Esoknya Li Xueying pun balik kekota, suasana rumah menjadi lebih sunyi, namun hati Lian Chen tetap tenang. Ia merasakan kehangatan yang ditinggalkan oleh teman masa kecilnya itu, terutama setelah Li Xueying berjanji akan sering datang mengunjungi ibunya jika ada waktu. Meski begitu, Lian Chen menyadari bahwa perjalanannya masih panjang dan ia tidak boleh lengah.
Lian Chen memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar desa Sungai Kabut. Langit pagi yang cerah dan udara segar dari pegunungan membuat pikirannya terasa jernih. Ia menyusuri jalan setapak yang jarang dilalui orang, membiarkan langkahnya membawa ke tempat yang tidak sering ia kunjungi.
Setelah beberapa waktu, ia tiba di sebuah lembah kecil yang tersembunyi di balik hutan bambu. Tempat itu dipenuhi dengan aliran sungai yang jernih dan bebatuan yang tertata alami, membentuk lingkaran seperti altar. Cahaya matahari menyusup di antara dedaunan, menciptakan nuansa tenang dan harmonis. Di sekitar lembah, energi spiritual terasa begitu pekat, hampir seperti sedang berkumpul di satu titik.
Lian Chen berhenti dan memejamkan mata, merasakan energi itu menyentuh tubuhnya. "Tempat ini… luar biasa," gumamnya pelan. Ia segera memahami bahwa lembah ini bukan tempat biasa. Energi spiritual di sini seperti hidup, mengalir masuk ke dalam tubuhnya dengan mudah.
Tanpa ragu, ia memilih sebuah batu besar di tepi sungai untuk duduk bersila. Ia memulai teknik meditasi, menarik energi spiritual dari sekitarnya ke dalam tubuhnya.
Namun, saat ia mulai memasuki tahap penyerapan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Energi di sekitarnya menjadi liar dan mendadak berpusar, membentuk pusaran energi yang melingkupi lembah. Dalam pandangan batinnya, ia melihat bayangan samar sebuah entitas kuno yang muncul di tengah pusaran itu.
Bayangan itu seperti seorang lelaki tua berjubah putih, dengan rambut panjang berkilauan seperti cahaya bintang. Matanya tajam namun penuh kebijaksanaan. "Anak muda," suara entitas itu bergema, "tempat ini dahulunya adalah altar suci yang telah terkunci selama berabad-abad. Hanya mereka yang berbakat luar biasa dan memiliki jiwa terpilih yang dapat membuka segel ini. Siapa namamu?"
Lian Chen tidak gentar. Dengan suara tenang namun penuh keyakinan, ia menjawab, "Namaku Lian Chen."
Entitas itu terdiam sejenak, lalu tersenyum samar. "Kau membawa sesuatu yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Warisan yang melampaui batas dunia fana. Kemunculanku karena merasakan keberadaan aura agung dari warisan yang ada padamu... Baiklah, buktikan dirimu, dan aku akan memberimu hadiah yang dapat membantu perjalananmu menuju puncak kultivasi."
Entitas itu kemudian mengulurkan tangan, dan tiba-tiba, energi di sekitar lembah berubah menjadi berbagai tantangan. Lian Chen harus menghadapi ilusi yang menguji kekuatan mentalnya, tekanan energi yang melumpuhkan tubuhnya, dan pertarungan melawan bayangan dari energi itu sendiri.
Namun, dengan tubuh dan jiwa yang telah ditempa oleh warisan batu pusaka langit, Lian Chen menghadapi semua ujian dengan keteguhan hati. Ia mengandalkan teknik-teknik yang telah dipelajarinya, termasuk Langkah Tanpa Jejak untuk menghindari serangan bayangan, dan Auman Langit Menggelegar (Heavenly Roar) untuk mematahkan ilusi yang mencoba menguasai pikirannya.
Setelah ujian terakhir selesai, bayangan entitas itu muncul kembali, kali ini dengan senyum puas. "Kau telah membuktikan dirimu, Lian Chen. Sebagai hadiah, aku akan memberimu Inti Alam Roh Ilahi, sebuah artefak yang dapat meningkatkan koneksimu dengan energi semesta. Gunakanlah dengan bijak."
Inti itu melayang di depan Lian Chen, bersinar dengan cahaya biru lembut. Tanpa ragu, ia menerimanya. Energi dari artefak itu langsung terasa menyatu dengan tubuh dan jiwanya, memperkuat kemampuannya secara signifikan.
Dengan rasa syukur Lian chen berterimakasih kepad entitas tersebut. Entitas itu tersenyum lagi, matanya memancarkan kebijaksanaan yang telah teruji oleh zaman. "Aku adalah penjaga dari ranah spiritual yang melampaui batas-batas dunia. Nama yang dikenalku oleh banyak orang di masa lalu adalah Xianrui, Sang Penjaga Alam Roh. Aku berasal dari zaman yang sudah lama hilang, ketika dunia ini masih muda dan energi alam belum terpecah. Tugas utamaku adalah menjaga keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan energi semesta."
Ia melanjutkan dengan suara yang lebih dalam, "Inti Alam Roh Ilahi yang kuberikan padamu adalah simbol dari hubungan yang lebih dalam dengan alam semesta. Sebuah artefak yang tak ternilai, karena mengandung kekuatan primordial yang mampu menyatukan tubuh dan jiwa dengan energi yang tak terbatas. Itu adalah kunci untuk membuka potensi yang belum pernah terbayangkan oleh mereka yang berjalan di jalan kultivasi. Namun, hanya mereka yang mampu menyeimbangkan kekuatan tubuh dan jiwa dengan bijak yang akan memanfaatkannya dengan benar."
Lian Chen mendengarkan dengan penuh perhatian, menyadari bahwa hadiah ini jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan. Xianrui melanjutkan, "Sebelum dunia ini terpecah dan muncul perbedaan antara alam fana dan alam ilahi, ada kekuatan yang mengalir bebas tanpa batas. Namun, seiring berjalannya waktu, energi ini terfragmentasi dan banyak yang melupakan esensi sejatinya. Batu Pusaka Langit yang kamu miliki adalah salah satu jejak dari masa itu, sebuah warisan yang menghubungkanmu kembali dengan kekuatan murni alam semesta. Inti ini adalah tambahan dari warisan itu, yang akan memperdalam pemahamanmu dan memampukanmu mengatasi rintangan yang lebih besar."
Senyum Xianrui mengandung makna yang dalam. "Aku memberimu ini bukan hanya untuk kekuatan semata, tetapi untuk membantumu memahami bahwa jalan yang kamu tempuh bukan hanya tentang kekuatan fisik atau jiwa, tetapi tentang keharmonisan dengan alam semesta. Jika kamu dapat melampaui batas-batas yang ada, bukan hanya dalam kultivasi, tapi dalam kesadaran dan pemahamanmu, maka tak ada yang tak bisa kamu capai."
Lian Chen merasakan getaran energi dari artefak yang baru saja diterimanya. Energi yang menyatu dengan dirinya begitu kuat, seolah-olah membuka dimensi baru dalam perjalanan kultivasinya. "Terima kasih, Xianrui. Aku akan mengingat nasihatmu dan menggunakan kekuatan ini untuk menjaga keseimbangan, bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi untuk seluruh dunia."
Xianrui mengangguk puas, "Ingatlah bahwa setiap langkahmu adalah bagian dari keharmonisan yang lebih besar." Dengan kata-kata itu, entitas itu mulai memudar, meninggalkan Lian Chen dengan pemahaman baru tentang jalan yang harus ia tempuh.
Lian Chen berdiri diam di tengah kesunyian setelah Xianrui menghilang. Kata-kata entitas itu masih terngiang di benaknya, "Setiap langkahmu adalah bagian dari keharmonisan yang lebih besar." Ia memandangi artefak di tangannya, sebuah kristal kecil dengan cahaya biru lembut, seolah memiliki kehidupan sendiri.
"Keharmonisan… apa maksudnya?" gumamnya, alisnya berkerut. Ia telah belajar banyak tentang kekuatan, perjuangan, dan kehendak, namun pemahaman tentang keharmonisan terasa asing. Ia mengaitkannya dengan keseimbangan, tetapi rasa itu sepertinya lebih mendalam, lebih rumit dari sekadar menjaga keseimbangan antara kekuatan yang berlawanan.
Kristal di tangannya berdenyut pelan, mengeluarkan gelombang energi yang meresap ke tubuhnya. Getaran itu terasa lembut namun membawa resonansi yang menenangkan. Dalam sekejap, pikiran Lian Chen dipenuhi kilasan gambaran—alam liar yang harmonis, energi yang mengalir dalam pola yang tidak terputus, dan makhluk-makhluk yang hidup dalam siklus sempurna.
Namun, di balik harmoni itu, ia juga melihat ketidakseimbangan. Manusia yang menghancurkan alam untuk kekuasaan, iblis yang merusak dunia untuk memenuhi nafsu mereka, dan ambisi yang mengarah pada kehancuran. Gambaran itu berganti dengan wajahnya sendiri—berjuang, mengayunkan pedang melawan musuh, menyerap energi untuk bertahan hidup.
"Apakah aku juga bagian dari ketidakharmonisan itu?" tanyanya lirih pada dirinya sendiri.
Saat pikirannya tersesat, Lian Chen duduk bersila, mencoba menenangkan hatinya. Ia mulai memusatkan kesadaran pada kristal itu, membiarkan energinya mengalir masuk, dan di saat itulah ia menyadari sesuatu yang aneh—energi kristal itu bukan sekadar kekuatan murni. Ada pola di dalamnya, seperti untaian melodi yang harus ia pelajari.
Ia mencoba menyelaraskan energi dalam tubuhnya dengan pola itu, namun setiap kali ia merasa hampir memahami iramanya, aliran itu berubah. Keringat membasahi dahinya saat ia terus mencoba.
"Ini bukan soal kekuatan…" ia bergumam, matanya perlahan terbuka. "Ini soal mendengarkan… soal memahami energi di luar diriku, bukan memaksakan kehendakku."
Menyadari itu, Lian Chen melepaskan semua kontrol dan membiarkan kristal membimbingnya. Ia mulai merasakan koneksi dengan dunia di sekitarnya—angin yang berhembus, aliran energi dari tanah, dan denyut kehidupan makhluk-makhluk di sekitarnya. Segalanya terasa lebih jelas, lebih nyata, dan pada saat yang sama, lebih menenangkan.
Kristal di tangannya perlahan menghilang, menyatu ke dalam tubuhnya. Energinya kini menjadi bagian dari dirinya. Lian Chen membuka matanya dengan napas berat, namun ada ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Keharmonisan… adalah tentang menjadi bagian dari semuanya, tanpa memisahkan diri dari dunia," gumamnya. Namun, ia tahu pelajaran ini baru permulaan. Ada banyak yang harus ia pahami.
Dengan semangat baru, Lian Chen bangkit dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, mencari lebih banyak jawaban. Bagaimanapun juga, keharmonisan yang lebih besar bukan hanya tentang menjaga keseimbangan kekuatan, tetapi memahami tempatnya dalam siklus kehidupan yang lebih luas. Dan ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menemukan apa artinya itu.