Chereads / JEJAK AROMA DI HATI CEO / Chapter 5 - Langkah Pertama di Kehidupan Baru

Chapter 5 - Langkah Pertama di Kehidupan Baru

Bab 5:

Malam pertama di rumah Arka terasa canggung bagi Alya. Rumah itu luas dan mewah, penuh dengan dekorasi elegan yang menonjolkan status Arka sebagai pria kaya dan berkuasa. Meski dirinya sudah berusaha tenang, setiap sudut rumah ini seakan mengingatkannya bahwa ia kini adalah "istri" dari seorang CEO ternama.

Arka berdiri di hadapannya di ruang tamu, masih dengan wajah serius yang tak banyak bicara. "Ini kamarmu, Alya," ucapnya sambil menunjuk sebuah pintu di lantai atas. "Aku akan berada di kamar sebelah, jadi jika ada sesuatu yang kamu perlukan, jangan ragu untuk mengetuk pintuku."

Alya mengangguk pelan, mencoba tetap tenang meski ada gejolak tak menentu di dadanya. Meski hubungan mereka hanyalah kontrak, ia tak bisa mengabaikan perasaan aneh yang muncul tiap kali berdekatan dengan Arka. Ada daya tarik tersendiri dalam dirinya yang membuat Alya selalu merasa tertarik, meskipun ia tak ingin terlalu berharap lebih.

"Terima kasih, Pak Arka… eh, maksud saya, Arka," gumamnya canggung.

Arka tersenyum tipis, sebuah senyum yang jarang ia perlihatkan. "Kita suami-istri sekarang, meskipun hanya kontrak. Kamu bisa memanggilku Arka saja."

Alya tersenyum ragu, sedikit lega dengan cara bicara Arka yang lebih hangat. "Baiklah, Arka," balasnya pelan.

Setelah beberapa percakapan singkat, Arka meninggalkan Alya untuk beristirahat. Alya masuk ke kamarnya dan mengamati sekeliling. Kamarnya besar, dengan tempat tidur empuk, jendela besar yang menghadap ke taman, dan dekorasi yang mewah namun hangat. Semua ini terasa bagaikan mimpi, seolah ia mendadak hidup di dunia lain yang tak pernah ia bayangkan.

Alya mencoba berbaring di tempat tidur dan memejamkan mata, namun pikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang Arka. Mengapa ia memilih pernikahan kontrak ini? Mengapa ia bersedia melibatkan Alya, seseorang yang bahkan tak pernah ia kenal sebelumnya? Pikirannya berkecamuk, membuatnya sulit untuk tidur nyenyak.

---

Keesokan paginya, Alya memulai rutinitas barunya sebagai istri Arka. Meskipun hanya pernikahan kontrak, ia ingin terlihat pantas di mata orang lain, terutama di hadapan para staf dan rekan bisnis Arka. Ia mengenakan pakaian sederhana namun anggun, dan saat ia turun ke ruang makan, Arka sudah menunggunya di meja sarapan.

"Selamat pagi," sapa Arka dengan nada tenang, sambil menatap Alya sejenak. Ia tampak lebih santai pagi itu, dengan senyum tipis yang membuat wajahnya terlihat lebih ramah.

"Selamat pagi," balas Alya sambil duduk. Meski perasaan canggung masih tersisa, Alya mencoba menikmati momen kebersamaan mereka.

Saat mereka makan, seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai pengurus rumah mendekat. "Tuan Arka, Ibu Lila akan datang berkunjung siang ini," ucapnya hati-hati.

Alya sedikit terkejut mendengar nama itu. Ibu Lila—ibunda Arka—akan datang? Alya mendadak merasa gugup. Ia tahu bahwa pernikahan ini hanyalah kontrak, tetapi tetap saja, ia khawatir tentang bagaimana menghadapi keluarga Arka, terutama ibunya.

Arka menoleh ke arah Alya. "Jangan khawatir, kita akan baik-baik saja. Yang penting, bersikaplah alami," ujarnya menenangkan, seolah tahu kegelisahan Alya.

---

Siang harinya, Ibu Lila tiba. Ia adalah wanita anggun dengan tatapan tajam namun penuh kehangatan. Ketika pertama kali melihat Alya, ia tersenyum, namun senyum itu menyiratkan penilaian mendalam.

"Alya, terima kasih sudah menjadi bagian dari keluarga ini," kata Ibu Lila dengan lembut sambil menatap Alya dengan penuh arti.

"Sama-sama, Bu. Saya juga berterima kasih atas sambutan ini," jawab Alya sopan.

Selama beberapa jam, Alya dan Ibu Lila mengobrol. Meski canggung pada awalnya, Alya merasa semakin nyaman dengan kehadiran ibu mertua barunya. Ibu Lila sangat ramah dan penuh perhatian, sering kali menanyakan hal-hal kecil yang membuat Alya merasa disambut di keluarga itu.

Namun, di balik senyum hangat Ibu Lila, Alya merasa ada sesuatu yang tersirat, seolah-olah wanita itu masih menyimpan keraguan. Mungkin ia merasakan bahwa ada sesuatu yang tak sepenuhnya nyata dalam hubungan mereka.

Ketika Ibu Lila pamit, Arka mengantarkannya hingga ke pintu, lalu kembali ke ruang tamu dan mendekati Alya yang masih berdiri di sana.

"Kamu melakukannya dengan baik tadi," puji Arka. "Ibu menyukaimu, itu yang paling penting."

Alya tersenyum, merasa lega. "Terima kasih. Sebenarnya, aku juga merasa gugup tadi."

Arka mengangguk, matanya menatap Alya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Jangan khawatir. Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Itu sudah lebih dari cukup."

Malam itu, Alya merenungkan semuanya. Hari-hari ke depan akan penuh dengan peran yang harus ia mainkan, peran sebagai seorang istri. Meski ini hanyalah pernikahan kontrak, setiap kali berada di dekat Arka, ia merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar perjanjian tertulis.

Di dalam hatinya, Alya mulai bertanya-tanya, apakah ia mampu menjaga perasaan ini tetap profesional, atau apakah hatinya perlahan mulai terikat pada pria yang awalnya hanya seorang CEO asing di hidupnya. Namun, satu hal yang ia tahu pasti—hari-hari ke depan akan menjadi babak yang penuh tantangan, kebahagiaan, dan mungkin, sesuatu yang lebih dari sekadar kontrak.

---