Setelah tiga hari yang tenang di desa kecil yang asri itu, Lian Chen merasakan ketenangan yang hampir terlupakan. Namun, perasaan itu tiba-tiba terputus saat angin mulai berhembus kencang, membawa aroma yang penuh dengan energi. Aura kuat dari beberapa kultivator mulai terasa mendekat, dan Lian Chen tidak perlu menunggu lama untuk menyadari bahwa mereka datang untuk satu hal—Batu Pusaka Langit.
Lian Chen mencoba menenangkan dirinya, mencoba meyakinkan bahwa keberadaan mereka hanya sebuah kebetulan. Tetapi, pancaran kekuatan yang semakin mendekat menghilangkan keraguannya. Dia bisa merasakan energi yang sangat tinggi, bahkan dari jarak yang cukup jauh. Tidak mungkin orang-orang ini datang hanya karena kebetulan. Mereka merasakan aura Batu Pusaka Langit yang sangat kuat, dan mereka pasti ingin menguasainya.
Lian Chen berdiri di ambang pintu rumah tempatnya menginap, matanya memandang ke kejauhan, ke arah pegunungan yang mengelilingi desa. Langit mulai berubah warna, seolah-olah memberi peringatan, dan dalam hati Lian Chen sudah tahu keputusan apa yang harus dia ambil.
"Jika mereka datang ke sini, maka desa ini akan hancur berantakan," pikirnya. "Aku tidak bisa membiarkan orang-orang tak bersalah ini terjerat dalam pertempuran yang akan terjadi."
Dengan kecepatan yang luar biasa, Lian Chen meninggalkan desa kecil itu berjalan menjauh dari pemukiman desa. Di sana, di tengah-tengah lapangan yang sunyi, dia bisa merasakan aura yang semakin mendekat. Perlahan, beberapa siluet muncul di kejauhan, tiga orang kultivator muncul dari antara pepohonan dan kabut pagi, dengan kekuatan yang luar biasa. Salah satu dari mereka adalah seorang pria tua dengan jubah merah yang penuh dengan simbol kuno, diikuti oleh seorang wanita muda dengan aura penuh misteri, serta seorang pemuda dengan wajah yang dingin dan tak terduga.
Pria tua itu tersenyum jahat, matanya penuh ambisi dan rasa tamak. "Akhirnya, kita menemukannya. Batu Pusaka Langit yang selama ini kita cari."
Lian Chen menatap mereka dengan serius, merasakan tekanan yang datang dari setiap langkah mereka. "Jika kalian datang untuk batu pusaka langit," ujarnya dengan suara tenang namun penuh kewaspadaan, "maka aku akan melawan kalian!."
Wanita muda itu tertawa ringan, namun ada keganasan yang tersembunyi di balik senyumannya. "Kekuatan Batu Pusaka Langit tak bisa disembunyikan begitu saja, pemuda. Kami hanya ingin memastikan ia tidak jatuh ke tangan yang salah."
Lian Chen mengencangkan tinjunya, tubuhnya berpendar dengan energi halus yang hampir tak terlihat, tetapi menggetarkan udara di sekitarnya. Batu Pusaka Langit yang telah menyatu dengannya seolah memberi peringatan, membuat setiap saraf di tubuhnya bersiap menghadapi pertempuran yang tak terelakkan.
Pria tua berjubah merah melangkah maju, memancarkan aura tekanan yang begitu besar sehingga rumput di sekitar mereka mulai layu. "Jangan memaksa kami bertindak, sayangi hidupmu dibandingkan batu pusaka langit, anak muda. Batu itu adalah kunci menuju dunia yang lebih tinggi, dan tempatnya bukan di tangan bocah sepertimu."
Sebelum Lian Chen sempat membalas, pemuda dengan wajah dingin maju dengan langkah cepat. "Bicara saja tak ada gunanya," katanya dengan suara rendah namun penuh keyakinan. Dia mengangkat tangannya, dan energi ungu yang berkilauan mulai membentuk pedang besar di udara. "Kita lihat apakah dia layak menyimpan kekuatan sebesar itu."
Seketika, pedang energi itu melesat ke arah Lian Chen dengan kecepatan luar biasa. Namun, tanpa bergerak banyak, Lian Chen hanya menggerakkan dua jarinya ke udara. Teknik Sentilan Kehampaan dikerahkannya dalam sekejap, menciptakan gelombang energi yang tak terlihat. Pedang energi itu langsung hancur sebelum bisa mendekat.
Wanita muda itu menyipitkan mata, jelas terkejut. "Menarik," gumamnya. "Sepertinya bocah ini lebih dari sekadar pembawa Batu Pusaka Langit."
Namun, pria tua itu tidak terkejut. Sebaliknya, dia tersenyum lebih lebar. "Teknik yang hebat, tapi belum cukup," katanya sambil mengangkat tongkat kayu tua yang dipenuhi ukiran simbol kuno. "Kita lihat bagaimana kamu bertahan menghadapi Formasi Api Tiga Langit!"
Dengan ayunan tongkatnya, tiga lingkaran api raksasa terbentuk di udara, mengelilingi Lian Chen dari berbagai arah. Api itu berwarna merah keemasan, memancarkan panas yang begitu menyengat hingga tanah mulai menghitam dan retak.
Lian Chen tetap berdiri tegak, ekspresinya tenang. Dia bisa merasakan tekanan formasi itu, tetapi tidak gentar. Batu Pusaka Langit yang menyatu dengannya mulai beresonansi, memberi energi yang membuat tubuh dan jiwanya terasa tak terbatas.
"Formasi yang megah," ujar Lian Chen pelan, "tapi kalian terlalu meremehkan kekuatanku."
Dia mengangkat tangannya, dan energi murni mulai mengalir dari tubuhnya seperti sungai yang mengamuk. Teknik Pukulan Energi Tanpa Batas dikerahkannya. Dengan satu pukulan, gelombang energi besar meledak dari tangannya, menghantam langsung formasi api itu. Dalam sekejap, lingkaran api raksasa itu runtuh seperti kaca yang pecah.
Wanita muda itu melangkah mundur, matanya membelalak. "Bagaimana dia bisa mematahkan formasi itu hanya dengan satu serangan?"
Pria tua berjubah merah tampak marah, tetapi sebelum dia sempat mengeluarkan serangan berikutnya, Lian Chen sudah menghilang dari tempatnya berdiri. Dalam sekejap, dia muncul di depan pria tua itu, jaraknya hanya beberapa inci.
"Jika kalian pikir bisa mengambil Batu Pusaka Langit dengan mudah," kata Lian Chen dengan suara dingin, "maka kalian salah besar!!!."
Dia mengerahkan teknik Auman Langit Menggelegar. Suara gemuruh yang memekakkan telinga meledak dari tubuhnya, mengguncang area di sekitarnya. Pohon-pohon tumbang, tanah bergetar, dan ketiga kultivator itu terpental ke belakang.
Wanita muda itu menahan dirinya dengan susah payah, darah mengalir dari sudut bibirnya. Pemuda dengan pedang energi mencoba berdiri, tetapi tubuhnya gemetar hebat. Hanya pria tua itu yang tampak masih bertahan, meskipun wajahnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
"Kamu... bukan kultivator biasa," kata pemuda dengan wajah dingin itu, suaranya bergetar. "Apa sebenarnya kamu?"
Lian Chen menatap mereka dengan tajam, auranya semakin menekan. "Aku adalah pembawa Batu Pusaka Langit," jawabnya, "dan aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambilnya begitu saja."
Pria tua itu mengertakkan giginya, jelas tidak ingin menyerah. Tapi sebelum dia bisa menyerang lagi, suara gemuruh dari langit menghentikan mereka semua. Awan tebal berkumpul di atas kepala mereka, memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan.
Sebuah suara bergema dari langit, dalam dan penuh otoritas. "Hentikan pertempuran ini, atau kalian semua akan menghadapi hukuman dari Langit."
Semua orang, termasuk Lian Chen, menoleh ke langit. Sosok bercahaya mulai terbentuk di antara awan, menandakan kehadiran entitas yang jauh lebih kuat daripada siapa pun di tempat itu.
Sosok bercahaya di langit semakin jelas, tubuhnya diselimuti jubah panjang berwarna emas dengan pola bintang dan awan yang terus bergerak, seolah terbuat dari langit itu sendiri. Wajahnya samar, hanya menyisakan sepasang mata berkilauan seperti matahari yang menatap tajam ke arah pertempuran.
Pria tua berjubah merah segera berlutut, wajahnya berubah pucat pasi. "Penjaga Langit… tidak mungkin! Mengapa Anda muncul di sini?"
Wanita muda dan pemuda dengan wajah dingin itu ikut berlutut, ekspresi mereka dipenuhi ketakutan. Nama Penjaga Langit bukanlah sesuatu yang asing di dunia kultivasi. Dia adalah entitas penjaga keseimbangan dunia, yang hanya turun ke dunia fana jika sesuatu yang sangat penting terjadi—atau jika batas dunia hampir dilanggar.
Lian Chen berdiri tegak, meskipun merasakan tekanan besar dari kehadiran entitas itu. Namun, ada sesuatu yang aneh. Batu Pusaka Langit di dalam dirinya mulai beresonansi, dan dia dapat merasakan hubungan samar antara entitas ini dengan warisan langit yang dimilikinya. Dia tetap waspada, menyiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk.
"Diam!" suara Penjaga Langit menggema, memaksa semua orang, termasuk Lian Chen, untuk tidak bergerak. "Kalian semua telah melewati batas kalian dengan mengusik keseimbangan dunia. Batu Pusaka Langit adalah inti dari harmoni alam semesta, bukan sesuatu yang bisa kalian perebutkan."
Pria tua berjubah merah mencoba membela diri. "Yang Mulia, kami hanya ingin memastikan batu itu tidak jatuh ke tangan yang salah. Pemuda ini terlalu lemah untuk membawa tanggung jawab sebesar itu!"
Penjaga Langit mengangkat tangannya, dan seberkas cahaya emas meluncur turun, mengenai pria tua itu. Dalam sekejap, tubuhnya terpental beberapa meter, darah segar menyembur dari mulutnya.
"Kalian berbicara tentang tanggung jawab, tetapi hati kalian dipenuhi tamak. Batu Pusaka Langit telah memilih tuannya, dan kalian tidak berhak memutuskan hal ini."
Wanita muda dan pemuda itu gemetar, tidak berani mengangkat kepala. "Yang Mulia," wanita muda itu berkata dengan suara lemah, "kami tidak tahu bahwa dia telah dipilih. Mohon ampuni kami!"
Penjaga Langit tidak menjawab langsung. Sebaliknya, dia menoleh ke arah Lian Chen, matanya yang bersinar seperti matahari menembus jiwa Lian Chen. Suara dalam yang penuh wibawa berbicara langsung di benaknya.
"Kamu adalah pembawa Batu Pusaka Langit. Namun, perjalananmu baru saja dimulai. Beban yang kamu pikul akan jauh lebih besar dari yang bisa kamu bayangkan, dan musuhmu akan terus bertambah kuat. Pertahankan hatimu, karena hanya dengan itu kamu bisa melindungi dunia ini."
Lian Chen mengangguk kecil, meskipun hatinya dipenuhi pertanyaan. Mengapa Batu Pusaka Langit memilihnya? Apa sebenarnya tujuannya? Namun, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tahu bahwa jawabannya akan terungkap seiring waktu.
Penjaga Langit menoleh kembali ke tiga kultivator yang masih berlutut. "Kalian bertiga, dengarkan aku baik-baik. Jika kalian mencoba mengambil Batu Pusaka Langit lagi, hukuman kalian tidak akan semudah ini. Pergilah dan jangan pernah kembali."
Dengan satu ayunan tangannya, ketiganya terlempar jauh ke hutan, hilang dari pandangan.
Setelah memastikan mereka pergi, Penjaga Langit mengalihkan pandangannya kembali ke Lian Chen. "Pemuda, tinggalkan tempat ini. Keberadaanmu di sini sudah menarik perhatian yang tidak seharusnya. Dunia ini akan menjadi medan pertempuranmu, dan kamu tidak bisa lagi tinggal diam di satu tempat."
Lian Chen mengepalkan tangannya, menyadari kebenaran di balik kata-kata itu. Dia menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat. "Aku mengerti."
Penjaga Langit perlahan memudar, tetapi sebelum sepenuhnya menghilang, dia meninggalkan satu pesan terakhir. "Perjalananmu akan membawamu ke Tanah Seribu Langit. Di sana, jawaban yang kamu cari menunggumu."
Ketika sosok emas itu menghilang sepenuhnya, langit kembali cerah. Lian Chen berdiri di tengah lapangan yang sunyi, memandang ke arah pegunungan di kejauhan. Dia menarik napas panjang dan berbalik, melangkah meninggalkan desa kecil yang telah menjadi tempat perlindungannya untuk sementara waktu.
Dalam hatinya, dia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan panjang yang akan membawanya melampaui langit dan menemui takdirnya. Namun, dia juga tahu satu hal—seberapa pun beratnya, dia tidak akan mundur. Batu Pusaka Langit telah memilihnya, dan dia akan membuktikan bahwa dia layak menjadi pembawanya.