Chereads / Kultivator Melampaui Langit: Warisan Pusaka Langit / Chapter 21 - Bab 21: Harmoni Alam dan Kekuatan Dimensi

Chapter 21 - Bab 21: Harmoni Alam dan Kekuatan Dimensi

Ketika Lian Chen keluar dari Gua Jiwa Mendalam, aura dari Kolam Pemurnian Jiwa dan transformasi spiritual yang baru ia capai masih memancar dari dirinya. Ia berdiri di bibir lembah yang dikelilingi oleh hutan lebat, tetapi pemandangan di depannya segera menghapus kedamaian yang ia rasakan.

Puluhan anggota dari berbagai sekte dan klan telah menunggu, masing-masing dengan senjata dan aura kultivasi yang menggetarkan udara. Mereka terdiri dari para ahli dengan level kultivasi yang jauh lebih tinggi dari musuh-musuh sebelumnya—beberapa berada di puncak tahap Core Formation (Pembentukan Inti Energi), bahkan beberapa sudah di tahap Nascent Soul (Jiwa Muda). Wajah-wajah mereka menunjukkan ketamakan yang terang-terangan terhadap Batu Pusaka Langit yang dimiliki Lian Chen.

"Lian Chen!" teriak salah satu dari mereka, Zhuang Feng seorang pria bertubuh besar dengan jubah merah menyala dari klan Api hitam. Ia membawa tombak besar yang memancarkan aura api. "Batu Pusaka Langit itu bukan milikmu! Serahkan dengan sukarela, dan kami akan membiarkanmu pergi dengan selamat."

Lian Chen mengamati mereka dengan tenang, tubuhnya masih dikelilingi oleh kilauan energi dari harmoni yang baru ia capai. Dalam hatinya, ia tahu bahwa kata-kata itu hanyalah tipu daya. Batu Pusaka Langit adalah objek yang mampu mengubah nasib seseorang, dan orang-orang ini tidak akan membiarkannya pergi hidup-hidup meskipun ia menyerahkannya.

Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan energi dalam tubuhnya mengalir dengan tenang. Ia merasakan harmoni yang ia capai dalam gua memberikan ketenangan yang luar biasa, seolah-olah tubuh, jiwa, dan alam semesta di sekitarnya telah bersatu dalam satu irama.

"Jika kalian menginginkannya," katanya dengan suara dingin namun mantap, "maka ambillah dengan kekuatan kalian sendiri."

Pertempuran yang Tak Terelakkan

Seorang wanita dari Sekte Pedang Badai bernama Xu fengying dengan level kultivasi Nascent Soul - Tingkat Menengah, menyerang lebih dulu. Dengan ayunan pedangnya, angin kencang muncul, membentuk badai kecil yang melesat ke arah Lian Chen. Namun, Lian Chen tetap tenang. Dengan teknik pernapasan yang stabil, ia memusatkan qi-nya ke telapak tangannya dan membentuk perisai energi. Serangan itu menghantam perisai tersebut, tetapi energi badai segera terurai, menyatu dengan energi gua yang masih melingkupinya.

"Dunia ini tidak hanya soal kekuatan kasar," gumam Lian Chen sambil melangkah maju. Dengan sebuah gerakan tangan, ia menciptakan celah kecil menggunakan Tahapan Awal: Membuka Celah Dimensi dari Cakar Dimensi Ilahi. Serangan wanita itu langsung tersedot ke dalam celah tersebut, menghilang tanpa jejak.

Kejadian itu membuat yang lainnya terdiam sejenak. "Dia mempelajari seni dimensi!" teriak seorang kultivator dari Sekte Hutan Kabut, wajahnya menunjukkan kekagetan bercampur ketakutan. "Kita harus menyerangnya bersama-sama!"

Tanpa aba-aba, semua anggota sekte dan klan itu menyerbu ke arah Lian Chen, mengerahkan berbagai teknik elemen—api, es, angin, dan petir—membentuk hujan serangan yang nyaris tak terhindarkan. Namun, Lian Chen telah belajar untuk menyelaraskan dirinya dengan energi sekitarnya. Ia membiarkan harmoni tubuh, jiwa, dan alam semesta membimbingnya.

Dengan gerakan elegan, ia memanfaatkan energi dari ruang di sekitarnya, membuka beberapa celah dimensi kecil yang menelan sebagian besar serangan. Sisa serangan yang berhasil mendekat ia tangkis dengan gerakan cepat dan penggunaan qi yang efisien. Dalam sekejap, ia mulai mendesak mundur lawan-lawannya, meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak.

Munculnya Pemimpin Klan

Saat pertempuran memanas, sebuah tawa nyaring menggema di lembah. Dari kejauhan, seorang pria berambut perak dengan mata tajam muncul, dikelilingi oleh aura yang begitu kuat hingga membuat udara terasa bergetar. Ia adalah Xianlong pemimpin Klan Api Hitam, seorang kultivator tahap awal Soul Transformation (Transformasi Jiwa). Kehadirannya membuat semua orang terdiam, bahkan yang barusan menyerang Lian Chen pun tampak gentar.

"Lian Chen," kata pria itu dengan senyum penuh percaya diri. "Kau memang berbakat. Tetapi bakat saja tidak cukup melawan kekuatan sejati." Ia mengangkat tangannya, dan sebuah bola api hitam besar mulai terbentuk, memancarkan energi yang bisa membakar apa saja di sekitarnya.

Lian Chen tahu bahwa lawan ini bukan orang sembarangan. Ia merasakan energi batu pusaka di tubuhnya mulai beresonansi, memberikan kekuatan tambahan. Cahaya biru dan emas mulai muncul di sekelilingnya, membentuk siluet naga yang melindunginya.

Ketika bola api hitam itu dilemparkan ke arahnya, Lian Chen menggunakan Tahapan Awal: Membuka Celah Dimensi untuk memindahkan sebagian besar energi serangan itu ke ruang lain. Namun, energi yang tersisa tetap cukup kuat untuk menciptakan gelombang kejut yang membuatnya mundur beberapa langkah.

Dengan napas terengah-engah, ia tahu bahwa ini adalah ujian sebenarnya. Ia mengingat pesan dari Batu Pusaka Langit: Kekuatan ini tidak hanya tentang kehancuran, tetapi tentang keseimbangan dan kebijaksanaan. Dengan tekad yang baru ditemukan, ia mengumpulkan semua harmoni yang telah ia capai, mempersiapkan dirinya untuk tahap kedua dari Cakar Dimensi Ilahi: Cakar Dimensi Tak Terbatas.

Energi di sekelilingnya mulai berputar semakin cepat. Kilauan biru dan emas bersatu, menciptakan pola rumit yang melayang di udara. Suara gemuruh mulai terdengar, seolah dimensi di sekitarnya sedang dipanggil untuk membuka rahasia-rahasianya. Semua orang di lembah itu terdiam, menahan napas ketika mereka menyaksikan teknik kuno ini.

"Ini saatnya," gumam Lian Chen, melangkah maju untuk menghadapi musuh terbesarnya saat ini yaitu pemimpin Klan Api Hitam.

Pertarungan besar dimulai dengan energi dari kedua belah pihak bergemuruh di udara, menciptakan tekanan yang membuat para kultivator di sekitar terpaksa mundur beberapa langkah. Pemimpin Klan Api Hitam melancarkan serangan bola api hitam kedua, kali ini lebih besar dan lebih pekat dengan energi destruktif. Api itu berputar seperti pusaran maut, menyerap udara di sekitarnya.

Namun, Lian Chen tidak gentar. Cahaya biru dan emas di sekelilingnya semakin terang, membentuk pelindung berbentuk naga yang menjerit dalam keagungan. Dengan sebuah gerakan tajam, ia memusatkan energinya ke dalam ruang dimensi, membuka celah raksasa di depan dirinya. Bola api hitam itu terhisap ke dalam celah tersebut, menghilang ke dalam kehampaan. Tetapi energi sisa dari serangan itu tetap terasa, memaksa Lian Chen untuk mengerahkan qi lebih banyak agar tetap stabil.

"Teknik yang mengesankan," ujar pemimpin Klan Api Hitam dengan nada kagum yang sinis. "Tapi kau baru saja memulai memahami seni dimensi. Kau tidak akan bertahan lama melawan kekuatan sejati."

Ia mengangkat tangannya lagi, dan kali ini sebuah tombak api hitam terbentuk. Tombak itu memancarkan aura yang jauh lebih menakutkan dibandingkan serangan sebelumnya, menciptakan retakan kecil di tanah tempat ia berdiri.

Serangan Balasan Lian Chen

Lian Chen tahu bahwa serangan ini bisa menghancurkannya jika ia tidak berhati-hati. Ia menarik napas dalam-dalam, memusatkan pikirannya pada harmoni tubuh, jiwa, dan alam semesta yang telah ia capai. Perlahan-lahan, ia mengangkat tangannya, menciptakan simbol energi berbentuk lingkaran dengan pola rumit yang bercahaya biru dan emas.

"Ini bukan tentang kekuatan kasar," katanya pelan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri. "Ini tentang memahami esensi dari semua hal."

Dengan gerakan penuh percaya diri, ia memanggil Tahap Kedua: Cakar Dimensi Tak Terbatas. Sebuah celah besar terbuka di atasnya, dan dari dalam celah itu muncul cakar raksasa yang terbentuk dari energi murni. Cakar itu bersinar terang, memancarkan aura yang mampu menekan bahkan kultivator tahap Soul Transformation (Transformasi Jiwa) seperti pemimpin Klan Api Hitam.

...