga Sejuta Cinta / Chapter 1 - Bisikan Legenda

Naga Sejuta Cinta

🇮🇩Oyex_Sabiansyah
  • 19
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bisikan Legenda

Di tengah malam yang sunyi, hujan deras mengguyur Desa Eldoria. Gemericik air yang jatuh di atap rumah dan jalanan berlumut semakin menambah kesunyian yang mencekam. Di dalam salah satu rumah kayu yang sederhana, seorang gadis muda bernama Reyna duduk di samping ranjang ayahnya, menatap dengan cemas wajah pucatnya yang semakin kurus.

Ayah Reyna, seorang pria yang dulu terkenal karena kekuatannya di desa, kini hanya bisa terbaring lemah. Penyakit misterius telah merenggut energi hidupnya selama berhari-hari, dan meskipun telah dicoba berbagai cara untuk menyembuhkannya, tidak ada yang berhasil. Tangan Reyna gemetar saat menyentuh dahi ayahnya yang panas. Setiap detik yang berlalu, harapannya semakin memudar.

"Reyna..." suara lemah ayahnya memecah keheningan, "Jangan biarkan… kami pergi begitu saja…"

"Ayah, jangan bicara seperti itu!" Reyna hampir menangis, tetapi dia menahan diri. "Aku akan mencari cara untuk menyembuhkanmu, aku janji."

Di sudut ruangan, adiknya, Kael, hanya bisa duduk diam, matanya yang besar memandang Reyna dengan rasa takut. "Apa yang akan kita lakukan, Kak?" tanya Kael lirih. "Kita sudah coba segala cara, tapi tak ada yang berhasil…"

Reyna menggenggam tangan Kael. "Kita belum mencoba semuanya. Aku akan menemukan obat apapun itu, asalkan ayah bisa sembuh."

Malam itu, perasaan cemas yang menggelayuti Reyna semakin kuat. Meski ia mencoba menenangkan adiknya, hatinya dipenuhi keraguan. Di desa mereka, rumor tentang penyakit ini telah menyebar cepat. Banyak yang percaya bahwa ini bukan penyakit biasa. Beberapa orang bahkan berbisik bahwa itu adalah kutukan. Satu-satunya harapan mereka adalah sebuah legenda yang terdengar seperti dongeng—tentang naga legendaris yang bisa mengubah takdir, yang dikenal dengan nama "Naga Sejuta Cinta."

Tiba-tiba, sebuah bisikan lembut terdengar, seperti suara angin yang membawa pesan dari kejauhan.

"Temukan aku… jika kau ingin menyelamatkan mereka…"

Reyna terlonjak. Bisikan itu begitu jelas, tetapi juga begitu asing, seperti datang dari tempat yang jauh. Dia menoleh ke arah Kael, tetapi adiknya tampak tidak mendengar apa-apa. Hanya ada keheningan di antara mereka. Reyna berdiri dan berjalan menuju jendela yang menghadap ke luar, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.

"Temukan aku… di dalam hutan…"

Kata-kata itu kembali berbisik, kali ini lebih keras, hampir memaksa Reyna untuk mendengarkannya. Dia merasa seolah suara itu datang dari kedalaman hatinya, menggerakkan sesuatu yang tak bisa ia jelaskan.

Hutan Eldoria. Reyna tahu tentang hutan itu—tempat yang selalu dihindari orang-orang desa. Hutan yang konon dihuni oleh makhluk mitologis dan dikatakan sangat berbahaya. Tidak ada seorang pun yang berani memasukinya, kecuali pemburu dan petualang yang sudah tidak memiliki harapan lagi. Tetapi, saat ini, hutan itu terdengar seperti satu-satunya tempat yang bisa memberinya jawaban.

"Reyna?" Kael memanggil, tampak khawatir ketika melihat kakaknya berdiri terpaku di jendela. "Apa yang kau dengar?"

Reyna mengangguk, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah. "Aku harus pergi," katanya pelan, dengan suara yang tidak terlalu meyakinkan.

Kael terkejut. "Kau ingin pergi ke hutan itu? Reyna, jangan! Itu terlalu berbahaya. Kita harus tetap di sini."

Namun, Reyna tidak bisa menahan rasa khawatir yang semakin tumbuh dalam dirinya. Bisikan itu adalah satu-satunya petunjuk yang ia miliki. Jika ada kemungkinan untuk menyelamatkan ayahnya, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

"Aku harus pergi, Kael," ujar Reyna dengan tegas. "Aku akan kembali secepatnya."

Dengan langkah yang pasti, Reyna mengenakan jubahnya, menyembunyikan wajahnya di balik tudung, dan membuka pintu rumah mereka yang sederhana. Kael mencoba menahan, namun Reyna sudah melangkah keluar ke dalam hujan yang semakin deras.

Langkahnya terasa berat saat ia berjalan melewati jalanan desa yang gelap, menuju tepi hutan. Setiap tetes hujan yang mengenai kulitnya seperti memberikan dorongan baru. Perasaan cemas dan ragu semakin tumbuh dalam dirinya, namun bisikan yang ia dengar tadi seolah memandu langkahnya.

Begitu ia sampai di batas hutan, udara berubah. Hujan yang deras terasa lebih lembut, dan bau tanah basah dari hutan menyambutnya. Suasana di sekitar hutan itu terasa berbeda—seperti dunia yang terpisah dari kenyataan. Reyna terus berjalan, mengikuti dorongan hati yang aneh, seolah ada sesuatu yang memanggilnya lebih dalam ke dalam kegelapan pohon-pohon besar.

Akhirnya, ia tiba di sebuah tempat terbuka. Di tengah area itu, terdapat sebuah batu besar yang tampak sangat tua, tertutup lumut dan akar. Namun, yang paling mengejutkan adalah simbol naga yang terukir di permukaannya. Simbol itu bercahaya dengan warna emas yang lembut, seakan menyambut kedatangannya.

"Temukan aku…" suara itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan lebih kuat. Reyna merasakan kehangatan dari batu itu, seolah-olah ada kekuatan besar yang bersembunyi di baliknya.

Dengan ragu, Reyna mendekat dan menyentuh batu itu. Begitu telapak tangannya menyentuh permukaan batu, simbol naga itu mulai bersinar terang. Sebuah cahaya keemasan memenuhi udara, dan tubuh Reyna terasa seperti dibawa oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat.

Tiba-tiba, di hadapannya, sosok naga besar muncul dari cahaya tersebut. Tubuhnya bercahaya, seakan terbentuk dari cahaya murni, dengan mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kekuatan yang tak terbayangkan. Suara naga itu terdengar langsung di dalam pikirannya.

"Gadis muda, apakah kau siap untuk menghadapi ujian yang akan mengubah takdirmu?"

Reyna terdiam, hatinya berdebar hebat. Ia tahu bahwa perjalanan ini bukan sekadar mencari obat untuk ayahnya. Ini adalah perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan untuk memahami cinta sejati, yang akan menguji kekuatan hatinya, dan mungkin, seluruh takdir hidupnya.

Namun, meskipun ketakutan menggelayuti hatinya, Reyna merasa ada sesuatu yang dalam dirinya yang mengatakan bahwa ini adalah langkah yang harus diambil. Jika ada peluang untuk menyelamatkan keluarganya, dia harus menghadapinya.

"Ya," jawab Reyna dengan suara yang mantap. "Aku siap."

Reyna merasa tubuhnya terangkat oleh kekuatan yang tak terlihat. Hatinya berdebar kencang, hampir seperti ingin meledak. Cahaya keemasan yang mengelilinginya semakin terang, membuatnya merasa seperti berada di tengah dunia lain. Tidak ada suara selain detak jantungnya yang berdegup keras dan bisikan lembut yang semakin jelas terdengar di telinganya.

"Aku akan membimbingmu, Reyna," suara naga itu kembali menggema di pikirannya, dalam nada yang dalam dan penuh kekuatan. "Namun, untuk menemukan apa yang kau cari, kau harus melalui ujian yang tak akan mudah."

Tubuh Reyna mulai merasa ringan, seakan-akan gravitasi dunia ini tidak lagi memegangnya. Ke mana dia dibawa? Dia tidak tahu. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia tidak bisa mundur. Dalam sekejap, segala yang ada di sekitarnya berubah. Hutan yang gelap dan sunyi tadi kini tampak seperti sebuah medan yang luas, dengan langit yang bersinar terang seperti cahaya bulan yang membimbingnya. Di sekelilingnya, bayang-bayang naga yang besar mulai berputar-putar di udara, seolah menunggu sesuatu.

"Jangan takut, Reyna," bisikan itu kembali terdengar, kali ini lebih lembut, memberi rasa tenang meskipun keanehan yang sedang terjadi. "Ini adalah ujian untuk melihat sejauh mana cintamu mampu mengatasi rintangan yang ada. Hanya mereka yang memahami cinta sejati yang dapat mengakses kekuatan sejuta cinta yang aku jaga."

Reyna berusaha menenangkan dirinya. Pikirannya kalut. Cinta sejati? Apakah itu hanya sebuah mitos? Mungkin legenda yang diceritakan orang-orang tua di desa? Namun, bisikan naga itu terdengar begitu nyata. Mungkin ini bukan hanya tentang menyelamatkan ayahnya, tapi tentang menemukan sesuatu yang jauh lebih besar.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah belakangnya, menghentikan lamunannya. Reyna berbalik, waspada. Dari balik kabut, muncul sosok seorang pria yang berjalan dengan langkah pasti. Pria itu mengenakan pelindung tubuh dan membawa busur di punggungnya. Matanya tajam dan penuh kewaspadaan. Tak ada yang mengenalinya di desa, tetapi ada sesuatu yang aneh dari cara dia bergerak. Seolah-olah dia telah terlatih menghadapi bahaya, dan ada rahasia yang tersembunyi di balik tatapan matanya.

"Apa yang kamu cari di sini?" pria itu bertanya, suaranya rendah dan tegas.

Reyna terkejut, tidak tahu harus berkata apa. "Saya... saya hanya mengikuti petunjuk," jawabnya dengan suara bergetar. "Bisikan suara naga... aku harus menemukan sesuatu untuk menyelamatkan keluargaku."

Pria itu merenung, lalu mengangguk pelan. "Kau tidak akan menemukannya begitu saja," katanya dengan nada yang datar. "Ini bukan tempat untuk orang yang tidak siap."

"Saya siap," jawab Reyna dengan tegas, meskipun hatinya masih berdebar. "Apa kau tahu tentang naga itu?"

Pria itu menghela napas panjang, kemudian mengalihkan pandangannya ke langit malam yang dipenuhi awan gelap. "Aku tahu lebih banyak dari yang kau pikirkan. Nama ku Lian," katanya akhirnya, sambil memandang Reyna dengan tatapan penuh rahasia. "Dan jika kau benar-benar berniat mencari naga itu, maka kau harus siap untuk menghadapi semua yang datang bersamanya. Bukan hanya ujian fisik, tetapi juga ujian hati."

Reyna menatapnya dengan bingung. "Ujian hati?"

Lian mengangguk, matanya kini menatap lurus ke Reyna. "Cinta sejati bukanlah sesuatu yang bisa dipahami hanya dengan pikiran. Itu adalah kekuatan yang melibatkan jiwa. Kau harus siap untuk menghadapi bagian terkelam dari dirimu sendiri. Hanya dengan begitu kau bisa mengerti apa yang dimaksud dengan cinta sejati."

Reyna menelan ludah. Kata-kata Lian terasa berat, seolah-olah beban dunia sedang diletakkan di pundaknya. "Tapi aku harus menemukan obat untuk ayahku. Aku tidak punya pilihan selain mengikuti ini."

Lian memandangnya lebih dalam, seolah menilai sejauh mana keyakinannya. "Kau tahu, bukan? Naga itu tidak akan memberimu jawaban tanpa harga. Cinta sejati berarti pengorbanan." Lian berhenti sejenak. "Jika kau benar-benar ingin menemui naga itu, maka ikuti aku. Tapi ingat, jalan ini tidak mudah. Bahkan jika kau berhasil menemukan naga itu, takdirmu bisa berubah dalam sekejap. Apakah kau siap menanggung konsekuensinya?"

Reyna merasa seakan ada ketegangan yang menggantung di udara. Kata-kata Lian seperti ujian yang harus dijawab. Hatinya masih dipenuhi kekhawatiran, namun ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk melangkah lebih jauh. Untuk keluarganya. Untuk ayahnya. Untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan hati yang penuh tekad, Reyna mengangguk pelan. "Aku siap."

Lian hanya menghela napas dan memutar tubuhnya, menunjuk ke arah jalan yang terbentang di depan mereka. "Ikuti aku. Tapi kau harus tahu—ini adalah jalan yang akan mengubah segalanya. Takdir yang kau kenal tidak akan sama lagi setelah ini."

Mereka mulai berjalan bersama, menembus hutan yang semakin dalam. Reyna bisa merasakan ketegangan yang melingkupi setiap langkah mereka. Setiap bayangan yang bergerak di antara pepohonan tampak menyembunyikan sesuatu yang lebih besar. Ada keheningan yang tidak biasa, seolah alam semesta sedang mengamati mereka.

"Ada yang aneh di sini," ujar Reyna dengan suara pelan, matanya melintas di sekitar mereka.

Lian tersenyum tipis. "Kau baru merasakannya? Hutan ini dipenuhi dengan makhluk yang tidak terlihat, dan hanya mereka yang benar-benar 'melihat' yang dapat merasakannya. Tapi hati-hatilah, Reyna. Tidak semua yang ada di sini datang dengan niat baik."

Mereka melangkah lebih jauh, tanpa tahu apa yang akan mereka temui. Namun, satu hal yang Reyna tahu pasti—perjalanan ini telah dimulai, dan segala yang terjadi selanjutnya akan menguji batas dirinya.

Cinta sejati. Apakah itu hanya sebuah kata, atau kekuatan yang mampu mengubah takdir? Hanya waktu yang akan menjawabnya.