Chereads / Naga Sejuta Cinta / Chapter 7 - Simfoni Api dan Cahaya

Chapter 7 - Simfoni Api dan Cahaya

Cahaya dari Kristal Takdir menyebar ke seluruh lembah, menciptakan gelombang energi yang membuat naga hitam itu mundur sejenak. Namun, hanya beberapa detik kemudian, naga tersebut mengeluarkan raungan yang mengguncang langit. Sayapnya mengepak dengan kekuatan luar biasa, menciptakan badai kecil yang menumbangkan pepohonan di sekitarnya.

Reyna berdiri terpaku, tubuhnya gemetar, tapi dia tahu tidak ada waktu untuk mundur. Di sampingnya, Lian merapatkan genggamannya pada pedangnya, memandang ke arah naga dengan tatapan penuh tekad.

"Cahaya itu melindungimu," ujar Lian dengan napas tersengal. "Tapi perlindungan saja tidak akan cukup. Kita harus menemukan cara untuk menghentikannya sebelum semuanya terlambat."

Reyna menoleh padanya, matanya penuh keraguan. "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kristal ini… aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menggunakannya."

"Kau akan tahu," balas Lian dengan suara yang lebih lembut. "Ikuti nalurimu, Reyna. Kau adalah kunci dari semua ini."

Pertarungan yang Tak Terhindarkan

Naga hitam itu melayang rendah, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan tinggi. Tanah di bawah mereka bergetar hebat, dan retakan mulai muncul di permukaan tanah. Reyna bisa merasakan hawa panas dari tubuh naga itu, membuat udara di sekitar mereka semakin sulit dihirup.

"Reyna, ke kiri!" Lian berteriak sambil melompat ke arah kanan, menghindari sapuan ekor naga yang masif.

Reyna mengikuti instruksinya, nyaris tersungkur ketika angin dari gerakan naga itu menyapu tubuhnya. Namun, tepat sebelum dia jatuh, kristal di tangannya memancarkan energi yang menopangnya, membuatnya tetap berdiri tegak.

Naga itu kembali menyerang, kali ini dengan semburan api hitam yang langsung menuju ke arah mereka. Reyna memegang kristalnya dengan erat, dan perisai cahaya kembali muncul, melindungi mereka dari panas yang membakar.

"Kita tidak bisa hanya bertahan!" Lian berteriak, matanya mencari celah untuk menyerang. "Aku akan mengalihkan perhatiannya. Gunakan waktumu untuk memahami kristal itu!"

Koneksi dengan Kristal

Reyna memejamkan matanya, mencoba memahami bisikan yang terus terdengar dari dalam Kristal Takdir. Suara itu semakin jelas, seolah memandu langkahnya.

"Kekuatan sejati berasal dari pemahaman, bukan ketakutan. Buka hatimu, dan kau akan menemukan jawabannya."

Reyna menarik napas dalam-dalam, mencoba melepaskan rasa takut yang membelenggunya. Dia mengingat keluarganya, desanya, dan semua orang yang bergantung padanya. Sebuah emosi kuat mengalir dalam dirinya—bukan ketakutan, melainkan cinta.

Ketika dia membuka matanya, kristal itu bersinar lebih terang, membentuk pola seperti sayap naga di sekelilingnya. Lian, yang sedang bertarung mati-matian, melirik ke arah Reyna dan terkejut melihat transformasi tersebut.

"Reyna… apa yang kau lakukan?" teriaknya, meski ada nada kagum dalam suaranya.

"Aku tidak tahu," jawab Reyna dengan jujur. "Tapi aku merasa… aku mulai mengerti."

Rahasia Naga Hitam

Saat cahaya dari kristal semakin kuat, naga hitam itu tiba-tiba berhenti menyerang. Ia melayang di udara, mengamati Reyna dengan tatapan yang penuh kebencian, tapi juga rasa takut.

"Ada yang aneh," kata Lian, menyipitkan matanya. "Naga itu… dia tampak ragu."

Reyna merasa ada sesuatu yang berbeda juga. Dia melangkah maju, mendekati naga itu dengan hati-hati. Cahaya dari kristalnya tampaknya membuat naga itu mundur sedikit, tapi dia tidak melanjutkan serangannya.

"Dia tidak hanya seekor naga," ujar Reyna pelan. "Ada sesuatu… atau seseorang di dalam dirinya."

Lian memandang Reyna dengan kebingungan. "Apa maksudmu?"

"Suaranya," kata Reyna sambil memejamkan matanya lagi. "Aku bisa mendengar suara lain di dalam hembusan anginnya. Seseorang yang terperangkap."

Bayangan dari Masa Lalu

Dalam sekejap, Reyna diselimuti oleh penglihatan. Dia melihat seorang pria dengan jubah gelap berdiri di depan altar besar. Kristal yang sama berada di tangannya, tapi wajah pria itu penuh kesedihan dan amarah. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh makhluk mitologis berserakan.

"Dia… dikutuk," gumam Reyna ketika penglihatannya berakhir.

"Apa maksudmu?" Lian bertanya, mendekatinya.

"Naga itu dulunya adalah seorang manusia," jawab Reyna, suaranya gemetar. "Dia adalah penjaga Kristal Takdir, tapi sesuatu telah memutarbalikkan perannya. Aku tidak tahu bagaimana, tapi aku yakin kita bisa menyelamatkannya."

Tantangan Baru

Naga itu kembali mengaum, kali ini dengan suara yang lebih dalam dan penuh derita. Api hitam yang membakar di sekitarnya mulai redup, digantikan oleh semburat cahaya biru yang aneh.

"Kita tidak punya banyak waktu," kata Lian. "Jika kita tidak bertindak sekarang, kutukan itu bisa menghancurkan dirinya, dan kita semua bersamanya."

Reyna mengangguk, mengangkat Kristal Takdir sekali lagi. Cahaya dari kristal itu menjadi semakin kuat, membentuk pola-pola yang berputar di udara.

"Aku hanya berharap ini berhasil," bisiknya.

Dengan kekuatan yang baru ditemukan, Reyna melangkah maju, menghadapi naga itu secara langsung. Hembusan kehancuran yang sebelumnya begitu menakutkan kini terasa seperti angin sepoi-sepoi di sekitarnya.

Namun, tepat saat dia mendekati naga itu, suara dari dalam kristal kembali berbicara:

"Untuk menyelamatkan yang terkutuk, kau harus menghadapi kebenaran yang tersembunyi dalam dirimu sendiri."

Reyna merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Apa yang dimaksud oleh suara itu? Dan apakah dia benar-benar siap menghadapi kebenaran itu?

Langit merah senja berubah gelap seiring gema suara naga hitam yang melengking di angkasa. Api berputar di sekelilingnya, membentuk lingkaran kehancuran yang seakan membatasi Reyna dan Lian dalam arena takdir yang tak terhindarkan.

Reyna menggenggam Kristal Takdir erat-erat di tangannya. Cahaya biru lembut memancar darinya, memberikan harapan di tengah kegelapan yang pekat. Meski tubuhnya gemetar, tekad di hatinya menguat. Dia tahu bahwa melarikan diri bukan lagi pilihan.

"Naga itu… tidak akan berhenti sampai dia menghancurkan segalanya," bisik Reyna pada dirinya sendiri, matanya tertuju pada monster raksasa di depannya.

Lian, yang berdiri di sisinya, mencoba membaca pergerakan naga. Tangannya sudah siap menghunus pedang, tetapi dia tahu serangan fisik mungkin tak cukup melawan makhluk sekuat itu.

"Reyna," panggil Lian. "Kristal itu satu-satunya harapan kita. Apa pun yang kau lakukan, jangan biarkan naga itu meraihnya."

Reyna menelan ludah, mencoba meredakan ketakutannya. "Aku tidak tahu bagaimana cara menggunakan kristal ini. Aku hanya tahu bahwa aku tidak bisa membiarkan semua ini sia-sia."

Konfrontasi Tak Terhindarkan

Naga hitam itu menatap mereka dengan mata merah menyala. Dengan satu kepakan sayap, dia meluncur turun, menerjang ke arah Reyna dan Lian seperti meteor yang jatuh.

"Reyna, lari!" teriak Lian sambil mendorong Reyna menjauh.

Reyna tersandung dan terjatuh, tetapi dia masih menggenggam kristalnya dengan erat. Cahaya biru dari kristal itu tiba-tiba menyala lebih terang, menciptakan perisai energi yang menghalangi naga tersebut. Tubuh naga yang besar terhempas mundur, terbungkus oleh kilauan cahaya yang menyakitkan.

Naga itu mengaum, kali ini bukan hanya karena kemarahan, tetapi juga rasa sakit. Retakan kecil mulai terlihat di sisik hitamnya, memperlihatkan lapisan di bawahnya yang bersinar lembut—warna biru yang sama dengan cahaya dari kristal.

"Lian!" Reyna berteriak. "Ada sesuatu di dalam naga itu!"

Lian melirik ke arah retakan di tubuh naga dan menyadari apa yang dimaksud Reyna. "Kau benar. Itu seperti… energi yang sama dengan kristalmu."

Kristal dan Naga: Sebuah Koneksi

Reyna merasa getaran aneh dari kristalnya. Suara-suara samar terdengar di telinganya, seolah memanggilnya untuk mendekat ke naga itu. Dia melangkah maju tanpa berpikir, cahaya dari kristalnya memancar semakin kuat.

"Reyna, apa yang kau lakukan?" Lian berteriak, berusaha menghentikannya.

"Aku… aku harus mendekatinya," jawab Reyna tanpa menoleh. "Aku bisa merasakan sesuatu. Naga itu… dia tidak sepenuhnya jahat."

Lian memandang Reyna dengan ragu, tetapi dia tidak mencoba menghentikannya lagi. Dia tahu bahwa Reyna adalah satu-satunya yang bisa memahami kekuatan kristal itu.

Reyna terus melangkah maju, hingga dia berada hanya beberapa meter dari naga itu. Makhluk besar itu menatapnya dengan tatapan tajam, tetapi tidak menyerang. Cahaya dari kristal membuatnya terdiam, seolah mengingat sesuatu yang telah lama terlupakan.

Bayangan dari Masa Lalu

Tiba-tiba, Reyna diselimuti oleh visi. Dia melihat seorang pria berdiri di tengah hutan yang terbakar, memegang kristal yang sama di tangannya. Wajahnya dipenuhi dengan kesedihan dan amarah. Di sekelilingnya, bayangan makhluk-makhluk mitologis berkumpul, menunggu perintahnya.

"Dia adalah seorang penjaga," bisik suara dalam kepala Reyna. "Dia pernah melindungi dunia ini. Tapi kehancuran dan pengkhianatan mengubahnya menjadi monster yang kau lihat sekarang."

Reyna merasa dadanya sesak. "Dia tidak memilih ini. Kutukan ini… dia dipaksa untuk menjadi naga hitam."

Ketika penglihatan itu berakhir, Reyna kembali ke realitas. Naga hitam di depannya tampak lebih tenang, tetapi penderitaan masih terpancar dari sorot matanya.

Simfoni Api dan Cahaya

Cahaya dari kristal mulai memancar seperti gelombang, menyelimuti naga itu dengan kehangatan yang tidak pernah dirasakannya selama ratusan tahun. Tubuhnya mulai bergetar, dan retakan di sisiknya semakin besar, memperlihatkan lebih banyak cahaya biru di bawahnya.

"Reyna!" Lian berteriak. "Apa yang terjadi?"

Reyna tidak menjawab. Dia hanya berdiri diam, membiarkan cahaya dari kristalnya mengalir ke arah naga. Dalam sekejap, dia merasakan koneksi yang kuat dengan makhluk itu—bukan hanya sebagai musuh, tetapi sebagai entitas yang terluka dan mencari pembebasan.

Namun, momen itu tidak berlangsung lama. Sebelum Reyna sempat melanjutkan, naga itu kembali mengaum keras. Kali ini, semburan api hitamnya lebih dahsyat, menghancurkan tanah di sekitarnya.

Reyna terlempar ke belakang, tetapi dia masih memegang kristalnya. Lian berlari ke arahnya, membantunya bangun.

"Kita harus menemukan cara lain," kata Lian. "Jika kita terus seperti ini, naga itu akan menghancurkan semuanya, termasuk dirinya sendiri."

Reyna mengangguk, meski dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Cahaya dari kristal mulai meredup, seolah kehilangan kekuatannya.

Langit malam dipenuhi bintang yang redup, tertutup awan gelap yang bergerak seiring suara gemuruh di kejauhan. Namun, di tengah kegelapan itu, cahaya biru dari Kristal Takdir bersinar lembut di tangan Reyna, seperti nada pertama dari sebuah simfoni besar yang belum dimainkan.

Reyna dan Lian berdiri di atas puncak bukit yang menghadap ke sebuah lembah luas, tempat pertempuran masa lalu telah meninggalkan luka di tanahnya. Jejak-jejak kehancuran terlihat jelas, tetapi di tengah reruntuhan itu, naga hitam melayang dengan megahnya. Tubuhnya memancarkan aura kekuatan dan keputusasaan yang membuat udara di sekitarnya terasa berat.

"Reyna, kau yakin kita harus mendekat?" tanya Lian, memegang pedangnya erat.

Reyna menatap naga itu dengan mata penuh tekad. "Jika kita tidak mendekat, kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku percaya pada kristal ini… dan aku percaya pada diriku."

Lian mendesah, mengetahui bahwa argumen apapun tidak akan menghentikan Reyna. Dia mengangguk, menempatkan dirinya di sisi Reyna, siap menghadapi apapun yang datang.

Melangkah Menuju Takdir

Mereka mulai menuruni bukit dengan hati-hati, langkah-langkah mereka diselimuti keheningan yang mencekam. Semakin dekat mereka ke lembah, semakin terasa panas yang datang dari naga hitam. Api yang mengelilinginya seolah menari dalam irama yang kacau, namun ada harmoni samar yang hanya bisa dirasakan oleh Reyna.

Tiba-tiba, naga itu menoleh ke arah mereka. Matanya yang merah menyala menembus jiwa Reyna, membuatnya terpaku di tempat. Dalam sekejap, suara-suara aneh mulai memenuhi kepalanya, seperti bisikan ribuan jiwa yang meratap dalam kesedihan.

"Reyna! Fokus!" seru Lian, menarik Reyna dari lamunannya.

"Aku… aku mendengar sesuatu," kata Reyna dengan suara gemetar. "Dia… berbicara kepadaku, bukan dengan kata-kata, tapi dengan rasa."

"Rasa?" Lian menatapnya dengan bingung.

"Kesedihan… dan kehilangan," jawab Reyna, air matanya mulai mengalir tanpa dia sadari.

Simfoni yang Membara

Ketika mereka akhirnya sampai di dasar lembah, naga hitam itu mulai bergerak. Dengan satu kepakan sayapnya, dia menciptakan gelombang angin panas yang menyapu Reyna dan Lian. Pohon-pohon di sekitar mereka tumbang, dan tanah di bawah mereka retak.

"Reyna! Ini terlalu berbahaya!" Lian mencoba menarik Reyna menjauh, tetapi Reyna menolak.

"Tidak, Lian. Aku harus mencoba."

Reyna melangkah maju, mengangkat Kristal Takdir di tangannya. Cahaya biru yang lembut berubah menjadi pancaran yang terang, menyinari lembah yang gelap. Naga hitam itu berhenti sejenak, matanya memandang kristal dengan rasa ingin tahu yang aneh.

"Apa kau bisa mendengarku?" Reyna berbicara dengan suara yang tenang, meskipun jantungnya berdetak kencang. "Aku tahu kau bukan hanya makhluk penghancur. Ada sesuatu di dalam dirimu yang berbeda."

Naga itu mengaum, suaranya mengguncang tanah. Namun, kali ini ada nada lain dalam aumannya—seperti tangisan.

Harmoni Antara Cahaya dan Kegelapan

Reyna merasakan kekuatan kristal meningkat, seolah merespons emosi yang terpancar dari naga itu. Kilauan biru dari kristal mulai membentuk pola-pola di udara, seperti alunan melodi yang tak terlihat.

Lian, yang awalnya skeptis, mulai melihat sesuatu yang aneh. Api hitam di sekitar naga mulai memudar, digantikan oleh cahaya biru yang sama.

"Reyna, apa yang kau lakukan?" tanya Lian dengan nada khawatir.

"Aku tidak tahu," jawab Reyna, suaranya terdengar jauh. "Tapi aku merasa ini adalah cara untuk mendekatinya."

Kristal itu mulai memancarkan gelombang energi yang semakin kuat, menarik Reyna dan naga hitam ke dalam lingkaran cahaya yang sama.

Naga itu mengeluarkan suara lirih, lebih seperti bisikan daripada auman. Reyna mendekat, memegang kristal dengan kedua tangannya, sementara cahaya biru menyelimuti mereka berdua.