*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*
"Sudah cukup, lo mau mati?"
Semuanya diam tak ada yang berani bicara sepatah kata pun. Austin ikut merasakan tekanan luar biasa sampai tangannya bergetar
'Cewek ini dengan mudah menahan tangan gue?!'
"Siapa cewek bangsat ini?" Nathan mencoba membuka matanya tapi dia tak sanggup
"Bentar bukannya dia salah satu anak cewek kelas kita ya."
"Oh yang kerjaannya cuman belajar di kelas?"
"Bangsat gue gak peduli siapa lo. Memangnya lo pikir bisa menang kalau melawan sendirian begitu ha?!"
PLAKK
Austin mundur dengan terbelalak, dia merasa kupingnya berdengung kuat. Lya melepas kacamatanya dan ia simpan di kantung
"Apa nih?. Satu pukulan aja lo langsung mundur?" Austin menggeram marah
"Minggir, biar gue yang habisin si jalang ini." Yang lain mundur dengan takut
Austin meludahkan darah dari mulutnya dan tanpa aba-aba dia langsung maju sambil melayangkan tinjunya. Tapi Lya dengan mudahnya menghindar sambil tersenyum
"Brengsek, lo menghindar ha?!. Menghindar?!"
Lya tersentak saat Austin melayangkan kakinya sekuat tenaga, tapi gadis itu bukannya menghindar dia dengan refleks berbalik kemudian menggendong tubuh Nathan dan membawanya ke ujung
"L-Lya..."
"Bang lo tunggu sini, pegangin kacamata gue boleh?. Kalau rusak habis gue dimarahin emak." Nathan menerima kacamata itu dan hendak menahan Lya, sebelum dia menyadari Austin yang sudah tepat di depan mereka dengan mata memerah
"Bangsat kalian malah asyik mengobrol ha?!"
Nathan menutup matanya, berbanding terbalik dengan Lya yang menahan kaki Austin begitu saja mengejutkan semuanya
'Cewek ini ... masa sih lebih kuat dari gue?'
"Hahh, aku harus cepat pulang buat belajar. Oke kita selesaikan dengan cepat." Lya dengan tanpa ekspresi melayangkan kepalan tangan kirinya ke jakun Austin
"UHUKK!"
Austin mundur dengan terbelalak tak menduga itu. Seolah tak memberi istirahat, Lya kembali maju dengan menyerang ulu hati Austin
"Hm?. Mana sikap sombong mu tadi?. Udah nyerah nih?" Lya mengangkat pundaknya saat Austin tak lagi menyerang, dia berbalik dan berjalan ke Nathan
"Lya awas!"
BRUAKK
Antek-antek Austin dengan curang menyerang menggunakan kayu yang ada disana hingga membuat kepala Lya berdarah
"Haha mau sekuat apapun lo pasti gak akan mempan kalo pake senjata kan?!" Lya berdecak kesal dan Nathan panik di tempat
"Hey, emangnya gue ada minta bantuan kalian ha?!"
"Eh?. T-tapi kan-."
"Gue gak bakal kalah dari jalang bangsat ini."
"Oke kalau itu mau lo."
Semuanya tersentak ketika Lya tiba-tiba maju dan menghajar wajah Austin secara brutal
"Sspp, terakhir."
BUAGH
Lya menyerang rahang Austin dengan pukulan telapak tangannya. Austin langsung jatuh begitu saja. Antek-anteknya yang tak menduga itu, segera maju selagi menunggu Austin bangun
"Bangsat, kalian baru maju setelah ketuanya kalah ya?. Gak bisa terima hasil nih."
"Banyak bacot jalang ini!"
Keempat laki-laki itu maju bersamaan dengan sebilah kayu di tangan mereka. Lya langsung menahan Nathan yang hendak membantu
"Ahh hari ini sial banget ya."
Nathan menaikkan satu alisnya bingung saat Lya melepas ikat pinggangnya
CTASS
"Argh!" Lya langsung melayangkan lututnya saat laki-laki itu fokus merasakan sakit luar biasa akibat cambukan di kepalanya
"Huff, satu sudah. Sisa kalian nih, mau lanjut?"
"K-kita serang dia bersamaan!" Ketiga laki-laki itu berlari dengan berteriak heboh
"Goblok."
Salah satu laki-laki yang sampai lebih dulu langsung dibuat jatuh oleh Lya dengan menendang kakinya. Dia melayangkan ikat pinggangnya ke laki-laki dua hingga terduduk dengan kepala berdarah
Laki-laki pertama tadi kembali bangun tapi kalah cepat dengan serangan siku Lya hingga dia menjatuhkan senjata kayunya. Lya melilit leher laki-laki itu dengan ikat pinggangnya kemudian dibanting begitu saja ke tanah
Yang terakhir rupanya juga cepat, dan dia menyerang Lya hingga kayunya hancur
"Sakit bangsat." Lya meraih wajah anak itu dan dia layangkan lututnya, tak sampai disana gadis itu menamparnya brutal hingga akhirnya tidak sadarkan diri
Nathan merinding di tempat menyaksikan pertengkaran seorang perempuan dengan lima laki-laki tapi dengan cepat bisa menang
"Aduh." Nathan tersentak dan segera bangun untuk menahan tubuh Lya yang hampir jatuh
"Lya!. Kamu gapapa?!"
"Hehe gapapa bang, cuman ... gak terbiasa aja."
"Ayo ke UKK." Nathan menaruh tangan kiri Lya di pundaknya, tapi keduanya berhenti saat Austin bangun dan langsung terkejut melihat kondisi anak-anak buahnya yang sudah tak sadarkan diri
"G-gimana bisa?" Austin bertatapan dengan mata dingin Lya dan langsung merinding
"Ayo bang." Nathan mengangguk kemudian membantu adik tingkatnya itu berjalan pergi dari tempat pembuangan sampah
Austin mengepalkan tangannya, dirinya masih tak menyangka akan kalah dari seorang perempuan
"Ya sudahlah." Austin memilih menyerah kemudian mengangkat salah satu temannya yang belum bangun
PLOKK PLOKK
Austin tersentak dan terbelalak melihat dua laki-laki yang datang ke arahnya. Yang satu berwajah datar, dan yang satu tersenyum lebar sambil tepuk tangan
"Diego Anggara.... Sebastian Halim.... K-kenapa kalian disini?"
"Yahh, kami kan juga harus mastiin lo bekerja dengan baik dan benar. Tapi kayaknya lo gak berhasil ya," tutur Diego
"I-itu karena ada yang datang-."
PLAKK
"Gue gak minta lo buat jawab bangsat. Dan lagi, harusnya lo tau dong ada anak kuat begitu di jurusan lo. Cewek lagi haha!. Lo kalah dari cewek?!. Lawak apa lagi ini?!" Diego tertawa terbahak-bahak menghiraukan Austin yang terduduk takut pada mereka berdua
"Austin Hermawan, lo ... bakal habis di tangan Aslan," bisik Sebastian dan menyeringai saat melihat tubuh Austin yang gemetar
~•~
"A-aduh!. Sakit bu!"
"Iya maaf."
Sampai di unit kesehatan kampus, mereka untungnya segera diberi perawatan oleh dokter. Bukan anak PMR dan lainnya, kampus ini sengaja menyediakan para dokter yang mau menangani mereka
Itu lebih baik daripada harus ke rumah sakit diluar dan berita buruk tentang kampus ini menyebar
"Kamu kok bisa sih sampe kena pukul begini?"
"Ah i-itu-." Lya menatap Nathan meminta pertolongan
Nathan mau menjawab, tapi ada anak-anak yang datang dan langsung berteriak histeris memanggil bu dokter
"Kenapa nak?!"
"Itu ada yang berantem!" Bu dokter menepuk pundaknya dan langsung memasukkan barang-barangnya ke tas
"Nak Lya, nak Nathan saya tinggal dulu ya. Kalian istirahat aja dulu disini." Bu dokter segera pergi dari sana
Nathan menengok ketika Lya menunduk memperhatikan kedua tangannya
"Lya?"
"Sebenarnya darimana akar permasalahan anak-anak ini?"
"...Dari keempat pilar kampus dan juga, Klan Belati." Lya mendongak
"Keempat pilar kampus?. Klan Belati?"
"Lho kamu gak tau?. Sekarang lagi booming banget beritanya." Lya menggeleng
Nathan menghela nafas kemudian mengeluarkan handphonenya
"Klan Belati itu sudah ada dari lima tahun yang lalu, tahun 2020. Mereka yang saat ini menguasai dunia bisnis pendidikan Indonesia. Lihat, ini ketuanya, pak Abraham Arkatama."
Lya tersentak, obrolan anak-anak perempuan di tangga hari itu terlintas di pikirannya
"Dia punya dua putra. Anak pertama Liam Arkatama, dia jadi mafia paling ditakutin di Rusia dan Spanyol. Saat ini dia sama sekali gak ada hubungan sama negara kita."
Nathan menggeser layar dan diam sejenak
"Dan dia anak kedua atau terakhir. Aslan Arkatama, tepat setelah kelulusan SMA nya atau dua tahun yang lalu, dia menghilang begitu aja. Banyak rumor yang bilang kalau dia dihabisi oleh ayahnya sendiri, itu sebenarnya bisa aja benar karena dia sekarang masuk ke kampus ini yang gak berhubungan dengan Abraham Arkatama."
Lya mengangguk paham kemudian memakai kacamatanya
"Terus masalahnya dimana?" Nathan menatap datar
"Kamu gak paham kan?." Lya hanya cengengesan
'Bukan gak paham, lebih kayak ... kenapa aku harus tau itu?!'
"Hahh kamu masuk kampus tanpa cari tahu dulu ya. Jadi disini itu kan lima jurusan. Elektro, mesin, desain, geomatika, sama konstruksi bangunan. Aslan harusnya yang jadi ketua jurusan Elektro."
"Lho dia satu jurusan sama kita?!" kaget Lya. Nathan mengangguk
"Tapi karena tahun kemarin dia gak ada makanya aku yang gantiin. Di jurusan mesin, ada Diego Anggara, dia pacarnya kak Liodra yang jadi wakil BEM. Kalau bisa jangan berurusan sama dia." Nathan memperlihatkan gambar Diego
"Kenapa?"
"Karena dia orangnya lebih gila dan sadis. Terus di jurusan geomatika ada Sebastian Halim, dia ini ketua BEM dan betul-betul pintar. Saat ini belum ada keterangan valid sebenarnya dia itu gimana."
Lya mengangguk, sejenak dia terpesona dengan ketampanan Sebastian
"Oke ini Benjamin Gallagher, dia sebenarnya bukan ketua jurusan karena gak mau repot. Tapi di jurusan desain dia yang paling jago, hati-hati juga sama dia. Di depan dia memang kelihatannya lemah, tapi sebenarnya lebih unggul diantara mereka berempat kalau Aslan gak ada."
Foto Benjamin terpampang, seorang laki-laki dengan rambut sedikit panjang yang tengah memegang bola dengan senyum lebar
"Dan terakhir Kevin Kingston, dia ini bule dan ketua jurusan kontruksi bangunan. Memang gak cocok sih, tapi dia ini dikenal sebagai serigala berbulu domba. Pokoknya jangan sampai hanyut sama sikap baiknya."
Nathan menengok pada Lya yang sama sekali tak bersuara
"Nama-nama mereka aneh ya?"
"Sumpah?!"
T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇
~••Sneak Peek••~
"Kau memang lemah. Tapi bagiku kau itu cuman batu kerikil yang belum diasah aja. Kalau memang melawan itu perbuatan yang salah, mungkin aku sudah di penjara seumur hidupku. Tapi kau kan, punya teman"
ENJOYYY(~ ̄³ ̄)~