Chereads / Jalan Melewati Takdir / Chapter 13 - The Stage

Chapter 13 - The Stage

The Stage

Panggung utama, sebagai cerminan awal dari segala penciptaan.

Meski Vin Crimson yang telah bangkit dari masa lalu yang kelam, tetapi dirinya tetap berada pada sebuah siklus yang dinamakan "Takdir".

Akhir tanpa batas, awal tanpa makna. Pergi dan pulang, tertulis dan terucap.

Akhir yang indah ataupun kelam, awal yang sedih ataupun bahagia. Tidak ada yang tahu siapa yang menulis ini, yang ada hanya mereka berada pada sesuatu yang membuat mereka terpaku pada 1 hal.

Panggung Takdir, skenario yang indah namun kosong.

Peran dan tokoh, gambar sempurna dari sang pencipta.

Vin: "(Aku percaya.)" (Suara dalam hati)

Malam berlalu dan hari yang Vin nantikan pun tiba, pagi hari yang indah dengan sebuah tanda harapan baru dimulai.

Vin dan Renz yang kini telah berusia 17 tahun, berjalan ketempat dimana mereka berada pada level yang sama. Akademi Dilveria, akademi dimana mereka mencari yang terbaik dari yang terbaik.

Vin: "Renz, aku yakin kita akan bersama berjalan melalui ini semua." (Nada santai sambil memandang kearah seberang sungai)

Renz: "Apapun yang terjadi, kita akan lalui bersama." (Nada serius sambil melihat kearah seberang sungai)

Persahabat erat bagaikan tali baja yang tak mungkin hancur, seperti kastil yang megah terbentuk dengan kuat dan kokoh.

Hati Vin yang penuh ambisi yang tak mungkin padam membuatnya gila akan suatu hal, yaitu kekuatan dan kekuasaan.

Renz dengan hati yang penuh rasa ingin tahu dan terus mencoba hal baru membuatnya kuat dalam berbagai bidang, tidak hanya sebagai pelindung saja.

Akademi Dilveria, sebuah akademi pencetak pahlawan. Mencari dan membuat, demi menghasilkan pahlawan yang kuat suatu hari nanti.

Kota Devoria tempat dimana terletaknya Akademi Dilveria, kota yang penuh dengan sihir. Rumah rumah yang indah dan besar, pedagang dan para petualang yang singgah disana membuat kota itu menjadi pusat dari benua Argo.

Benua Argo, benua yang berada di utara dunia Dyron. Benua terbesar didunia, yang terdapat beberapa ras yang hidup selain manusia. Manusia, Elf dan Vyran hidup bersama, namun berbeda tempat.

Ras Manusia, ras yang mudah beradaptasi dengan segala hal. Mereka tinggal di tengah benua Argo, berada diantara ras Elf dan Vyran. Ras terkuat yang dipimpin oleh Raja Dyren Dalfarius Handolf.

Ras Elf, ras pedalaman asli yang berfokus pada sihir dan kekutaan otak. Ras ini berada pada bagian timur benua Argo yang penuh dengan hutan lebat dan penuh sihir yang indah. Ras terkuat diantara ras Elf adalah ras Valiky Elf, yang dipimpin oleh Firdon Oakel.

Ras Vyran, kumpulan dari berbagai ras yang penuh dengan keunikan tersendiri. Ras setengah binatang, campuran dari berbagai hal. Mereka berada pada bagian barat benua Argo, tempat yang penuh dengan tebing tinggi dan lebih berfokus pada kekuatan fisik. Salah satu ras terkuat dari ras Vyran adalah ras Dragonic, ras setengah naga yang dipimpin oleh Wildy Desmon.

Meski mereka hidup bersama, tetapi ada satu aturan yang telah mereka buat oleh para pendahulu mereka. Mereka tidak boleh berperang satu sama lain, demi kedamaian yang telah terjalin selama ribuan tahun.

Meski begitu, perang saudara tetap saja terjadi. Demi mencari siapa yang terkuat.

Renz: "Apa kamu tahu, Vin?, aku ingin masuk ke akademi itu demi apa?." (Dengan nada semangat)

Vin: "Mencari hal baru?." (Sedikit bingung)

Renz: "Tepat, aku ingin mencari hal yang baru dan siapa tahu kalau bisa saja itu akan keren, haha." (Sedikit tertawa)

Vin melihat kearah Renz, dia melihat kalau mata Renz penuh dengan rasa penasaran dan seakan ingin mencari sesuatu.

Vin: "Aku ingin melindungi keluarga ku, karena itu aku ingin menjadi kuat." (Melihat ke arah Renz)

Renz: "Kita sama, perjalanan ini harus menjadi awal kita untuk menjadi kuat." (Menoleh kearah Vin sambil tersenyum tipis)

Vin dan Renz saling bertatap mata, saling memahami ambisi masing masing.

Mereka pergi bersama, mengambil peralatan mereka masing masing. Vin dengan pedang Obsidiannya, Renz dengan tameng Bajanya. Mereka bersiap untuk pergi, sebelum itu mereka berpamitan dengan keluarga mereka masing masing.

Vin: "Bu, aku akan pergi. Tolong jaga diri dan bimbing Lisa." (Dengan senyuman tipis)

Diana: "Hati hati dalam perjalanan, Vin. Ibu akan mendukung mu dan menjaga adikmu. (Dengan senyuman hangat)

Lisa: "Aku berharap kakak bisa menjadi kuat, dan tunggu aku tahun depan ya kak. (Sambil memeluk Vin dengan lembut)

Setelah itu mereka berpelukan sebagai tanda perpisahan.

Tak berselang lama, Vin, Lisa dan Diana pergi keluar melalui pintu depan, mereka melihat kalau Ryan mampir bersama Renz, dan mereka bertemu di halaman depan.

Ryan menghampiri Vin dan memberikan semangat untuk kepergian Vin.

Ryan: "Tetap semangat, Vin." (Sambil menepuk bahu Vin)

Mereka saat itu menikmati momen terakhir sebelum melepas kepergian Vin dan Renz. Ryan, Diana dan Lisa, mereka bersama melihat kepergian Vin dan Renz yang berjalan bersama kearah seberang sungai.

Sebagai titik awal perkembangan mereka dalam hidup, Vin dan Renz menempuh perjalanan yang akan mengubah hidup mereka.