Chereads / Kultivator Melampaui Langit: Warisan Pusaka Langit / Chapter 19 - Bab 19: Terobosan di Gua Jiwa Mendalam

Chapter 19 - Bab 19: Terobosan di Gua Jiwa Mendalam

Gua Jiwa Mendalam: Perjalanan Transformasi Lian Chen

Saat Lian Chen melangkah lebih dalam ke Gua Jiwa Mendalam, suasana berubah menjadi sesuatu yang hampir tak terlukiskan. Udara terasa berat, penuh dengan energi yang pekat, seperti atmosfer yang tak terjangkau oleh dunia luar. Kesunyian yang mendalam melingkupi gua itu, membuat setiap langkah dan tarikan napasnya terdengar seperti gema di antara dinding batu yang memancarkan cahaya lembut, seolah-olah bintang terperangkap di dalamnya. Stalaktit dan stalagmit menjulang, membentuk gerbang-gerbang purba yang memancarkan aura sakral.

Di tengah gua yang luas, sebuah kolam besar menarik perhatiannya. Airnya tampak jernih, namun di dalamnya terdapat kilauan yang membingungkan, seperti refleksi dari dunia lain. Bukan keindahan gua yang menyita pikirannya, melainkan kehadiran makhluk energi yang tak terlihat, memantau setiap gerakannya. Energi Qi yang melimpah terasa mengalir deras, membanjiri tubuhnya dengan tekanan yang hampir tak tertahankan.

Lian Chen berhenti sejenak, menyadari bahwa energi Qi di tempat ini berbeda. Lebih murni, lebih pekat, seolah-olah merupakan esensi hidup alam semesta.

"Sepertinya jika aku memanfaatkan energi dalam gua ini dengan benar," gumam Lian Chen sambil mengamati aliran energi yang berputar di sekelilingnya, "mungkin aku bisa menerobos ke tingkat selanjutnya Foundation Establishment (pendirian dasar)."

Dengan Batu Pusaka Langit yang terikat pada jantung ditubuhnya dan Inti Alam Roh Ilahi yang bersinar lembut dalam dadanya, ia mulai menyerap energi tersebut. Batu pusaka itu bertindak sebagai pemandu, menuntun aliran Qi, sementara Inti Alam Roh Ilahi menstabilkannya, menyelaraskan tubuh dan jiwanya.

Namun, proses itu jauh dari mudah. Meridian-meridian tubuhnya meregang hingga ke batasnya, menimbulkan rasa sakit yang tajam. Energi yang masuk terasa liar, hampir menghancurkan tubuhnya. Tapi Lian Chen bertahan. Dengan tekad yang kuat, ia mengatur napas, menenangkan pikirannya, dan memaksa tubuhnya untuk menerima arus Qi yang luar biasa itu.

Ketika ia semakin tenggelam dalam penyerapannya, Batu Pusaka Langit mulai memancarkan simbol-simbol misterius yang mengambang di udara, masuk ke tubuhnya dan beresonansi dengan Inti Alam Roh Ilahi. Energi yang liar berubah menjadi harmonis, mengalir seperti alunan musik yang indah. Tubuhnya mengalami transformasi besar: meridian-meridian mengembang dan menguat, membentuk jalur emas yang bercahaya, sementara setiap pori-pori tubuhnya menyerap energi seperti spons.

Pada puncaknya, sebuah ledakan cahaya emas muncul dari tubuhnya, menggetarkan seluruh gua. Cahaya itu membentuk siluet seekor naga emas yang menjulang tinggi, melambangkan kelahiran kembali dirinya. Qi di sekitarnya berputar, menciptakan pusaran energi yang mengubah tubuh dan jiwanya secara total. Ia merasakan batas-batas kultivasinya runtuh, digantikan oleh kekuatan baru yang jauh lebih besar.

"Lian chen berhasil menerobos ke tahap awal Foundation Establishment (pendirian dasar)!!."

Ketika energi itu mereda, tubuh Lian Chen memancarkan aura yang menakutkan. Ia telah mencapai terobosan besar, bukan hanya dalam kultivasi, tetapi juga pemahaman mendalam tentang Dao. Namun, perjalanan belum selesai. Kolam besar di tengah gua bersinar lebih terang, seolah memanggilnya. Saat ia mendekat, suara misterius menggema di pikirannya:

"Pemurnian tubuh hanyalah awal. Jiwa yang tercerahkan akan diuji dalam kedalaman".

---

Gangguan dari Luar

Di luar gua, gemuruh energi yang dilepaskan selama proses terobosan Lian Chen menyebar ke seluruh lembah, menarik perhatian para kultivator dari berbagai sekte dan klan. Sekte Pedang Badai dan klan Api Hitam, yang sebelumnya mengejarnya, tiba di depan gua dengan niat menghentikannya.

"Dia sedang melakukan terobosan! Jika dibiarkan, kekuatannya akan melampaui kita!" seru seorang pemimpin sekte.

Mereka menyerang masuk kedalam gua tempat dimana lian chen sedang melakukan terobosannya. melancarkan serangan besar-besaran, melepaskan jurus-jurus mematikan untuk menembus penghalang energi yang menyelimuti lian chen. Namun, energi dari tubuh Lian Chen justru menyerap serangan-serangan itu, memperkuat pusaran Qi yang mengelilinginya. Beberapa kultivator yang lemah mulai merasa tubuh mereka melemah, energi mereka tersedot oleh kekuatan besar yang datang dari dalam tubuh lian chen.

Ketika seorang tetua dari sekte Pedang Badai melancarkan jurus pamungkasnya, "Tebasan Angin Badai," serangannya hancur berkeping-keping sebelum mencapai tubuh lian chen. Batu Pusaka Langit memancarkan cahaya yang lebih intens, menciptakan pelindung tak tertembus di sekitar tubuh Lian Chen. Simbol-simbol kuno melayang di udara, memperkuat transformasinya.

Saat tekanan energi mencapai puncaknya, ledakan cahaya emas terakhir memancar dari tubuh lian chen. Para kultivator di sekitarnya terlempar menjauh, banyak yang terluka parah. Ketika debu mereda, Lian Chen melangkah keluar dari debu itu. Tubuhnya terlihat berkilauan dengan aura emas, dan di belakangnya, siluet naga emas terlihat samar-samar.

Dengan tenang, ia mengangkat tangannya. Gelombang energi yang datang dari tubuh lian chen menyapu musuh-musuhnya, mengusir mereka dari dalam gua. Para kultivator yang selamat hanya bisa menatapnya dengan ketakutan dan kekaguman, menyadari bahwa Lian Chen bukan lagi seorang kultivator biasa.

Setelah mengusir para penyusup dengan kekuatan barunya, Lian Chen berdiri di hadapan kolam besar di tengah gua. Cahaya dari airnya tampak semakin hidup, memantulkan simbol-simbol misterius yang berputar di permukaan. Kolam Pemurnian Jiwa ini, bukan sekadar sumber energi; kolam ini adalah inti dari Gua Jiwa Mendalam. Airnya mengandung esensi jiwa yang murni, mampu memurnikan tubuh dan pikiran hingga tingkat yang belum pernah dibayangkan.

Ketika ia mendekati tepi kolam, suara lembut menggema lagi di pikirannya, tetapi kali ini lebih jelas. "Apakah engkau siap?, Hanya mereka yang memahami keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan Dao yang dapat melangkah lebih jauh."

Lian Chen mengangguk mantap. Ia tahu ini bukan hanya ujian fisik, tetapi juga ujian batin yang akan menggali kedalamannya. Dengan perlahan, ia mencelupkan kedua tangannya ke dalam air kolam. Sensasi dingin yang menusuk terasa, diikuti oleh aliran hangat yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Dalam sekejap, penglihatannya berubah.

Ujian Batin: Cermin Jiwa

Lian Chen menemukan dirinya berada di ruang kosong yang tak berujung. Di depannya, sebuah cermin besar berdiri, memantulkan bayangannya. Namun, bayangan itu berbeda—ia melihat dirinya yang penuh dengan amarah, ketakutan, dan kelemahan yang selama ini ia sembunyikan.

Cermin itu berbicara, suaranya seperti gema dari dalam pikirannya sendiri. "Untuk melangkah lebih jauh, kau harus menerima bayanganmu. Hanya mereka yang dapat menghadapi kegelapan di dalam dirinya yang pantas melangkah menuju pencerahan."

Bayangan di dalam cermin tiba-tiba keluar, menyerang Lian Chen dengan kekuatan yang memanfaatkan semua ketakutan dan kelemahannya. Ia melihat bayangan dirinya yang penuh keraguan dan rasa bersalah saat meninggalkan ibunya, perasaan khawatir jika membahayakan orang-orang di sekitarnya, dan ketakutan terhadap batu pusaka langit yang seolah mengendalikan hidupnya.

Pertarungan itu tidak hanya melibatkan kekuatan fisik, tetapi juga mental. Bayangan itu terus mencemoohnya, membuatnya meragukan pilihannya. Namun, Lian Chen akhirnya berhenti melawan. Ia menyadari bahwa melawan bayangan itu tidak akan menyelesaikan apa pun.

"Engkau adalah bagian dari diriku," katanya, mengulurkan tangan kepada bayangan itu. "Mari kita belajar bersama menjadi lebih bijak dalam menentukan setiap langkah kita kedepannya."

Bayangan itu tersenyum samar sebelum perlahan-lahan larut menjadi cahaya dan menyatu kembali dengan dirinya. Pada saat itu, cermin itu hancur, meninggalkan ruang kosong yang kini dipenuhi cahaya keemasan.

Kembali ke Dunia Nyata

Ketika kesadarannya kembali, Lian Chen menyadari bahwa tubuhnya kini terendam sepenuhnya di dalam kolam. Namun, ia tidak merasa tenggelam, melainkan melayang. Simbol-simbol kuno dari air kolam mulai menyelimuti tubuhnya, meresap ke dalam meridiannya, memperkuat koneksi antara tubuh, jiwa, dan Batu Pusaka Langit.

Ia bisa merasakan residu energi negatif yang tersisa dari pertarungan sebelumnya diserap oleh kolam. Tidak hanya itu, wawasan baru tentang Dao mengalir ke dalam pikirannya, memberinya pemahaman yang lebih dalam tentang harmoni antara alam semesta dan dirinya.

Ketika ia keluar dari kolam, tubuhnya bersinar dengan cahaya murni. Tubuh dan jiwanya terasa ringan, tetapi kokoh, seperti gunung yang tak tergoyahkan. Ia sekarang memiliki kemampuan untuk melihat dan memahami aliran energi di sekelilingnya dengan lebih jelas.