Chapter 22 - Bab 22: Kota Qiandu

...

Tombak api hitam melesat dengan kecepatan tinggi ke arah Lian Chen, tetapi cakar energi biru-emas bergerak lebih cepat. Dalam sekejap, cakar itu menangkap tombak tersebut, menghancurkannya menjadi serpihan energi yang tersebar ke udara.

Tekanan yang Memuncak

Pemimpin Klan Api Hitam terkejut sesaat, tetapi segera tertawa kecil. "Kau benar-benar berbakat, bocah. Tetapi kau belum melihat kekuatanku yang sebenarnya."

Ia menyatukan tangannya, dan sebuah simbol gelap muncul di udara. Simbol itu memancarkan kekuatan korosif yang mulai mengikis energi di sekitarnya, termasuk qi yang digunakan Lian Chen. "Ini adalah Seni Api Kosmik Gelap, teknik yang hanya bisa digunakan oleh mereka yang telah melampaui batas tubuh fana!"

Lian Chen merasa tubuhnya semakin tertekan. Qi di dalam dirinya mulai berkurang dengan cepat, sementara simbol gelap itu terus berkembang, menciptakan lingkaran energi yang memenjarakan dirinya. Ia merasakan bahaya nyata untuk pertama kalinya sejak transformasinya.

Namun, di saat-saat genting itu, suara lembut namun kuat muncul di pikirannya. "Ingat, kekuatanmu adalah harmoni, bukan perlawanan. Alam semesta mendukung mereka yang mencari keseimbangan."

Suara itu berasal dari Batu Pusaka Langit, yang mulai beresonansi lebih kuat. Cahaya di tubuh Lian Chen kembali bersinar, lebih terang daripada sebelumnya. Harmoni yang ia capai di Kolam Pemurnian Jiwa mulai menetralkan efek simbol gelap tersebut. Lingkaran energi gelap itu mulai retak, seolah-olah ditolak oleh alam itu sendiri.

Puncak Pertempuran

Dengan sisa energinya, Lian Chen melancarkan Tahap Ketiga: Runtuhnya Dimensi. Ia menciptakan celah dimensi besar yang meluas ke segala arah, menghisap energi gelap dari simbol itu sekaligus melumpuhkan qi pemimpin Klan Api Hitam. Dimensi itu runtuh dengan kekuatan besar, menciptakan ledakan energi yang mengguncang lembah.

Ketika ledakan itu mereda, Lian Chen berdiri dengan tubuh penuh luka, tetapi masih tegak. Pemimpin Klan Api Hitam terduduk di tanah, wajahnya penuh keterkejutan. "Kau... benar-benar melampaui ekspektasiku," katanya dengan suara gemetar. "Namun, ini belum berakhir."

Sebelum pria itu sempat melancarkan serangan terakhir, Lian Chen melangkah maju dengan tatapan penuh ketegasan. "Cukup," katanya. "Jika kau ingin terus melawan, maka aku akan menghancurkanmu dengan kekuatan alam semesta."

Aura harmoni Lian Chen menyelimuti lembah itu, membuat semuanya terasa berguncang..orang terdiam. Pemimpin Klan Api Hitam, yang sudah kehilangan hampir seluruh qi-nya, hanya bisa mengangguk pasrah. "Kau menang... untuk saat ini."

Lian Chen menarik napas dalam, menenangkan qi-nya. Dengan satu gerakan tangan, ia membuka celah dimensi kecil, lalu menghilang ke dalamnya, meninggalkan lembah yang masih dipenuhi keheningan dan orang-orang yang meyaksikannya dengan rasa tidak percaya.

Pertempuran itu telah selesai, tetapi Lian Chen tahu bahwa tantangan yang lebih besar menunggunya di depan. Harmoni adalah kunci, tetapi menjaga keseimbangan dalam dunia yang penuh kekacauan bukanlah tugas yang mudah.

------

Di tempat yang sunyi dekat pinggiran kota Qiandu, celah dimensi terbuka dan keluar sesosok atletis kuat dan tampak sempurna. Kulitnya bersinar lembut, seperti memancarkan energi ilahi, matanya berwarna hitam pekat, Rambut Hitam legam, yang kadang berkilauan seperti obsidian.

Tak ada yang mengetahui kemunculan lian chen ditempat itu.

Sekarang Lian Chen dapat berpindah tempat melalui dimensi menggunakan teknik Cakar Dimensi Ilahi, namun kemampuan ini memiliki batasan yang bergantung pada tingkat penguasaan tekniknya dan keseimbangan harmoni tubuh, jiwa, dan energi alam. Berikut adalah rincian kemampuan berpindah melalui dimensi berdasarkan tahap teknik:

1. Membuka Celah Dimensi (Tahap Pertama): Pada tahap awal, Lian Chen dapat membuka celah kecil dalam ruang dimensi, tetapi hanya untuk perjalanan jarak pendek, seperti beberapa ratus meter. Celah ini hanya cukup untuk memindahkan dirinya atau objek kecil.

2. Cakar Dimensi Tak Terbatas (Tahap Kedua): Pada tahap ini, kemampuan berpindah tempat melalui celah dimensi semakin luas. Lian Chen bisa berpindah ke lokasi yang lebih jauh, bahkan mencapai wilayah lain dalam jarak beberapa kilometer, tergantung pada konsentrasi dan pengendalian energi. Namun, terlalu banyak penggunaan dapat menekan fisik dan meridian, serta meningkatkan risiko penyimpangan energi.

3. Runtuhnya Dimensi (Tahap Ketiga): Pada tahap tertinggi, Lian Chen bisa memanipulasi dimensi lebih besar, memungkinkan pergerakan melintasi dimensi lebih jauh atau bahkan ke ruang waktu yang lebih jauh, meskipun ini memerlukan penguasaan penuh dan kehati-hatian untuk menghindari kerusakan besar pada tubuh dan jiwa.

Kemampuan ini memerlukan penguasaan teknik yang sangat tinggi, dan semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin besar risiko yang harus dihadapi.

Tetapi semakin tinggi tingkat kultivasi yang menggunakannya maka akan semakin memperkecil resikonya.

Lian Chen melangkah keluar dari celah dimensi, menghirup udara segar di pinggiran Kota Qiandu. Kota kecil itu terletak di lembah hijau yang dikelilingi oleh pegunungan rendah, dengan sungai Jingliu yang mengalir tenang membelah kota. Saat malam tiba, lampu-lampu lentera yang digantung di sepanjang jalan-jalan kota memberikan suasana damai, bertolak belakang dengan pertempuran dahsyat yang baru saja ia lalui.

Kota Qiandu adalah pusat aktivitas ekonomi dan sosial bagi desa-desa di sekitarnya. Penduduknya terdiri dari petani, pedagang, dan beberapa kultivator pemula yang belajar di Paviliun Pemula Qi, akademi kultivasi utama di kota itu. Setiap tiga hari, Pasar Tiga Hari akan dipenuhi oleh para pedagang dari seluruh lembah, menjual berbagai barang, mulai dari hasil bumi hingga artefak spiritual sederhana.

Di tengah kota, Alun-Alun Jingliu menjadi pusat berkumpul warga. Alun-alun itu dikelilingi oleh toko-toko kecil dan restoran, serta dihiasi oleh patung naga yang melilit tiang tinggi. Patung itu melambangkan perlindungan dari legenda kultivator besar, Jing Xuan, yang dipercaya telah meninggalkan formasi spiritual di kota ini.

Namun, tempat yang paling menarik perhatian Lian Chen adalah Kuil Pelindung Langit, sebuah kuil kecil yang berada di atas bukit di sisi utara kota. Kuil itu dikelilingi oleh pohon-pohon tua dan memiliki pemandangan langsung ke seluruh kota. Meski kuil itu tampak sederhana, banyak yang percaya bahwa kuil tersebut menyimpan rahasia kuno dan menjadi tempat meditasi yang sempurna bagi para kultivator yang mencari kedamaian.

Lian Chen menyusuri jalan setapak yang mengarah ke kuil, tubuhnya yang masih lemah membutuhkan tempat untuk memulihkan energi. Di tengah perjalanan, ia berhenti sejenak, memandangi kota yang tampak damai. "Harmoni..." gumamnya. "Mungkin ini yang harus selalu kuingat. Bukan hanya dalam diriku, tetapi juga dengan dunia sekitarku."

Ia melangkah lebih dalam ke kota, menyadari bahwa perjalanan berikutnya tidak hanya tentang kekuatan, tetapi tentang menjaga keseimbangan antara makhluk hidup dan alam sekitarnya.

Saat Lian Chen melangkah mendekati Kuil Pelindung Langit, suasana berubah menjadi lebih tenang. Udara di sekitar terasa sejuk, disertai angin lembut yang membawa aroma dedaunan basah. Ia merasakan resonansi qi alam yang kuat di sekitarnya, seolah kuil itu memancarkan harmoni yang ia pelajari selama ini.

Menyatu dengan Energi Kuil

Setibanya di depan kuil, Lian Chen melihat seorang pria tua duduk di tangga batu, mengenakan jubah sederhana. Dia adalah Huai Tian Penjaga Kuil Pelindung Langit. Matanya tertutup, tetapi senyumnya ramah. "Kau telah melalui banyak hal," ucap pria itu, tanpa membuka matanya. "Tubuhmu terluka, tetapi jiwamu... jauh lebih kuat daripada sebelumnya."

Lian Chen menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Aku datang untuk memulihkan diri dan mencari pemahaman lebih dalam tentang harmoni."

Pria tua itu membuka matanya perlahan, menatap tajam namun penuh kedamaian. "Harmoni bukan hanya tentang menyatukan tubuh, jiwa, dan alam. Harmoni adalah kemampuan untuk tetap tenang meskipun dunia di sekitarmu bergolak. Mari, masuklah. Kuil ini memiliki rahasia yang mungkin bisa membantumu."

Rahasia Kuil Pelindung Langit

Di dalam kuil, Lian Chen disambut oleh suasana yang lebih khusyuk. Lilin-lilin kecil menyala di setiap sudut, memancarkan cahaya hangat yang menenangkan. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar sederhana dengan bola kristal berwarna biru transparan. Kristal itu memancarkan energi yang lembut tetapi sangat kuat.

"Ini adalah Kristal Jing Tian, peninggalan kultivator besar Jing Xuan," jelas pria tua itu. "Kristal ini adalah perwujudan dari harmoni sempurna yang ia capai selama hidupnya. Bagi mereka yang layak, kristal ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang keseimbangan alam semesta."

Lian Chen berjalan mendekati altar, merasakan daya tarik luar biasa dari kristal itu. Ketika ia menyentuhnya, dunia di sekitarnya berubah.

Pencerahan di Dalam Dimensi Harmoni

Lian Chen mendapati dirinya berada di ruang tanpa batas, di mana langit dipenuhi bintang-bintang dan aurora bergerak perlahan. Sebuah suara lembut namun kuat berbicara, menggemakan ajaran harmoni yang ia pahami. "Harmoni sejati adalah tentang menerima kekacauan dan ketertiban, menyatukannya menjadi satu Di Alam semesta ini, itulah yang membuatnya indah."

Dalam ruang itu, ia melihat gambaran pertempuran yang telah ia lalui. Ia menyadari bahwa meskipun ia telah menggunakan kekuatannya dengan bijaksana, ada saat-saat di mana emosinya hampir menguasai dirinya. "Kesabaran, kendali, dan belas kasih," gumamnya. "Itulah kunci sebenarnya."

Sebuah simbol bercahaya muncul di udara di depannya—Simbol Keselarasan Kosmik. Simbol itu perlahan menyatu ke dalam tubuhnya, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang cara mengelola energi dan emosinya.

Kembali ke Dunia Nyata

Ketika Lian Chen membuka matanya, pria tua itu tersenyum puas. "Kau telah menerima berkah dari Kristal Jing Tian. Namun ingat, pencerahan ini hanya langkah awal. Jalan menuju harmoni sejati adalah perjalanan tanpa akhir."

Lian Chen mengangguk, merasa tubuhnya lebih ringan dan qi-nya lebih stabil. Luka-lukanya mulai sembuh dengan sendirinya, dan ia merasakan kekuatan yang lebih mendalam dari sebelumnya. "Terima kasih atas bimbingannya. Aku akan menjaga keseimbangan ini dalam setiap langkahku."