Bab 8:
Hari-hari berlalu dengan keintiman yang perlahan mengubah hubungan Alya dan Arka. Setiap momen yang mereka lewati bersama, baik di kantor maupun di rumah, membuat Alya semakin merasakan sesuatu yang sulit ia abaikan. Meski pernikahan ini hanyalah kontrak, hati Alya terus berbisik bahwa ada sesuatu yang nyata di antara mereka.
Namun, logika selalu mengingatkan Alya bahwa hubungan ini sementara. Ia tak boleh jatuh terlalu dalam, karena pernikahan kontrak ini akan berakhir cepat atau lambat. Meski begitu, perasaan di hatinya terus menguat, membuat Alya terjebak dalam kebingungan antara cinta dan kewajiban.
Suatu hari, saat sedang duduk di ruang kerjanya, Arka tiba-tiba datang dan mengajaknya keluar.
"Ada hal penting yang ingin kutunjukkan padamu," ujar Arka dengan senyum misterius.
Alya, yang selalu penasaran dengan sikap Arka, mengikuti tanpa ragu. Mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah di pinggir kota, dikelilingi oleh taman indah yang penuh bunga berwarna-warni.
"Ini… rumah siapa?" tanya Alya, bingung melihat tempat itu.
Arka menatapnya dengan senyum kecil. "Rumah ini tadinya milik nenekku. Dia yang merawat taman ini, dan aku selalu menghabiskan waktu di sini saat kecil. Sekarang rumah ini kosong, dan aku memutuskan untuk merawatnya kembali."
Alya terdiam, terpesona oleh keindahan taman yang terasa begitu damai. Ada perasaan hangat yang menyelimuti dirinya saat berada di sana, seolah-olah ia bisa melihat sisi Arka yang lebih lembut dan penuh kenangan.
Arka mengajaknya berkeliling, menunjukkan berbagai sudut taman yang ditata dengan indah. Di salah satu sudut, terdapat sebuah ayunan kayu tua yang tampak klasik dan mempesona.
"Aku sering duduk di sini saat masih kecil," kata Arka sambil duduk di ayunan tersebut. "Ini tempat favoritku setiap kali ingin melarikan diri dari tekanan hidup."
Alya tersenyum, ikut duduk di sebelahnya. "Aku tak pernah menyangka bahwa kamu memiliki sisi lain yang begitu sederhana. Selama ini aku hanya mengenalmu sebagai CEO yang serius."
Arka tertawa kecil. "Semua orang pasti punya sisi lain, Alya. Hanya saja, tidak semua orang berani menunjukkannya."
Hening sesaat. Mereka duduk berdua di ayunan itu, menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka. Tanpa sadar, Alya mulai merasakan perasaan tenang yang begitu mendalam di sisi Arka.
"Arka," kata Alya pelan, suaranya terdengar ragu. "Kenapa kamu memilih pernikahan kontrak ini?"
Arka terdiam, wajahnya kembali serius. "Aku melakukan ini bukan hanya karena keperluan bisnis, Alya. Aku juga ingin menghilangkan tekanan dari keluargaku yang selalu memaksaku untuk segera menikah. Mereka selalu mengharapkan aku menjadi sosok sempurna, tapi… aku hanya ingin menjalani hidup sesuai dengan pilihanku."
Alya terkejut mendengar kejujuran itu. Ia tak pernah membayangkan bahwa seorang pria seperti Arka, yang tampak begitu kuat dan mandiri, juga merasakan tekanan dari keluarga.
"Kamu tahu," lanjut Arka, "dari semua orang yang pernah kukenal, hanya kamu yang membuatku merasa nyaman untuk menjadi diri sendiri."
Kata-kata itu membuat jantung Alya berdegup kencang. Ia tak pernah menyangka bahwa ia memiliki pengaruh sedalam itu pada Arka. Namun, ia tetap teringat bahwa pernikahan ini hanyalah sementara.
"Arka… bagaimana jika pernikahan ini berakhir?" tanyanya, suara gemetar.
Arka menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba mencari jawaban di balik matanya. "Entahlah, Alya. Aku sendiri tidak tahu apakah aku siap untuk kehilanganmu."
Hati Alya terasa semakin berat. Perasaan cintanya terhadap Arka semakin jelas, namun ia tahu bahwa semua ini bisa berakhir kapan saja. Tapi, sebelum ia sempat membalas, Arka menggenggam tangannya erat.
"Untuk saat ini, Alya, aku hanya ingin kita menikmati setiap momen bersama. Tak peduli bagaimana akhir dari semua ini, aku ingin kamu tahu bahwa kamu adalah orang yang penting bagiku."
Air mata Alya hampir tumpah mendengar kata-kata itu. Ia tersenyum, menyembunyikan rasa sedihnya di balik senyum itu. Meski ia tahu bahwa ini hanya sementara, ia ingin tetap berada di sisi Arka, setidaknya untuk saat ini.
Malam itu, ketika mereka pulang ke rumah, Alya merasa hatinya dipenuhi perasaan yang rumit. Ia tahu bahwa hubungan ini mungkin tak akan bertahan selamanya, tapi ia bersedia mengambil risiko. Meski hanya sementara, ia ingin memberikan segalanya pada pria yang kini mulai mendominasi hatinya.
---