Chereads / THE REBELLION COLLEGER / Chapter 5 - CHAPTER 04

Chapter 5 - CHAPTER 04

*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*

BRUKK

Austin di hempaskan begitu saja di tanah yang dingin oleh beberapa mahasiswa, dengan gemetar takut dia mendongak untuk melihat siapa laki-laki yang kini menatapnya dingin

"Austin Hermawan…. Bahkan bukan cecunguk brengsek, lo kalah dari cewek?"

"M-maaf, gue-." Aslan menarik kasar dagu Austin yang tak berani menatap dirinya

"Lo udah terima uang yang gue kasih tapi ngalahin cecunguk begitu aja lo gak bisa?"

"M-maaf bang."

Aslan menatap dingin kemudian menghempas dagu Austin begitu saja

"Lo kalah dari siapa?"

"A-ah dia anak kelas kami, g-gue sama sekali gak tau namanya."

BUAGH

Austin terbatuk darah saat Aslan menyerang dadanya

"Enyah sana." Austin dkk dengan segera keluar dari tempat itu. Para pengikut yang lainnya juga terlihat langsung keluar meninggalkan kelima laki-laki disana

"Hmm, menurut gue ya Lan. Keknya memang bocah tadi aja yang lemah, gak mungkin kan perempuan bisa dengan mudahnya pakai tinju?" tutur Benjamin yang dari tadi memperhatikan sambil bermain gitar

"Gue setuju. 21 tahun gue hidup, dan gue gak pernah liat ada cewek bar-bar. Cowok dan cewek itu udah terlahir dengan fisik yang berbeda," tambah Kevin

Aslan terdiam mendengar ucapan Kevin hingga mengingat memori lama

"Kau itu hanya perempuan!. Jangan berani-berani untuk melawan dan mati saja sana!"

"Aslan?" Sebastian menggoyangkan tangannya di depan Aslan yang membeku

"Gue mau sendiri." Mereka berempat saling tatap dan mau tak mau segera keluar dari ruangan bawah tanah kampus yang menjadi tempat markas mereka

Aslan berjalan ke sebuah dinding dan menyobek wallpaper yang disana. Terpampang lah dinding dengan banyaknya foto yang diberi paku serta coretan garis yang menghubungkan foto-foto itu, ada satu foto yang saat ini ia tatap dengan sangat tajam

Foto seorang pria yang menjadi pusatnya

"Aku kembali, ayah."

~•~

"Kalau dipikir-pikir, kamu bisa beladiri juga ya."

"Hehe aku punya hobi aneh."

Di jalan menuju rumahnya, Nathan mengingat percakapannya dengan Lya sebelum keluar kampus tadi. Gadis itu terlihat lugu dan tipe cewek yang gak suka keributan, walau begitu dia bisa dengan mudah menaklukkan lima laki-laki yang fisiknya lebih besar sekaligus

"Hmm, ternyata benar ya gak boleh ngusik anak pendiam. Aku juga harus jaga-jaga deh, siapa tau dia juga galak."

Tapi bisa mengobrol dengan Lya saja sudah membuatnya senang

Nathan menengok dan melihat beberapa pria berjas yang datang ke suatu rumah kecil

"Itu kan rumah bibi Marda, ada apa dengan orang-orang itu?"

"Sudah saya bilang kan, cepat tandatangani kalau gak mau anak kalian kami ambil!"

Nathan tersentak dan mengintip lewat pagar. Matanya terbelalak melihat pria dengan setelan berbeda menarik rambut seorang gadis yang merupakan anak dari yang punya rumah

"Kumohon!. Kumohon beri kami waktu!. Kami tidak punya cukup uang untuk mencari rumah baru!"

"HAH!. Apa urusannya itu denganku?!. Tanah ini kan milik kakekku!. Kalian harus mengembalikan yang bukan hak kalian dong!. Atau semua barang kalian akan kami sita, termasuk gadis ini akan kami bawa sebagai jaminan!"

"Tidak Jihan!"

"Ibu!"

Nathan yang bingung harus berbuat apa tiba-tiba terkejut saat seseorang melesat dan menendang dua pria besar berjas itu sekaligus

"A-apa-apaan?!"

"Lya?!"

"Panggil pak RT!." Nathan mengangguk, tanpa menunggu dia dengan cepat berlari dari sana

"Hey kejar anak lelaki itu!" seru si bos

Lya tersentak saat beberapa bodyguard berlari mengejar Nathan, tapi dirinya tak bisa pergi kemana-mana karena ditahan dua bodyguard

"Wah lihat gadis ini, kau mau melawan ha?!"

BUAGH

Lya terbelalak melihat kacamatanya yang hancur setelah kena pukulan

"Itu … MAHAL TAU!" Lya menghajar jakun bodyguard yang memegangnya dengan siku kemudian mengepalkan tangannya kuat

BUAGH

Bodyguard itu jatuh tak sadarkan diri. Si bos langsung bergetar dan menyuruh semua bodyguardnya untuk menyerang langsung

Lya melirik tajam, dia mengambil pasir dari pot tanaman yang sudah layu kemudian ia lempar hingga dua bodyguard itu berhenti

Tak sampai disana, Lya menggunakan satu bodyguard yang matanya terkena pasir tadi sebagai tumpuan kemudian melayangkan kepalan tangannya ke bodyguard di belakang

"Brengsek kau!"

BUAGH BUAGH BUAGH

Lya memberikan tiga tendangan sekaligus pada dada rahang dan wajah bodyguard itu hingga akhirnya ikut ambruk

Dua bodyguard yang tersisa menyerang dengan asal karena masih tak bisa membuka matanya

"Hee buka matamu dong, takut ku colok ya hehe~."

DUAKH KRAK

Si bos sampai terduduk gemetar melihat kedua bodyguard yang tersisa sudah ambruk karena kepala mereka yang dibentur satu sama lain

Lya berjalan ke pekarangan rumah dengan santai tapi membuat si bos semakin takut

"B-beraninya kau!. K-kau tak tau siapa aku ha?!"

"Gak tuh, sok penting. Oy, kalau kau memang merasa dirimu hebat maju dong bangsat, bukannya malah diam dan berteriak tidak jelas begitu." Lya menatap bingung si bos yang menyeringai

"Kau tak lihat tadi temanmu dikejar oleh bodyguard ku juga?!. Anak itu terlihat lemah, mungkin saja dia mati sebelum kau sampai!" Lya tersentak

Tapi bersamaan dengan itu pak RT datang bersama para warga komplek itu

"Oh jadi ini si biang onar ya." Si bos semakin bergetar takut mendapat tatapan tajam para warga disana

"Nak pergilah," kata suami bibi Marda yang paham dengan wajah khawatir Lya

"Kau pasti temannya Nathan ya?. Dia tadi ku lihat berlari menuju lapangan rumput!"

Lya mengangguk dan segera berlari pergi, untung saja kakinya panjang jadi dia dengan mudah berlari

"Lapangan rumput?. Yang ini kah?"

Gadis itu segera masuk ke lapangan tak peduli sepatunya basah. Tapi ketika sampai dia terbelalak melihat dua bodyguard yang sudah terkapar dengan keadaan berdarah-darah dan juga lumpur

"Lya!" seru Nathan

"Kau yang melakukannya?"

"Bukan." Nathan menunjuk seorang laki-laki yang tengah asyik mengupil

Lya dan laki-laki itu bertatapan

"Siapa kau?"

"Gue?!. Lo serius nanya?!. Gue ini Evander Raditya yang paling kuat di kompleks ini!. Dua orang gini mah kecil buat gue hehe hehe." Laki-laki itu mengembang kempiskan hidungnya sombong

"Temanmu ya?" kata Lya. Nathan hanya mengangkat pundaknya, tentu saja dia mengenal Evan bocah SMA paling ribut di kompleksnya

"Oh ya daripada itu bagaimana keadaannya bibi Marda?"

"Bibi Marda?. Jadi orang-orang ini menyerang bibi Marda?!. Kita harus kesana!" Lya menahan Evan

"Sudah ku bereskan, pak RT dan para warga juga sudah datang. Kita berjalan santai saja."

Evan diam-diam tak percaya dengan hal itu, tapi mereka bertiga kemudian kembali ke pekarangan rumah sambil berjalan

"Ngomong-ngomong kamu kenapa ada disini?"

"Ah itu!. Tempat les ku di komplek sebelah, harusnya aku lewat bawah jembatan tapi karena sedang ada perbaikan aku lewat sini." Nathan mengangguk paham sementara Evan terus menggali harta karun di hidungnya

Mereka bertiga akhirnya sampai di rumah bibi Marda dimana rupanya polisi sudah datang dan menangkap orang-orang itu. Evan terkejut bukan main saat melihat kelima bodyguard disana yang babak belur, dan si bos juga terlihat dalam kondisi yang sama karena dihajar massal oleh warga

Nathan meringis melihat itu tapi dalam hati dia senang

"Kenapa sampai ada pak polisi?" kata Lya. Pak RT menengok

"Dia itu rupanya penipu yang dicari-cari. Sertifikat tanah yang dia bawa palsu dan ini bukan yang pertama kalinya, untung saja ada kalian yang membantu."

Bibi Marda bersama keluarganya langsung mendekat. Lya menahan sakit di tubuhnya saat dipeluk bibi Marda

"Makasih banyak nak, tanpa kalian kami tidak tahu harus bagaimana lagi."

"Eh?. Kalau saya sih cuman ngambil sisanya, kakak ini yang sepertinya paling banyak menghajar mereka," ucap Evan

"Yang penting sekarang sudah aman," sahut Nathan dan menyadari wajah dingin Lya

"Aku … perlu bicara dengannya."

Pak polisi itu mengangguk kemudian membiarkan Lya mendekati si bos yang terikat dengan ketakutan

"Mau ngapain dia?" bisik Evan dan dijawab dengan gelengan Nathan

"Hoi." Si bos tersentak kaget saat gadis itu berjongkok di depannya dan mengetuk-ngetuk batang kacamata yang sudah hancur di kepalanya

"Kau tau seberapa mahal ini?"

"M-maafkan aku!. Aku akan menggantinya sungguh!"

"Sekali kau menjadi penipu, maka cap itu akan mengikutimu selamanya kau tau?" Semua orang setuju dengan ucapan Lya barusan

"M-maaf!. Katakan aku harus melakukan apa!" Lya diam dan menatap bibi Marda dengan senyum

"Mau diapain bi?. Di kukus atau di goreng sampai garing nih?" Semuanya tertawa mendengar itu

"Gak usah. Biar urusannya sama polisi saja nak."

"Ahh bibi memang malaikat ya. Kalau aku sih, mana bisa tahan."

PLAKK PLAKK

Lya menampar pria itu dengan wajah datar dan menarik rambutnya keras hingga ia menjerit kesakitan

"Sakit?. Bukannya ini yang kau lakukan pada anak bibi itu sebelumnya?. Hey, kalau kau mengacau lagi akan ku pastikan kau habis hari itu juga. Kau beruntung karena aku ada les hari ini, bajingan." Lya menghempas kasar kepala pria itu yang kemudian dibawa oleh para polisi bersama bodyguardnya

"Kau gapapa?" tanya Nathan

"Yahh, ini cuman kacamata baca kok. Aku bisa minta kakakku belikan lagi hehe."

Hari itu akhirnya berakhir dengan damai. Bibi Marda mengajak mereka bertiga untuk makan di rumahnya sebagai tanda terimakasih, tapi Lya sudah lebih dulu pergi karena terlambat masuk les

"Les?. Itu memang cocok dengan penampilannya, tapi tetap saja hari ini dia juga membantu bibi. Tolong sampaikan terimakasih bibi besok ya, Nathan."

"Siap!"

T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇

~••Sneak Peek••~

"Lo harus hati-hati."

"Eh kenapa?"

"Lo itu udah masuk blacklist nya kak Aslan tau!"

ENJOYYY(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~