Chereads / THE REBELLION COLLEGER / Chapter 2 - CHAPTER 01

Chapter 2 - CHAPTER 01

*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*

Di kehidupan sekolah yang menggunakan hukum rimba ini, hanya yang terkuat yang bertahan sementara yang lemah harus berjuang keras untuk tidak tenggelam dalam kekuasaan para penguasa sekolah

Belum sebulan sejak penerimaan mahasiswa baru dimulai, penetapan posisi sudah di tentukan. Anak-anak yang menganggap tinju adalah segalanya mengungguli kampus dan mengamuk setiap hari

Sementara anak-anak yang menganggap belajar adalah segalanya hanya mampu diam dan menerima pukulan yang ia dapatkan

Bagi seorang Lilyana Maharani, mau berada di posisi neraka sekalipun yang dipikirannya hanya belajar dan belajar

BRAKK

"Huaa si brengsek itu kelahi tiga kali dalam sehari ya!"

Para lelaki itu berkelahi di kelas tanpa melihat situasi sampai mendorong seorang perempuan berkacamata yang dari tadi diam di mejanya

'Aduh ... menghindar dulu deh' batin Lya seraya meraih kacamatanya yang terlempar tadi

Untungnya saat itu tidak ada jadwal matkul jadi dia bisa keluar dulu dari kelas yang sedang ribut seperti di dalam hutan. Sejenak Lya menganalisa lingkungan kampusnya

Entah apa yang terjadi, dunia pendidikan sekarang benar-benar membuatnya tidak tenang. Perkelahian antar jurusan atau antar mahasiswa dibiarkan begitu saja, bahkan perempuannya yang menggunakan pakaian-pakaian ketat dan terbuka pun tak digubris oleh para dosen

'Mau kiamat kali yak?'

"Eh sudah dengar kabarnya belum?" Lya melirik beberapa anak perempuan yang duduk di tangga sambil menggunakan makeup

"Kenapa?. Ada gosip baru kah?"

"Kalian tau gak putra bungsunya pak Abraham Arkatama?. Katanya dia udah balik terus masuk kampus kita!"

"Ha?!. Yang benar?!. Tapi bukannya katanya dia-."

"Lilyana!" Sang empunya nama tersentak dan langsung mendekati seorang wanita berambut pendek yang melambai padanya

"Bu Sindy, kenapa?"

"Bisa tolong kamu bawakan barang-barang ibu ke ruang dosen?. Taruh aja di mejanya, ibu mau ngambil gofoodan."

"Oh iya boleh bu."

"Makasih banyak ya!"

Lya hanya memperhatikan wali dosennya itu yang berjalan pergi dengan elegan

Sindy Agustina, salah satu dosen muda yang sangat cantik dan baik. Tapi itu hanya berlaku di jam istirahat atau sebelum pelajaran dimulai, ketika sudah masuk jam matkul dosen itu akan berubah menjadi galak dan judes. Kali ini dia menjadi wali dosen di kelas Lya

"Ah iya ruang dosen dimana ya?. Aku kan baru disini."

Lya mengangkat pundaknya dan terus berjalan berharap menemukan ruangan dosen, memang salahnya yang malas berkeliling di kampus super besar ini

"Gak ada bjir."

"Hey kamu lagi cari toilet ya?" Lya terkejut

"Ah gak kak, anu ruang dosen dimana ya?"

"Oh kalau ruang dosen sama rektor itu di lantai tiga, kamu bisa naik lift. Oh ya aku pergi dulu."

"Iya makasih kak."

Satu hal yang menjadi alasan kampus ini masih bertahan, ialah fasilitasnya yang sama dengan kampus-kampus elit lainnya. Walau berisi anak-anak nakal, kenyamanan belajar tentu saja tetap terjaga

"Disini ya." Lya masuk dan langsung ditatap oleh para dosen disana

"A-anu mejanya bu Sindy dimana ya?"

"Noh." Salah satu dosen yang sedang mengaduk kopinya menunjuk meja di belakang dengan jempol

"M-makasih pak." Merasakan aura tajam, Lya dengan cepat berjalan menuju meja bu Sindy dan menaruh barang yang ada di tangannya

Saat hendak pergi, sesuatu terjatuh dari meja di sebrang meja bu Sindy. Lya dengan cepat mengambilnya tanpa menarik perhatian para dosen yang sedang makan siang

"Aslan Arkatama?"

"Kalian tau gak putra bungsunya pak Abraham Arkatama?"

'Nama belakangnya sama, apa berhubungan?'

"Hey kau yang disana!" Lya terkejut dan refleks menaruh amplop berwarna coklat itu dengan keras

"I-iya bu?"

"Kamu kenapa?. Sini ikut makan sama kita." Lya berkedip bingung

"Ah tapi-."

"Bisa makan cabe gak?" Lya menggeleng kikuk, bu dosen tadi mengambil satu porsi nasi uduk untuknya

"Nah makan. Kamu pasti muridnya bu Sindy kan?"

"Eh iya, makasih bu."

Lya mencoba makan dengan sangat cepat karena tak suka ditatap tajam para dosen disana

"Anu bu, saya mau balik ke kelas. Makasih nasi uduknya, permisi." Gadis itu membungkuk beberapa kali dan langsung melarikan diri dari ruang dosen

Tak lama kemudian ruang dosen itu penuh dengan gelak tawa. Mereka merasa lucu dengan sikap Lya yang takut-takut. Bu Sindy yang baru saja datang kebingungan melihat situasi yang berbeda

"Ada apa ini bapak ibu?"

"Baru kali ini ya ada anak yang sawan sama dosennya."

*takut

"Memang bu Sindy itu pintar memilih muridnya ya." Sindy menatap mejanya yang sudah penuh dengan barang-barang, senyum kecil terbit di wajahnya

"Oh iya ini es cendolnya udah saya ambil!"

"Dosen disini killer semua yak. Gak lagi-lagi deh kesana," gumam Lya yang masih merinding di perjalanannya menuju kelas

~•~

"Oy, gue kan udah nyuruh lo taruh bekal di meja gue. Mana ha?!"

"A-anu, aku bangun terlambat tadi jadi-." Laki-laki malang itu terhempas mundur dengan hidungnya yang berdarah

"Austin, ada yang manggil nih!"

"Pokoknya isi laci gue sampe gue kembali!. Awas lo!" Laki-laki itu pergi bersama gengnya

Bersamaan dengan itu, Lya baru saja masuk lewat pintu depan. Dia menatap datar seorang laki-laki di pojok yang terduduk dengan hidung berdarah

"Hei." Laki-laki malang itu mendongak kaget

"Nah buatmu, mana bisa fokus belajar kalau berdarah begitu. Atau istirahat di UKK aja sana," ucap Lya kemudian kembali lagi ke kursinya setelah memberikan sapu tangannya

Semua yang di kelas itu menatap aneh Lya, sementara dia memilih mendengarkan lagu dan menenggelamkan kepalanya untuk tidur sambil menunggu jam matkul berikutnya

Disisi lain, tepatnya di atap kampus. Austin dan gengnya datang karena panggilan, baru saja sampai diatas mereka langsung merasakan tekanan luar biasa

Belum lagi empat mahasiswa yang terduduk dengan wajah babak belur dan terlihat tidak bangkit lagi

"Hmm, jadi dia Austin?"

"Iya. Mahasiswa baru yang berhasil kuasain kelasnya dalam seminggu."

"Hee menarik. Coba sini Austin."

Austin mendekat dan...

BUAGH

"Ukh!" Anak-anak geng Austin memilih untuk diam di belakang, sementara Austin langsung tersungkur dan sudah pasti perutnya lebam saat ini

"Hmm, biar ku beritahu. Anak-anak di kelasmu itu bukan apa-apa dibandingkan tinju barusan. Jadi gini aja, kau butuh uang kan?"

Austin dengan tergagap menerima handphone itu dan terbelalak melihat nominal uang yang ada disana

"A-apa ini?. Lo mau nyuap gue ha?!"

"Bukan geblek." Satu anak laki-laki lainnya membuang rokok dengan kesal

"Akun itu sekarang milikmu, lihat kan?. Aku bisa dengan mudah memberikanmu uang, tapi ada satu syarat."

"A-apa?"

"Kuasain jurusan lo dan uang itu akan bertambah."

Austin diam mulai tergiur

"C-cuman itu?"

"Iya cuman itu." Austin segera dibawa pergi teman-temannya dengan tertatih

"Lo serius cuman ngasih quest gitu aja?" ucap anak yang tadi membuang rokoknya

"Hmm, bukannya lo pintar main game bang Diego?. Kalau baru mulai, pasti yang mudah-mudah dulu kan?. Gak susah sebenarnya nguasai cecunguk-cecunguk bodoh di kampus ini, cuman butuh waktu. Karena pasti ada di antara mereka yang memberontak pada kita. Makanya, kalian percaya sama gue kan?"

Keempat anak laki-laki yang lainnya saling tatap kemudian mengangguk hampir bersamaan

"Kita percaya lo, Aslan."

T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇

~••Sneak Peek••~

"Oke kalau kau mau segitunya berkelahi denganku, akan ku ladeni. Jangan menyesal"

ENJOYYY (⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~