Chereads / JEJAK AROMA DI HATI CEO / Chapter 2 - Aroma yang Terpahat dalam Ingatan

Chapter 2 - Aroma yang Terpahat dalam Ingatan

Bab 2:

Keesokan harinya, Alya terbangun dengan perasaan aneh yang bercampur aduk. Malam itu seolah hanya sekadar mimpi. Ia mencoba mengingat percakapan samar-samar di kafe dan senyum hangat yang tak biasa ia dapatkan dari orang asing. Namun, ia buru-buru menepis pikiran itu—hari ini ia memiliki wawancara penting di perusahaan impiannya.

Setelah bersiap, Alya berdiri di depan cermin, mengatur penampilannya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir sisa-sisa rasa gugup yang tersisa dari malam itu. Dengan hati yang mantap, ia melangkahkan kaki keluar, berharap ini akan menjadi awal dari perubahan dalam hidupnya.

Di sisi lain, Arka duduk di kantornya, masih terbayang akan aroma samar yang menempel di ingatannya. Meski wajah dan kejadian malam itu kabur, aroma itu terasa begitu nyata, seolah mengikat pikirannya untuk terus memikirkannya. Hari itu, ia berulang kali mengingat, namun selalu berakhir dengan rasa frustasi karena ingatannya tetap tak jelas.

Saat Arka tengah melamun di depan komputer, pintu kantornya diketuk oleh asistennya, Dinda.

"Pak Arka, wawancara kandidat untuk posisi asisten manajer akan dimulai sekarang. Anda ingin menemui mereka?"

Arka menoleh cepat, teringat bahwa ia sudah dijadwalkan untuk mengawasi wawancara itu. "Baiklah, saya akan datang sebentar lagi," jawabnya singkat.

Di ruangan wawancara, Alya duduk dengan jantung berdegup kencang, mencoba menenangkan dirinya. Ketika pintu terbuka dan seorang pria masuk, Alya nyaris tak percaya pada pandangannya. Itu dia—pria yang ditemuinya di kafe malam itu. Arka Wijaya.

Arka juga terdiam, mengamati wajah Alya dengan seksama. Perlahan, aroma yang tercium samar-samar memenuhi ruangannya kembali. Itu aroma yang sama dengan yang terpatri di ingatannya sejak semalam. Tanpa bisa mengalihkan pandangannya, ia mendapati dirinya menatap wanita di depannya lebih lama dari seharusnya.

"Selamat pagi, Pak," sapa Alya, mencoba tetap profesional meski hatinya berdebar tak menentu.

Arka mengangguk perlahan, seolah masih mencerna pertemuan ini. "Selamat pagi. Kita mulai saja," balasnya dengan nada datar yang biasa, namun dalam hatinya penuh gejolak. Sepanjang wawancara, ia merasa terganggu, tak mampu menghilangkan perasaan bahwa ia pernah berbagi momen yang berbeda dengan wanita ini.

Alya menjawab setiap pertanyaan dengan tenang, meski ia merasa tak nyaman karena Arka terus menatapnya seolah berusaha mencari sesuatu. Setelah beberapa saat, wawancara pun selesai. Alya berdiri, menundukkan kepalanya dengan sopan, dan melangkah keluar ruangan.

Ketika pintu tertutup, Arka menghela napas panjang. Dia tahu, wanita itu bukan hanya kandidat biasa. Aroma itu… dialah wanita yang ditemuinya di kafe. Sekarang, ia tidak akan membiarkan dirinya melupakan aroma itu lagi.

Di luar ruangan, Alya menghela napas lega setelah keluar dari wawancara. Meski dirinya sempat kaget bertemu pria dari kafe itu, ia mencoba meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Namun, di dalam hatinya, ia tak bisa menepis rasa penasaran mengapa pertemuan mereka terjadi lagi di tempat yang tak terduga ini.

---