Chereads / Jalan Melewati Takdir / Chapter 8 - Interlude

Chapter 8 - Interlude

Flashback, cerita kilas balik.

Pagi hari di desa Virella, Vin Crimson dan Renz Xinolen, dua anak berusia 11 tahun yang telah bersahabat sedari lama. Mereka adalah sahabat yang sulit dipisahkan, Vin Crimson dengan sifat terlalu percaya diri dan nekat, sementara Renz Xinolen memiliki sifat periang dan penuh rasa ingin tahu akan suatu hal.

Di sekitar desa Virella terdapat sebuah hutan dengan pepohonan yang hijau dan tanaman yang indah, namun ada beberapa pohon yang terbakar karena kejadian di masa lalu.

Di suatu saat, Renz mendengar kabar kalau ada tanaman yang indah, dengan warna merah cerah. Renz dengan rasa ingin tahu itu pun mencari tahu, namun Renz tidak percaya diri jika pergi sendirian tanpa bersama sahabatnya, Vin.

Renz: "Sepertinya ini akan sangat menarik." (Suara Renz yang penasaran)

Renz: "Tapi aku harus bersama Vin, agar lebih seru." (Kata Renz dengan semangat)

Vin Crimson yang sedang berlatih di halaman belakang rumah seperti biasa, Renz menghampiri Vin yang sedang berlatih sendirian.

Renz: "Hai, Vin. Aku menemukan sesuatu yang menarik nih, haha." (Kata Renz menyapa Vin dengan senyuman dan tawa)

Vin yang sedang berlatih pun berhenti, dan melihat kearah suara Renz yang memanggilnya.

Vin: "Apa maksud mu dengan hal yang menarik?." (Vin bertanya kearah Renz, dengan suara berat setelah latihan)

Renz: "Aku mendengar kabar tentang bunga yang indah." (Suara Renz yang semangat dengan mata penasaran)

Vin: "Males, lebih baik aku berlatih, dari pada mencari hal seperti itu." (Vin dengan nada sedikit cuek kepada Renz)

Renz: "Ayolah, kita akan bersama sama ke hutan, ini akan seru." (Kata Renz yang keras kepala)

Vin melihat kearah pedangnya, lalu Vin menaruh pedangnya ke sarung pedangnya.

Vin: "(Aku rasa tidak ada salahnya mencoba.)" (Kata Vin yang memiliki sedikit rasa penasaran)

Vin menoleh kearah Renz dan setuju dengan Renz. Karena Vin merasa percaya diri akan keahlian dirinya.

Vin: "Ya baiklah." (Nada Vin dengan percaya diri setuju dengan Renz)

Renz: "Mantap, ini layak dicoba, lagi pula kita akan bersama berpetualang." (Renz bersemangat dengan jawaban Vin)

Vin: "Kita adalah sabahat, kita akan bersama menjalani ini." (Vin tersenyum tipis kearah Renz)

Renz: "Ayo kehutan, ini akan menjadi perjalanan yang seru, haha." (Renz sedikit tertawa dan tersenyum tipis)

Vin: "Aku akan ikut bersama mu, Renz." (Kata Vin sambil menepuk bahu Renz)

Mereka pun berjalan bersama mengikuti jalan menuju ke hutan dekat desa, hutan yang berada tidak jauh dari sungai.

Hutan Virella, adalah nama hutan yang diambil dari nama desa. Hutan dengan tumbuhan dan tanaman yang indah, hewan hewan yang lucu seperti kelinci, kucing, dan suara burung burung bertengger didahan pohon. Menciptakan suasana yang damai disetiap momen.

Vin dan Renz sampai di depan hutan itu, mereka mencoba masuk melewati jalan setapak yang ada disana. Mereka melihat kalau pepohonan hijau dengan suara burung yang berkicau, tapi mereka melihat juga ada beberapa pohon yang terbakar menjadi arang hitam pekat.

Mereka sedikit masuk kedalam dan melihat lihat sekitar.

Renz: "Lihat itu, Vin, ada banyak tanaman indah." (Suara Renz memanggil dengan wajah senang)

Vin: "Iya, aku juga melihat itu." (Vin dengan wajah dan nada datar)

Renz: "Hei, semangat sedikit dong, kita baru saja bersenang senang." (Renz dengan sedikit kesal ke Vin)

Vin: "Dari pada memikirkan itu, coba lihat ke arah utara itu." (Vin mengarahkan tangannya kearah utara)

Renz melihat kearah yang ditunjukkan Vin. Renz sedikit kaget, karena melihat ada pohon Oak hitam besar yang terbakar habis, berada ditengah lingkaran rerumputan yang gosong terbakar.

Vin: "Pohon itu, aku rasa itu ada kaitannya dengan masa lalu." (Vin tetap memandangi pohon itu)

Renz: "Mungkin, aku rasa iya. Tapi kita disini ingin mencari bunga, Vin. Bukan pohon itu." (Kata Renz yang sedikit keras kepala)

Vin: "Aku rasa mendekati ke pohon itu lebih asik dari pada mencari bunga." (Vin tersenyum tipis)

Renz: "Apa kamu lupa tujuan kita, Vin?." (Kata Renz yang kesal kepada Vin)

Vin: "Mencari tahu tentang pohon itu lebih seru, Renz." (Vin dengan nada sedikit mengejek)

Pada momen itu mereka berdua berdebat singkat tentang tujuan mereka yang berubah tiba tiba. Renz ingin mencari bunga dan Vin yan ingin mencari tahu tentang pohon Oak itu.

Tanpa disadari, mereka berdebat singkat tetapi setelah itu mereka memutuskan untuk tidak jadi untuk mencari apa pun.

Renz: "Ya sudahlah, kalau begitu mau mu, Vin." (Renz sedikit kesal)

Vin: "Dih." (Vin dengan nada mengejek)

Renz: "Oh, kau mengejek ku ya!?." (Renz tersenyum tipis sambil mengambil persai kayu dipunggungnya)

Vin: "Heh, kau pikir begitu?." (Vin dengan nada bercanda, tapi mengeluarkan pedangnya)

Renz: "Mari kita lihat, siapa yang menang." (Renz dengan nada semangat, lalu maju kearah Vin)

Vin: "Haha, baiklah." (Vin sedikit tertawa, lalu maju kearah Renz)

Mereka saling bertukar tawa dan mereka bertarung bercanda seperti anak anak pada umumnya.

Pepohonan dan hewan hewan menjadi saksi persahabatan mereka. Walau ada sedikit konflik ringan, tapi mereka tetap adalah sahabat yang tidak terpisahkan.

Hari menjelang sore, mereka sudah lelah untuk melanjutkan permainan mereka. Vin dan Renz dengan wajah senang dan bahagia menikmati hari dimana mereka bermain.

Vin: "Apa... hanya segitu saja..., Renz." (Vin dengan nada kelelahan)

Renz: "Coba... pikir dirimu dulu..., Vin." (Renz sedikit mengejek)

Setelah itu mereka tertawa dan saling beristirahat sejenak, mengambil napas.

Vin: "Hei, Renz. Lebih baik kita pulang, udah menjelang sore." (Vin sambil memasukkan pedangnya kedalam sarung pedangnya)

Renz: "Ya kau benar, Vin, haha." (Renz sambil tertawa)

Setelah itu mereka berbaikan satu sama lain, tersenyum sambil tertawa setelah kejadian tadi.

Singkat waktu, mereka keluar dari hutan dengan pakaian kotor setelah bermain tadi. Mereka berjalan kearah rumah Vin, tapi sebelum itu mereka melihat kearah taman dekat sungai.

Vin dan Renz melihat disana ada Diana dan Lisa yang sedang bersantai di bawah pohon yang indah.

Renz: "Hei, Vin. Itu ibu dan adikmu kan?." (Renz bertanya kepada Vin)

Vin: "Ya, itu keluarga ku." (Vin melihat kearah taman itu)

Renz: "Kita kesana yuk. Yang duluan sampai, dia yang menang." (Renz menepuk bahu Vin, lalu Renz berlari tiba tiba kearah taman)

Vin: "Hei, kau curang, Renz." (Vin sedikit kesal, lalu berlari dengan kencang mengejar Renz)

Mereka bermain lagi, berlomba untuk sampai ke taman dekat sungai itu.

Diana dan Lisa yang sedang bersantai menikmati hari dengan damai, mereka melihat kearah Vin dan Renz yang sedang berlari.

Diana: "Vin?." (Diana heran)

Lisa: "Itu Renz?." (Lisa heran)

Diana dan Lisa melihat satu sama lain.

Walaupun Renz berlari duluan, tetapi stamina Vin lebih banyak dari pada Renz. Vin mendahului Renz perlahan, Renz dengan wajah kelelahan dan kaget melihat kalau Vin telah mendahuluinya.

Singkat waktu, Vin telah sampai duluan ke taman. Setelah itu Renz sampai ke taman dan melihat Vin telah sampai duluan.

Renz: "Bagaimana... bisa...." (Suara Renz yang kelelahan)

Vin: "Haha..., ini cukup mudah...." (Vin sambil menarik napas)

Mereka telah sampai ke taman, Diana dan Lisa disana melihat kearah Vin dan Renz yang kelelahan.

Diana: "Sudah cukup nak, sini istirahat dulu." (Suara Diana dengan lembut berbicara pada mereka)

Lisa: "Sini kak." (Lisa berbicara pada kakaknya, Vin)

Vin dan Renz berjalan perlahan dengan napas kelelahan kearah Diana dan Lisa. Vin dan Renz berbaring dibawah bayangan pohon di taman, sambil tertawa bahagia satu sama lain.

Lisa: "Hebat ya kakak, bisa menang, haha." (Lisa berbicara pada kakaknya sambil sedikit tertawa)

Diana dan Lisa memperhatikan pakaian mereka, mereka melihat kalau pakaian mereka kotor karena bermain tadi.

Diana: "Kalian istirahat saja dulu, jangan lupa mandi setelah ini." (Diana dengan suara lembut)

Diana dan Lisa tidak marah akan hal itu, mereka justru tertawa melihat tingkah laku mereka yang lucu dan melihat bahwa persahabat mereka yang begitu erat.

Ketika matahari mulai tenggelam, Diana dan Lisa menyambut mereka dengan senyuman, meski pakaian mereka kotor. Hari itu diakhiri dengan canda tawa, mempererat ikatan persahabatan mereka yang tidak tergoyahkan.

Hari mungkin berakhir, tetapi persahabatan mereka, canda tawa mereka, kebahagiaan dan momen itu akan tetap ada.

Chapter 8