*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*
Drapp Drapp BRAKK
"IBU!"
Para dosen yang sedang menikmati jam istirahat menengok dengan terkejut
"Kenapa nak?!"
"A-ada yang berkelahi!" Para dosen saling tatap dan menghela nafas lelah. Mereka kemudian cuek karena tahu anak-anak itu tak akan mau mendengarkan
Echa terdiam melihat reaksi para dosen yang acuh
"Echa?. Kamu kenapa disini?" Sindy baru saja tiba bersama dengan seorang pria yang merupakan dosen praktik muda, Jordan
"Bu Sindy!. Lya di kelas!"
Tanpa ba-bi-bu Sindy segera berlari menuju kelasnya. Dosen di ruangan hanya menggeleng merasa Sindy baru pertama kali mengalaminya
"Ada apa ini?!"
"Ibu!. Pintunya dikunci dari dalam!" seru seorang perempuan
"Minggir." Semua yang berada di depan pintu langsung menyingkir
BRAKK BRAKK
Dalam bantingan ketiga, Jordan berhasil membuat pintu itu berhasil terbuka dengan mengenaskan. Semua yang ada disana termasuk kedua dosen dan juga Austin dkk dibuat membeku di tempat
Disana ada Lya yang ngos-ngosan dengan darah di sekujur tubuhnya dan jaket yang terlilit di tangan kanannya. Seorang perempuan yang kepalanya masuk ke loker, dua perempuan lainnya di lantai dengan yang satu tangannya diikat dengan rambutnya sendiri dan satu lagi tertindih beberapa meja
Tapi yang paling mengejutkan ialah Ulza. Dia yang pertama datang melawan tapi berakhir mengenaskan. Melihat keadaan dan lokasinya, orang-orang langsung tahu kalau gadis itu dililit oleh gorden hingga kehabisan nafas dan dihajar habis-habisan
Ash juga ada di dalam dan pelaku yang mengunci pintu tadi, tapi melihat kesadisan Lya membuatnya sedikit takut. Untuk itu dia segera kabur dari sana setelah Justin mendobrak masuk
"Bu..."
Lya melepas kasar jaketnya dan berjalan menuju pintu dengan gontai hingga kakinya tak sanggup lagi menahan. Sindy tersentak dan langsung berlari untuk menangkap tubuh Lya
"Cepat panggil ambulans!. Dia kehilangan banyak darah!"
Semua yang ada di kampus dengan heboh keluar dari kelas masing-masing ketika terdengar suara ambulans yang datang
Dari arah atap, Aslan menatap datar Lya yang sudah tak sadarkan diri dibawa oleh para perawat itu
"Wahh iya sih dia ngalahin Ulza, tapi sampai berdarah-darah begitu ngeri juga. Ada videonya gak Ben?" ucap Diego. Benjamin menggeleng
"Yang gue dengar sih, waktu kejadian pintunya ditutup jadi gak ada yang tau apalagi ngerekam," jawab Benjamin membuat Diego kecewa
"Rencana lo apa Lan?" kata Sebastian. Aslan diam
"Dia akan di rumah sakit kan selama beberapa hari?. Disaat itulah kalian berempat ambil alih." Mereka berempat saling tatap dan mengangguk
"Dia mungkin kuat tapi gak lebih kuat dari keempat pilar."
~•~
Sampai di rumah sakit, para perawat segera membawa Lya ke UGD melihat situasinya yang gak memungkinkan. Echa sebagai ketua kelas tentunya ikut dan menjelaskan semuanya kepada Sindy dan juga Justin
"Dia menyerang Lya memakai gunting?!" kaget Sindy dan dijawab anggukan Echa
"Ulza Katarina ya." Sindy menengok
"Murid mu mas?" Jordan mengangguk
"Dia jadi ketua geng bully perempuan, memang dia sering pegang barang-barang tajam biar sudah dikasih tahu tetap ngeyel. Tapi dia bawa benda tajam kalau gak buat gunting rambut korbannya, pasti untuk menggertak saja. Kalau dia sampai pake gunting beneran ... berarti dia memang terdesak."
Sindy dan Echa membeku di tempat, bulu kuduk mereka langsung berdiri. Seorang suster keluar dari ruang UGD dan menghampiri mereka bertiga
"Apa anda wali pasien?"
"Ah saya gurunya. Bagaimana keadaan Lya?"
"Pasien berhasil kami tangani. Tapi kami perlu bicara dengan keluarga pasien." Mereka bertiga saling tatap
"Lho ibu belum telpon keluarga Lya?" kata Echa
"Lya itu anak rantauan dari Kalimantan. Maaf sus, saya bisa telpon keluarganya tapi mereka akan datang terlambat. Anda bisa mengatakannya pada saya."
Suster itu mengangguk paham kemudian menyuruh mereka bertiga untuk menunggu dokter selesai
~•~
"Kau itu fokus belajar saja sana supaya sukses seperti kakak-kakak bodohmu itu!"
"Anak ini bisa-bisanya memukul pamannya sendiri!"
DOR
"Bangsat, KU BUNUH KALIAN SEMUA!"
Mata cantik itu terbuka secara perlahan dan berkedip beberapa kali untuk membiasakan terkena cahaya. Gadis itu meringis saat rasa sakit di sekujur tubuhnya kembali
"Dimana ini?"
"Rumah sakit. Ah kamu jangan bangun dulu!" Echa mencoba menghentikan Lya tapi gadis itu keras kepala
"Rumah sakit?"
Ingatan ketika dirinya hilang kendali melawan Ulza dkk seketika terlintas di benaknya. Lya menahan tangan kanannya yang gemetar hebat, sensani ketika dirinya menghajar gadis-gadis itu dengan tangan kanannya yang terlilit jaket hingga berlumuran darah terasa kembali, entah dia gemetar karena takut atau karena adanya alasan lain
"Echa, berapa lama aku pingsan?"
"Gak lama kok. Kita masuk sore tadi dan sekarang jam delapan malam," jawab Echa seraya memberikan air minum
"Mana bu Sindy?"
"Oh beli nasgor sama pak Jordan, kenapa?" Echa memiringkan kepalanya bingung saat Lya hanya diam
Sementara itu di tempat jualan nasi goreng, ada Sindy yang menunggu diluar dan Jordan yang memesan makanan. Tak lama kemudian laki-laki itu kembali keluar
"Aku rasa Lya sudah bangun dan makanan rumah sakit gak enak, jadi ku belikan sekalian." Sindy mengangguk dan diam
"Sindy kau masih memikirkannya?. Dokter bilang Lya sudah gapapa kan?"
"Bukan itu. Tadi sebelum ambulans datang..."
"Bu..."
BRUKK
"Tolong ... jangan hubungi keluarga saya." Sindy terdiam hingga Lya kehilangan kesadarannya
"Cepat panggilkan ambulans!. Dia kehilangan banyak darah!"
"Dia gak bolehin kamu kasih tau keluarganya?. Kenapa?"
"Gak tau, tapi pasti ada alasan. Walau baru beberapa bulan ngajar di kelasnya, tapi memang Lya gak pernah mau kalau berurusan sama keluarganya. Ingat sehabis ospek seluruh mahasiswa baru wajib membawa orangtuanya?. Hari itu aku yang jadi wali karena orangtuanya gak ada, ku pikir karena dia dari Kalimantan. Tapi..." Sindy berhenti bicara dengan menggigit bibirnya
"Dia bahkan sempat-sempatnya meminta begitu padahal sedang kritis. Kalaupun alasan kali ini supaya orangtuanya gak tau kesehariannya-."
Sindy dan Jordan tersentak saat kang masak memanggil karena pesanan mereka sudah selesai
"Untuk sekarang yang penting Lya baik'saja, yang bisa dikhawatirkan nanti ya nanti saja."
T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇
~••Sneak Peek••~
"Berhenti mengatakan dunia itu gak adil!. Yang aneh itu kau karena terus menangis tanpa melawan!. Merengek saja seharian sana, pecundang."
ENJOYYY(~ ̄³ ̄)~