Kerumunan di Alun-Alun Jingliu semakin riuh ketika Lian Chen maju ke depan. Sosoknya yang bersahaja, mengenakan pakaian sederhana, tampak kontras dengan aura ketenangan yang memancar darinya. Ia menghentikan langkah tepat di tepi arena. Matanya tajam, penuh tekad. Penonton berbisik, heran melihat pemuda ini maju tanpa ragu melawan Wei Zhen, seorang murid inti Sekte Kegelapan yang baru saja menghancurkan tujuh lawan dengan mudah.
Wei Zhen, berdiri di tengah arena dengan jubah hitamnya yang berkibar, memandang Lian Chen dengan ejekan. "Kau? Apa yang bisa kau lakukan?" tanyanya, dengan nada menghina. "Aku tidak punya waktu untuk membuang tenaga pada anak kecil."
Namun, Lian Chen tidak terprovokasi. "Sudah cukup, Wei Zhen," katanya dengan nada tenang namun tegas. "Pertarungan ini bukan ajang untuk melampiaskan ego atau menghancurkan. Kau telah melukai terlalu banyak orang."
Wei Zhen menyeringai, melangkah maju. "Dan apa yang akan kau lakukan? Menghentikanku? Dengan apa? Kata-kata bijakmu?" Ia mengepalkan tangan, memunculkan energi qi hitam yang melingkar di sekelilingnya. Aura gelap itu membuat beberapa penonton mundur karena tekanan yang mencekik.
Tanpa menjawab, Lian Chen melangkah ke dalam arena. Sorakan menggema dari kerumunan yang kini penasaran akan keberaniannya. Juri Huai Tian mencoba menghentikan Lian Chen. "Anak muda, kau tidak perlu melakukan ini. Lawanmu terlalu berbahaya."
Namun, Lian Chen hanya membungkuk hormat sebelum berkata, "Guru Huai Tian, ini bukan tentang pertandingan. Jika kita tidak menghentikannya sekarang, lebih banyak orang akan terluka."
Huai Tian menghela napas berat, mengizinkan pertarungan dimulai.
---
Begitu gong berbunyi, Wei Zhen bergerak dengan kecepatan luar biasa. Ia meluncurkan serangan menggunakan Gelombang Kehancuran, menghantamkan bola energi qi hitam ke arah Lian Chen. Ledakan itu menggetarkan arena, menciptakan debu tebal yang menutupi pandangan.
Namun, ketika debu mereda, Lian Chen berdiri tegak, tak tersentuh. Dengan gerakan lembut, ia melambaikan tangan, memunculkan qi emas yang memancarkan cahaya hangat. "Kegelapan tidak akan pernah menang atas cahaya," katanya sambil melangkah maju.
Wei Zhen menyerang lagi, kali ini menggunakan teknik Bayangan Gelap. Sosoknya menghilang, muncul di belakang Lian Chen dengan pukulan mematikan. Namun, sebelum serangan itu mendarat, tubuh Lian Chen berputar dengan cepat, menangkap tinju Wei Zhen dengan tangan kosong. Dentuman energi terdengar ketika qi emas bertabrakan dengan qi hitam. Wei Zhen terdorong mundur, matanya melebar karena terkejut. Tubuh Lian Chen terlihat berkilauan dengan aura emas, dan dibelakangnya siluet naga emas terlihat samar-samar.
"Bagaimana mungkin?" Wei Zhen mendesis. "Qi-mu... ini... ini tidak mungkin!"
Lian Chen tidak menjawab. Sebaliknya, ia melompat ke udara, menggunakan teknik Pukulan Energi Tanpa Batas. Menghancurkan apa pun dengan energi murni yang tak terbatas, menyerang Wei Zhen dengan kecepatan luar biasa. Wei Zhen mencoba memunculkan perisai qi gelap, tetapi serangan itu terlalu kuat. Perisainya hancur, dan tubuhnya terpental ke tepi arena.
Wei Zhen berusaha bangkit, tetapi tubuhnya bergetar. Ia memandang Lian Chen dengan tatapan penuh kebencian. "Aku tidak akan menerima ini!" katanya sambil mengepalkan tangan. "Aku, murid inti Sekte Kegelapan, tidak mungkin kalah dari bocah sepertimu!"
Namun, sebelum ia dapat melancarkan serangan lain, Lian Chen mendekat secepat kilat dan mengeluarkan teknik Auman Langit Menggelegar (Heavenly Roar). Sambil berkata di dekat telinga Wei Zhen, "Pertarungan ini selesai!" suaranya menggema dengan nada yang sangat tinggi. Teknik itu langsung menyerang jiwa, mental, dan konsentrasi musuh.
Wei Zhen tersungkur ke tanah, tak mampu bergerak, lalu pingsan. Darah mengalir dari telinga, hidung, mata, dan mulutnya.
---
Setelah kekalahan Wei Zhen, arena menjadi hening. Penonton terdiam, terkejut melihat pemuda sederhana seperti Lian Chen mampu mengalahkan lawan yang begitu kuat. Beberapa saat kemudian, sorakan menggema, memuji keberanian dan kekuatan Lian Chen.
Namun, Wei Zhen tidak menerima kekalahannya dengan tenang. Dia merasa dipermalukan. Wei Zhen menatap Lian Chen dengan kebencian mendalam sebelum meninggalkan arena tanpa berkata apa-apa, sambil membawa luka-luka yang dideritanya. Dalam perjalanan kembali ke Sekte Kegelapan, amarahnya membara. Ketika sampai di hadapan Kepala Sekte yang kaget melihat luka-lukanya ia melaporkan semuanya dengan nada penuh kebencian.
"Kepala Sekte," kata Wei Zhen sambil berlutut, "pemuda itu menggunakan kekuatan aneh. Sepertinya dia orang yang kita cari dengan Batu Pusaka Langit. Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu."
Kepala Sekte, seorang pria yang selalu menggunakan topeng misterius dengan mata tajam merah menyala, hanya mengangguk. "Aku akan mengirimkan para tetua untuk membereskannya. Kekuatan seperti itu tidak boleh berada di tangan yang salah."
---
Sementara itu, di Kota Qiandu, Lian Chen mengambil keputusan. Ia mendekati Huai Tian setelah pertarungan dan menyatakan niatnya untuk mundur dari pertandingan. "Aku tidak berada di sini untuk memenangkan penghargaan," katanya. "Tujuanku hanya menghentikan Wei Zhen. Kini, dia telah dikalahkan, aku tidak punya alasan untuk melanjutkan."
Huai Tian memandangnya dengan penuh rasa hormat. "Kau memahami esensi sejati dari kultivasi," katanya. "Bukan tentang menang atau kalah, tetapi tentang melindungi harmoni. Namun, keputusanmu berarti kau harus didiskualifikasi."
Lian Chen hanya mengangguk. "Aku menerima itu."
Pengumuman resmi segera dibuat, dan meskipun beberapa penonton kecewa, banyak yang memahami keputusan Lian Chen. Bagi mereka, ia telah menjadi pahlawan sejati.
----
Kota Qiandu, yang masih tenggelam dalam euforia setelah turnamen besar di Alun-Alun Jingliu, kini menghadapi ancaman baru yang mengintai di balik bayang-bayang kegelapan. Jauh di luar pegunungan rendah yang mengelilingi kota, kabut pekat mulai menyelimuti udara, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Dua sosok misterius, Duo Bayangan Hitam, muncul dari balik tirai kabut itu. Dengan jubah gelap berkibar, mereka berjalan perlahan, setiap langkah mereka memancarkan aura kehancuran yang menggetarkan alam.
Mereka adalah Tetua Yin Lei dan Yan Xie, dua kultivator tingkat tinggi dari Sekte Kegelapan. Nama mereka saja sudah cukup untuk membuat banyak sekte dan desa bertekuk lutut. Dengan langkah mantap dan tujuan yang jelas, mereka berjalan mencari dan menghabisi Lian Chen, sesuai perintah langsung dari kepala Sekte Kegelapan.
"Kita hampir sampai. Anak itu tidak boleh dibiarkan berkembang," ujar Yin Lei dengan suara rendah dan tajam.
Dengan senyum dingin, Yan Xie menjawab, "Jika kita tidak menemukannya, kita akan membakar kota ini sampai rata dengan tanah."
---
Profil Duo Bayangan Hitam
1. Tetua Yin Lei
Tingkat Kultivasi: Nascent Soul (Jiwa Baru) Tingkat Menengah
Ciri Fisik:
Tinggi dan kurus, dengan kulit pucat memancarkan aura mengerikan.
Rambut putih keperakan panjang, sering terikat dengan jubah hitam bergaris ungu gelap.
Mata merah menyala yang penuh dengan ketajaman dan kewaspadaan.
Kepribadian:
Manipulatif dan licik. Yin Lei adalah otak dari Duo Bayangan Hitam. Dia lebih memilih taktik cerdik daripada kekerasan langsung.
Kemampuan Utama:
1. Jaring Kehampaan: Jebakan energi gelap yang menyerap qi musuh.
2. Bayangan Membekukan: Energi gelap yang melumpuhkan lawan secara perlahan.
3. Mantra Dominasi Jiwa: Teknik khusus untuk mengendalikan pikiran musuh.
2. Tetua Yan Xie
Tingkat Kultivasi: Nascent Soul (Jiwa Baru) Tingkat Atas
Ciri Fisik:
Bertubuh besar dan berotot, dengan bekas luka di wajah.
Rambut hitam pendek yang sering tertutup tudung.
Memiliki suara berat dan aura penuh tekanan.
Kepribadian:
Brutal dan impulsif. Yan Xie adalah kekuatan destruktif dari Duo Bayangan Hitam.
Kemampuan Utama:
1. Tinju Neraka Darah: Serangan jarak dekat yang menghancurkan.
2. Lindungan Kegelapan: Lapisan energi pelindung yang menyerap serangan.
3. Teknik Ledakan Qi: Penghancur area luas.
Keduanya memiliki hubungan saling melengkapi. Yin Lei adalah otak, sementara Yan Xie adalah eksekutor. Kombinasi mereka menciptakan ancaman besar yang bahkan sulit dihadapi oleh kelompok kultivator kuat.
---
Sementara Duo Bayangan Hitam mendekati gerbang utama kota, suasana di dalam Kota Qiandu masih penuh dengan keriuhan. Turnamen besar telah menjadi kebanggaan bagi murid-murid Paviliun Pemula Qi, dan warga sekitar menikmati festival kecil di sekitar Alun-Alun Jingliu.
Di sisi lain kota, Duo Bayangan Hitam tiba di gerbang utama. Penjaga yang bertugas mencoba menyapa, tetapi tubuh mereka gemetar hebat. Dalam satu gerakan kecil dari Yan Xie, penjaga itu terhempas ke dinding tanpa sempat bersuara.
"Kita mulai dari sini," gumam Yan Xie sambil menyapu pandangannya ke arah kota.
---
Kuil Pelindung Langit
Di dalam kuil suci yang berada di puncak bukit kecil kota, Huai Tian, penjaga kuil, sedang duduk bersila di tengah aula. Aura kehadirannya biasanya tenang seperti gunung, namun malam ini, ia tiba-tiba membuka matanya. Pandangan tajamnya menatap ke arah gerbang utama kota.
"Gelombang energi yang kuat... tidak, ini bukan hanya kuat, ini penuh niat membunuh."
Huai Tian berdiri, memegang tongkat panjang berukir simbol kuno. Angin dingin menyelinap ke dalam aula kuil, membawa firasat buruk. Ia menghela napas dalam.
"Duo Bayangan Hitam."
Huai Tian melangkah keluar dari kuil, berdiri di tepi bukit yang memberikan pemandangan seluruh kota. Ia mengamati dari kejauhan dan mencoba merasakan pergerakan mereka dengan indra spiritualnya yang tajam. Ketika energi mereka semakin jelas, Huai Tian segera mengaktifkan formasi peringatan kuil, mengirimkan sinyal ke seluruh kota melalui serangkaian lentera spiritual yang menyala merah.
---
Paviliun Pemula Qi
Di dalam ruang pengasingan meditasi yang sunyi, Kepala Paviliun Zhang Tianyi tiba-tiba membuka matanya. Aura yang mengerikan dari Duo Bayangan Hitam menusuk indra spiritualnya, membuat wajahnya memucat. Ia segera berdiri, berjalan dengan cepat keluar dari ruang meditasi, dan memanggil para tetua paviliun ke aula utama.
"Duo Bayangan Hitam…" gumamnya dengan nada penuh keprihatinan. "Mengapa mereka di sini? Apa yang mereka cari di kota ini?"
Beberapa tetua segera tiba, masing-masing membawa aura tegang. Zhang Tianyi memandang mereka dengan serius.
"Kumpulkan semua murid ke tempat perlindungan. Aktifkan formasi pelindung paviliun. Kita tidak tahu apa tujuan mereka, tetapi kita tidak boleh membiarkan mereka menyebabkan kehancuran."
---
Alun-Alun Jingliu
Di tengah festival yang masih berlangsung, tidak ada yang menyadari bahaya yang mengintai. Namun, lentera merah dari Kuil Pelindung Langit tiba-tiba menyala, menarik perhatian sebagian warga dan murid. Beberapa orang berhenti bersenang-senang dan mulai bertanya-tanya apa yang terjadi.
Di kejauhan, suara langkah pelan Duo Bayangan Hitam bergema di jalanan yang mulai sepi, menuju ke pusat kota. Aura mereka yang gelap dan menakutkan mulai menyelimuti malam yang tadinya penuh keceriaan.
...