*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*
Sejak kejadian diluar nalar kemarin, Ulza dkk akhirnya diberi hukuman skors. Sebenarnya mereka bisa saja di D.O tapi bu Sindy menolak
Saat rapat dosen di kampus, mereka membahas tentang gadis itu yang punya keluarga tentara atau setidaknya berpengaruh. Tapi bu Sindy mengatakan kalau sebenarnya ini keinginan Lya
Bagi Lya, anak-anak perempuan itu sama sekali bukan urusannya bahkan tak layak untuk menarik perhatiannya, makanya dia memberi mereka kesempatan. Setidaknya mereka tahu siapa yang dilawan kali ini
Dan saat ini Lya masih menginap di rumah sakit
'Orang-orang bodoh. Mana bisa memberi kesempatan kepada seorang preman!. Yang ada mereka malah berpikir bisa bebas dan semakin jadi!'
"Oy Argantara!"
Laki-laki berkacamata itu tersentak dan belum sempat mengelak, seorang laki-laki berambut sedikit panjang berlari lalu menendangnya dari belakang
Anak-anak di koridor sama sekali tak ada yang peduli karena tak cuman sekali dua kali keributan terjadi setiap harinya. Dan lagi tak ada yang berani menegur laki-laki itu biar dosen sekalipun
"B-Benjamin."
"Hee lama gak bertemu ya. Karena ada tuan muda Arkatama gue jadi sibuk dan gak sempat ngurus lo dengan baik nih. Sekarang jadi sombong lo ha?!"
"B-bukan begitu, aku cuma-." Terdengar gelak tawa Benjamin yang membuat orang-orang berpikir kalau dia itu sebenarnya gila
"Si brengsek ini harus dihajar dulu baru paham kan?"
BUAGH
"Hm?"
Benjamin menyadari Arga yang sempat-sempatnya melepas kacamata sebelum wajahnya dihajar
"Hee udah semakin bagus lu ya haha!. Menarik~, istirahat nanti ke atap. Kalau lo gak datang..." Benjamin mendekat dan berbisik. Arga langsung terbelalak
"Bukan cuman lo yang bakal habis di tangan gue, tapi juga nenek lo." Benjamin tersenyum lebar menyukai reaksi Arga dan berlalu pergi begitu saja sambil bersenandung
Tubuh Arga gemetar hebat, anak-anak yang ada disana sebenarnya merasa kasihan tapi mereka lebih memikirkan diri mereka sendiri
Sepanjang pelajaran matkul, Arga berharap waktu terhenti supaya bel istirahat tidak berbunyi. Tapi itu hanyalah halusinasinya belaka
Cklekk
"Hm?. Udah datang ya, Argantara."
Arga tertegun melihat empat anak laki-laki yang sudah terkapar tak sadarkan diri, dia langsung mengalihkan pandangannya ketika Benjamin yang sedang membersihkan darah di tangannya itu berjalan mendekat
"Wah sekarang lo gak berani liat gue ya. Yahh, walau udah dua tahun lalu dan gue bukan orang pendendam, gue bakal lupain sih." Benjamin berbalik hendak kembali menuju kursinya, tapi...
"Tetap aja gue kesal bangsat!"
BUAGH
"HOEK!" Arga terhempas sambil gemetar memegang perutnya yang sakit luar biasa
"Eh tonjokan di perut kan sakit banget. Sakit ya?. Itu yang akan terjadi, kalau lo berani ngelawan gue culun khikhi." Arga menatap Benjamin marah tapi ingatan dua tahun lalu langsung menyadarkannya
'Aku ... tak bisa mengalahkan orang ini. Kalau saja, ada seseorang yang sepemikiran denganku dan memberantas pada berandalan ini!'
"Haha liat wajahnya gak sih?" Benjamin asyik tertawa dengan bawahannya
Arga tiba-tiba tersentak
"Hey sudah dengar belum, mahasiswi baru jurusan Elektro berhasil kalahin Ulza Katarina si Medusa itu."
"Iya gue dengar. Itu pertarungan curang sih karena Ulza pake senjata sementara anak itu gak, tapi aneh lho dia bisa menang. Brr gue inget banget tubuhnya yang berdarah-darah waktu dibawa ke ambulans."
Arga meringis memegangi perutnya dan menatap tajam Benjamin yang merokok
'Iya, ada dia kan?!'
~•~
"Lilyana!"
Sang empunya nama tersentak dan langsung mengeluarkan kuda-kudanya membuat suster itu cengo
"Kamu ... kenapa?" Lya dengan cepat kembali berdiri dengan malu
"Saya gak bisa dikagetin mbak hehe. Kenapa manggil saya?"
"Oh tadi aku ke ruangan kamu, tapi ternyata kamu di taman rumah sakit. Jalan-jalan ya."
Lya mengangguk lalu duduk di kursi taman memperhatikan anak-anak kecil yang bermain bola
"Yahh wajar sih, semua yang ada disini juga pasti bosan di kamarnya seperti kamu. Bentar lagi jam makan kamu harus kembali ke kamar, atau ke kantin rumah sakit juga bisa sih walau bayar."
"Mbak gak usah repot-repot, saya ke kantin aja."
Suster itu mengangguk kemudian pergi dari sana. Lya memperhatikan kedua tangannya yang saat ini diperban, tak hanya itu di wajahnya juga ada banyak plester
"Lain kali ... kalau aku melawan anak itu- gak, kalau aku terlibat pertarungan lagi ... aku harus membuat strategi dan menang dengan telak. Jadi gak perlu sampai ada bekas seperti ini atau lepas kendali."
"Hm hm mau dilihat dari manapun kau punya masalah hidup ya." Lya histeris kaget sampai menarik perhatian orang-orang di rumah sakit
"Eh kau kan-."
Laki-laki itu tertawa dan memberikan es krim melon yang tentu saja Lya terima. Mereka berdua memakan es krim itu dalam hening
"Ngomong-ngomong kemarin aku tak sempat memperkenalkan diri, aku-."
"Lilyana Maharani mahasiswi baru jurusan Elektro kampus Rajawali!. Bang Nathan udah cerita semuanya kok!." Lya berkedip dan tersenyum kecil melihat laki-laki yang lebih muda setahun darinya itu begitu bersemangat
"Namamu Evander ya, ngapain disini?"
"Panggil aja Evan. Liat kakek disana?" Lya mengikuti arah telunjuk Evan pada seorang kakek yang duduk di kursi roda tengah bermain dengan anak-anak
"Kakekmu?"
"Iya, bukan sih. Gue yang ngerawat dia sekarang karena ... keluarganya udah gak mau nerima dia lagi." Lya tersentak
Evan menjelaskan beberapa bulan lalu dia menjenguk temannya di rumah sakit ini tapi malah tidak sengaja bertemu kakek malang yang tak mau diurus keluarganya
Walau suka berkelahi sehari-hari, gitu-gitu Evan tetaplah seorang laki-laki yang punya perasaan
"Hmm, keluargamu kaya ya." Evan tertawa menutupi rasa malunya. Lya tersenyum kecil
'Di dunia ini ... masih ada ya orang baik'
"Oh ya kakak sendiri kenapa bisa begitu?" Lya diam dan sudah menduga laki-laki itu akan berseru marah setelah mendengar ceritanya
"Cewek sialan!. Bisa-bisanya melakukan pertarungan curang!"
"Sudahlah, dia melakukannya karena terdesak." Evan diam lalu menghabiskan es krimnya
'Kakak ini memang mengerikan begini ya'
"Tetap saja bikin kesal!. Anak-anak itu kenapa dibiarin sih?!" Evan menginjak stik es krim dengan brutal, dia tiba-tiba tersentak dan menengok saat mendengar suara kekehan Lya
Gadis itu berdiri dan tiba-tiba mengusap rambut Evan mengejutkan laki-laki itu
"Kayak gini terus ya, jadi orang baik itu bukan hal buruk. Aku duluan ya, titip salam sama kakekmu." Lya pergi meninggalkan Evan yang masih membeku
Ketika sampai di depan lift, Lya menunduk dengan wajah dingin
'Biar aku ... yang menjadi orang jahat disini'
~•~
Seminggu lamanya Lya di rumah sakit, dia harus kembali ke kampus dan mengejar pelajaran. Walau sudah diberi keringanan oleh para dosen yang tak mau mengeluarkannya, tetap saja dia tak mau santai begitu saja
Tapi ada banyak kejadian yang tak ia ketahui
"Lya!. Akhirnya aku senang banget bisa liat kamu balik ke kampus!" Lya tersenyum pada Echa, dari sekian banyak teman perempuan dikelasnya hanya dia yang berani menjenguk ke rumah sakit
Mereka berdua berjalan menuju kelas sambil mengobrol. Tiba-tiba saja saat melewati salah satu kelas, mereka terkejut kala seorang laki-laki terlempar keluar kelas dengan babak belur
"Wah mahasiswa baru memang harusnya dihajar ya." Lya melirik dingin membuat anggota BEM itu tersentak kaget
'D-dia keluar hari ini?!'
"Ngapain lo?"
"A-akh gue gak takut sama lo ya!. Diatas lo itu masih ada Aslan sama keempat pilar jadi-."
Lya tiba-tiba berjalan mendekat menarik anak-anak di koridor. Echa menelan ludahnya yang tak suka dengan suasana saat ini
"Emangnya ... gue tanya itu?" Anak BEM itu bergetar takut dan langsung kabur begitu saja
Lya melirik anak malang tadi yang mengumpulkan buku-buku rusaknya dengan berurai air mata
"Kenapa harus aku?. Memangnya aku salah apa?!. Padahal aku sudah belajar mati-matian supaya dilihat terbaik. Dunia ini gak adil!"
Echa tersentak. Lya mengerutkan dahinya kesal
"Berhenti mengatakan dunia itu gak adil!. Yang aneh itu kau karena terus menangis tanpa melawan!. Merengek saja seharian sana, pecundang."
Semua yang ada di koridor termasuk para dosen yang berlalu lalang tertegun di tempat, anak itu juga sampai terbelalak
"Echa ayo pergi." Lya memegang kepalanya yang pening dan segera berlalu pergi disusul Echa
Disana rupanya Sindy dan Jordan menyaksikan dari kejauhan
"Kenapa harus aku?!. Apa salahku kepada mereka sampai melakukan ini?!. Selama ini aku dianggap apa?!. Kenapa.... DUNIA INI GAK ADIL!"
Echa menyadari wajah Lya yang menggelap terlebih gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan tangan yang terkepal kuat
T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇
~••Sneak Peek••~
"Kami orang yang dikirim kakakmu, Galileo Maharaja Arsaloka."
ENJOYYY(~ ̄³ ̄)~