Chereads / The Ascension of Anemo / Chapter 7 - The Truth

Chapter 7 - The Truth

Anemo berdiri di tengah hamparan luas emas keabadian yang menjadi alam bawah sadarnya. Udara di tempat itu terasa ringan namun penuh dengan energi yang bergerak tanpa arah. Tempat ini tidak memiliki batas; sejauh mata memandang, hanya ada ruang kosong yang berubah-ubah dengan kilauan emas dan putih.

Namun, yang paling menarik perhatian Anemo adalah sebuah struktur melayang di depannya perpustakaan tanpa ujung. Rak-rak buku yang tersusun rapi berdiri melayang di udara, masing-masing bercahaya dengan aura berbeda. Judul-judul buku berkilauan, seolah-olah ditulis menggunakan cahaya bintang.

"Apa ini sebenarnya?" pikir Anemo, melangkah mendekati salah satu rak. Tangan kanannya menyentuh sebuah buku dengan sampul putih bercahaya, dan segera setelah itu, buku tersebut terbuka sendiri, menampilkan isinya dalam bentuk tulisan yang bergerak seperti air.

"Sejarah Archon Pertama: Sang Pencipta Dimensi."

Anemo membaca perlahan, mencoba memahami setiap kalimat yang tertulis. Buku itu menceritakan kisah Archon pertama, Aetherion, Sang Pencipta Dimensi, yang mengorbankan seluruh kekuatannya untuk membangun keseimbangan antara makhluk hidup dan alam. Dalam halaman berikutnya, Archon kedua, Ethernium, dikenal sebagai Sang Pencipta Planet. Ia adalah sosok yang menciptakan bumi beserta planet-planet lain di dimensi ini, membentuk dunia yang kita kenal sekarang. Dengan kekuatannya, ia menciptakan keseimbangan energi yang menghubungkan seluruh alam semesta dalam dimensi ini, menjadikannya tempat yang layak untuk kehidupan berkembang.

Namun, yang paling menarik perhatian Anemo adalah bagian tentang Archon Ketiga. Ia membaca dengan hati-hati, dan semakin jauh ia membaca, semakin ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Archon Ketiga: Sang Penegak Keadilan."

Buku itu menceritakan bagaimana Archon ketiga membawa ketertiban dengan tangan besi, tetapi juga menyebutkan kematian misteriusnya.

"Archon Ketiga tidak mati karena pengorbanan ataupun usia, tetapi karena suatu serangan yang tak dapat dijelaskan. Entitas asing dari dimensi lain muncul di tengah pertempuran terakhirnya, membawa kehancuran yang tidak dapat diatasi bahkan oleh kekuatan seorang Archon."

Anemo tertegun. "Entitas dari dimensi lain?" gumamnya, tangannya gemetar saat ia membalik halaman berikutnya.

"Entitas tersebut tidak pernah memiliki nama, tetapi dikenal hanya sebagai Voidkeeper sang penjaga kehampaan. Makhluk ini tidak berasal dari dunia ini, juga tidak tunduk pada aturan keseimbangan dunia. Keberadaannya adalah anomali yang menentang segala hukum yang diciptakan oleh Archon Pertama. Archon ke-3 melawan dengan segala kekuatannya, tetapi pada akhirnya, ia kalah. Kehilangan nyawanya bukan hanya menyebabkan kematian fisik, tetapi juga ketidakseimbangan energi dunia yang kita rasakan hingga kini."

Anemo membaca lebih jauh. Buku itu menggambarkan bagaimana Voidkeeper tidak pernah terlihat lagi setelah membunuh Archon Ketiga. Keberadaannya tetap menjadi misteri, dan jejak kehancurannya tidak pernah bisa dipulihkan sepenuhnya. Bahkan, energi dunia menjadi lebih rapuh sejak kematian Archon ke-3, yang menyebabkan keseimbangan terus terganggu.

"Ini lebih besar dari yang aku bayangkan," bisik Anemo, menutup buku itu dengan hati yang berat. Ia menatap rak-rak lainnya, menyadari bahwa jawabannya mungkin tersembunyi di tempat ini, tetapi juga bahwa pertanyaan baru terus bermunculan.

"Mengapa Voidkeeper datang? Apa yang diinginkannya? Dan... apakah aku harus bersiap untuk menghadapi sesuatu yang serupa?" pikirnya.

Anemo termenung, pikirannya melayang pada pertempuran melawan ular raksasa di Gunung Veldros. Tubuhnya masih bisa merasakan sisa-sisa ketegangan dari pertempuran itu, bagaimana ia hampir kehilangan Metha, dan bagaimana kekuatan ilahi yang baru ia temukan menjadi penentu kemenangan.

"Ular itu…" gumamnya sambil menatap rak-rak buku yang melayang di hadapannya. "Apakah ada hubungan antara makhluk itu dan Voidkeeper?"

Ia segera melangkah mendekati rak lainnya. Tangannya menyentuh sebuah buku dengan sampul hitam pekat yang tidak bercahaya seperti buku lainnya. Begitu buku itu terbuka, halaman pertama langsung menampilkan judul yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang.

"Makhluk dari Kehampaan: Jejak Entitas Dimensi Lain."

Anemo membaca dengan saksama, memperhatikan setiap detail. Buku itu menggambarkan keberadaan makhluk-makhluk dari dimensi lain yang disebut sebagai Astralyth, pelayan Voidkeeper. Mereka adalah perwujudan kehampaan, dengan wujud yang berbeda-beda tergantung pada dimensi yang mereka masuki. Astralyth tidak tunduk pada hukum keseimbangan dunia ini, tetapi keberadaan mereka melemahkan energi dunia secara perlahan, seperti racun yang menginfeksi tubuh yang sehat.

"Ular itu… bisa jadi salah satu dari mereka," pikir Anemo sambil membalik halaman berikutnya.

Halaman itu menampilkan deskripsi tentang Astralyth, makhluk yang memiliki kecerdasan dan kekuatan luar biasa. Salah satu ciri utama mereka adalah kemampuannya menyerap energi dunia di sekitarnya untuk bertahan hidup dan memperkuat diri. Beberapa bahkan memiliki kemampuan untuk berbicara dan berinteraksi, mencoba memanipulasi makhluk lain demi tujuan mereka.

"Jika seekor Astralyth muncul di dunia ini, itu adalah tanda bahwa dimensi kehampaan telah menemukan celah untuk masuk. Dan jika celah itu tidak ditutup, lebih banyak makhluk seperti itu akan datang, membawa kehancuran yang tidak terelakkan."

Anemo tertegun. Ia teringat tatapan ular raksasa itu, bagaimana makhluk tersebut terlihat lebih dari sekadar binatang buas. Ia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik kehadirannya. Bahkan, ia teringat bagaimana cahaya ilahi dari pedangnya kekuatan Archon adalah satu-satunya hal yang mampu melukai dan mengalahkan makhluk itu.

"Apakah itu kebetulan? Atau memang kekuatan Archon diciptakan untuk melawan mereka?" pikirnya, keningnya berkerut.

Namun, sebelum ia bisa melanjutkan bacaannya, sebuah suara lembut terdengar di belakangnya. Itu adalah suara yang familiar, suara yang membuatnya langsung menoleh. Sosok manifestasi Metha dari alam bawah sadarnya kembali muncul.

"Kau menemukan sesuatu yang penting, Anemo?" tanya sosok itu dengan senyuman kecil, meskipun tatapannya serius.

"Ya," jawab Anemo, menunjuk buku itu. "Makhluk yang aku kalahkan di Gunung Veldros mungkin bukan sekadar ular. Aku mulai berpikir kalau ia adalah Astralyth, pelayan Voidkeeper. Jika itu benar, maka ada sesuatu yang jauh lebih besar sedang terjadi di dunia ini."

Sosok itu mengangguk. "Kemungkinan besar kau benar. Voidkeeper mungkin tidak hanya datang untuk Archon ke-3. Bisa jadi ia meninggalkan sesuatu celah, bekas luka, yang memungkinkan makhluk-makhluk itu terus memasuki dunia ini."

Anemo terdiam, pikirannya semakin penuh dengan pertanyaan. "Jika benar ular itu adalah Astralyth, apakah ada lebih banyak lagi di luar sana? Dan bagaimana aku bisa menutup celah itu?"

Sosok Metha mendekat, meletakkan tangannya di bahu Anemo. "Jawaban itu ada di tempat ini, Anemo. Kau hanya perlu waktu untuk menemukannya. Tetapi ingat, apa pun yang kau pelajari di sini harus kau uji di dunia nyata. Tempat ini adalah alat, bukan penyelesaian akhir."

Anemo menarik napas dalam-dalam, menyadari bahwa tanggung jawabnya sebagai Archon baru saja menjadi lebih rumit. Melawan ancaman dunia nyata sudah cukup berat, tetapi jika ia harus menghadapi entitas dari dimensi lain, maka persiapannya harus lebih matang.

Ia menutup buku itu perlahan, matanya menatap sosok Metha dengan tekad baru. "Aku harus belajar lebih banyak. Aku harus tahu bagaimana menutup celah itu dan mencegah makhluk-makhluk seperti itu kembali masuk."

Ketika ia kembali ke dunia nyata, Metha asli sedang duduk bersandar di salah satu batu besar, menatap langit yang mulai cerah. Ia mendongak ketika melihat Anemo membuka matanya, wajahnya dipenuhi dengan rasa ingin tahu.

"Kau menemukan sesuatu?" tanya Metha.

Anemo mengangguk pelan. "Ya. Aku menemukan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Tapi satu hal yang pasti, Metha… pertempuran kita belum selesai. Apa yang terjadi di Gunung Veldros mungkin hanya awal."

Metha terdiam sesaat, lalu tersenyum tipis. "Kalau begitu, kita harus siap. Apa pun yang akan datang, kita hadapi bersama."

Anemo menatap ke kejauhan, ke arah matahari yang mulai terbit. Dalam hati, ia tahu perjalanan ini jauh dari selesai. Ancaman Voidkeeper masih membayangi, dan dunia belum sepenuhnya aman. 

Akhir dari Chapter 7.

  1. Pelayan Voidkeeper adalah makhluk yang diciptakan oleh Voidkeeper itu sendiri untuk memantau dan menyerap energi yang ada di dunia tujuannya.
  2. Anemo memberikan sebuah kekuatan kepada Metha untuk menyalurkan energinya dan berkomunikasi kepada Anemo dari jarak jauh, bahkan kedalam alam bawah sadarnya Anemo sekalipun, maka dari itu Metha akan dapat muncul di alam bawah sadarnya Anemo kapanpun.