*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*
Siapa yang tidak terkejut karena harus keluar dari zona nyaman dan beradaptasi di lingkungan baru?
Itu yang terjadi pada Lya. Kekhawatirannya akan dunia luar semakin menjadi-jadi ketika dirinya diterima kampus itu, bukan karena tak bisa menjaga dirinya tapi karena takut tak bisa jauh dari keluarganya yang berbeda pulau
Tapi bisa mendapat beasiswa keluar kota itu adalah perjuangan yang patut ia dapatkan, untuk itu Lya bertekad. Walau harus masuk ke kampus rimba itu, dia tetap harus belajar
Seperti saat ini. Kalau tidak kantin, maka waktu istirahat Lya gunakan untuk pergi ke perusahaan kampus yang sangat besar tapi tempat yang paling jarang dikunjungi. Kecuali anak semester akhir sih
"Suasananya ... bagus kalau sepi gini kan hehe."
"Eh awas!" Lya tersentak, kakinya secara refleks berlari ke tempat dimana salah satu rak buku bergoyang dan terlihat seperti akan jatuh
Seorang laki-laki yang menjadi pelaku, tidak sempat untuk menghindar dan hanya mampu menutupi kepalanya. Tapi beberapa menit kemudian, dia tak merasakan apapun
"Eh bagaimana kau-." Laki-laki itu menelan ludahnya saat Lya menahan rak buku dengan satu tangan lalu mengembalikannya ke posisi semula
"Hei kau gapapa?!" Lya segera menarik laki-laki itu berdiri dengan panik
Ada beberapa mahasiswa yang khawatir berlari mendekat bersama ibu pengawas perpustakaan
"Hey nak ada apa disini?!"
"Ah itu-." Lya bingung mau menjawab apa
"Ini salah saya bu. Hari ini jadwal saya nyusun buku, tapi karena lagi gak fokus saya gak sengaja nyenggol rak. Untungnya ada dia tadi, maaf banget bu."
"Lho Nathan?!. Astaga kamu gapapa nak?" Ibu pengawas yang tadinya garang langsung menghangat di hadapan laki-laki itu
Lya menatap keduanya aneh dan dengan perlahan segera pergi dari sana
"Kamu kalau sakit istirahat aja dulu ya jangan dipaksa."
"Iya bu hehe." Nathan memastikan ibu pengawas menghilang dari penglihatannya kemudian mengikuti arah kemana Lya pergi tadi
"Ah dek!"
Lya kaget sampai menutup bukunya dengan keras
'Ahh aku paling benci dikagetin'
"Iya bang?" Lya mencoba tersenyum
"Anu soal tadi, makasih udah bantu. Kalau gak ada kamu mungkin aku bakal masuk rumah sakit hehe."
Lya mengangguk dan menyipitkan matanya, dia mencoba mencari tahu siapa laki-laki di hadapannya ini. Nathan yang menyadari Lya melamun mencoba untuk bicara tapi terkejut saat gadis itu menjentikkan jarinya
"Nathan Andromeda bukan?"
"Iya nih hehe, kamu siapa?"
Nathan itu ketua jurusan yang cuman muncul sekali di ingatan Lya, yaitu saat Ospek. Mereka sering bertemu karena satu jurusan sebenarnya, tapi sikap Lya terlalu cuek sementara Nathan harus berurusan dengan adik-adik tingkat yang gila padanya
"Aku ... Lya."
"Mahasiswa baru ya?" Lya mengangguk
Tak ia sangka, Nathan benar-benar terlihat seperti penampilannya yang pintar belajar. Setelah mendengar niat Lya, dia dengan cepat memberitahu mana saja buku bagus untuk dia baca
"Oh?" Lya menatap handphonenya yang menyala
"Kenapa dek?"
"Ah ini bang, aku ada kelas hehe. Makasih udah nemenin belajar, aku duluan ya." Nathan mengusap tengkuknya, padahal niat awalnya tadi mau mengajak Lya ke kantin tapi kalau urusan belajar dia sendiri juga laju
"Hmm, anak yang mau belajar disini, boleh juga. Dia termasuk ... anak-anak spesial Universitas Rajawali ya."
~•~
"Eh katanya kemarin Austin dipanggil kak Aslan tau."
"Iyakah?. Gue sih gak kaget ya, kan sama-sama berandal."
"Tapi kak Aslan itu kayaknya lebih pintar, dan lagi ada kak Sebastian si ketua BEM."
Lya menatap malas anak-anak perempuan di kursi depannya yang memilih bergosip daripada pulang
"Lilyana!" Sang empunya nama menengok dan tidak jadi keluar kelas
"Kamu piket hari ini lho~."
"Eh udah di bikin kah?. Maaf ya, ini aku ambil sapu." Ketua kebersihan mengacungkan jempolnya kemudian mengabsen nama-nama yang absen hari ini
Terdengar helaan nafas lelah dari Lya setelah mengetahui dia harus piket sendiri. Karena yang satu piket dengannya kebanyakan laki-laki dan mereka sudah kabur sebelum ditegur
"Maaf ya Lya kamu jadi piket sendiri," kata Echa si ketua kebersihan
"Gapapa kok, kamu juga bantuin tadi. Ini tinggal buang sampah, kamu kalo mau pulang aja."
"Betulan nih?. Sebenarnya nenek aku mau datang dari Depok, tapi aku gak tega liat kamu piket sendirian."
"Haha gapapa elah, pulang aja duluan nanti aku yang kunci pintu. Makasih udah bantu ya hehe."
Echa mengangguk kemudian mengambil barang-barangnya dan pergi. Lya mengusap peluh keringat di wajahnya dan menyusun sapu-sapu disana
"Siapa aja sih yang piket hari ini?. Kalau dah di Kalimantan mampus sudah." Lya membaca nama-nama yang ada di daftar piket, ada satu nama yang cukup ia kenal
"Austin, anak itu ya. Hmm waktunya buang sampah habis itu pulang~."
Lya mengangkut satu plastik hitam besar dan dia bawa ke lantai bawah dengan perlahan agar sampahnya tidak berhamburan
"Apa langsung ku buang di pembakaran sampah aja ya?. Lagi kosong juga paling." Gadis berkacamata itu pergi sambil bersenandung riang menuju pembakaran sampah yang berada di belakang kampus
Tapi ketika sampai kakinya langsung berhenti melihat gengnya Austin dan juga seorang laki-laki yang ia kenal
"Oke kalau kau mau segitunya berkelahi denganku, akan ku ladeni. Jangan menyesal."
"Bang Nathan?"
Tak lama kemudian terdengar gelak tawa dari para berandalan itu, kecuali Austin. Tujuannya menarik ketua jurusan disana tentunya karena misi yang disuruh oleh Aslan, tapi dia sendiri masih belum tahu seberapa kuat Nathan
"Wah si bangsat ini benar-benar. Lo paham gak sih kalau lo itu bakal kalah sama kita yang lebih banyak jumlahnya?"
"Iya, tapi yang lebih gue paham gue gak bakal kalah sama pengecut kayak kalian yang beraninya main keroyokan." Nathan menatap mereka semua tajam
"Hey mudur kalian. Biar gue yang habisin si banyak mulut ini." Mata Lya menyipit tidak suka saat Austin maju dengan berani padahal Nathan lebih senior
"Lo mau lawan 1 vs 1 kan?. Oke coba serang gue, sini nih." Austin menunjuk pipinya dengan sombong
BUAGH
"Austin!"
Austin dengan pipi kirinya yang lebam tertawa nyaring membuat antek-anteknya merinding di tempat
"Bangsat. Cuman ini kemampuan lo?"
'Sudah kuduga gak akan mempan' batin Nathan yang mulai khawatir
BUAGH
Austin menghajar perut Nathan dan juga melayangkan lututnya ke wajah, terakhir dia menyerang bagian rahang hingga Nathan akhirnya terjatuh dengan keadaan babak belur
"Hahaha mana sosok pemberani tadi ha?"
Austin menggoyangkan kepala Nathan
"Lo tau kan bakal habis di tangan gue hari ini?. Jadi gini aja, gue bakal stop kalau lo turun dari posisi ketua jurusan, gimana?" Nathan terbelalak
"G-gak akan." Wajah Austin menggelap, dia mengangkat satu tangannya dan menampar Nathan dengan brutal
"Lo bakal mati hari ini."
Nathan menutup matanya ketika Austin merubah tangannya menjadi kepalan tinju. Tapi seseorang berlari mendekat dan menahan tangan Austin mengejutkan semuanya
"Sudah cukup, lo mau mati?"
T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇
~••Sneak Peek••~
"Sebenarnya darimana akar permasalahan anak-anak ini?"
"...Dari keempat pilar kampus dan juga, Klan Belati"
ENJOYYY(~ ̄³ ̄)~