Chereads / Jalan Melewati Takdir / Chapter 16 - Valiky Elf

Chapter 16 - Valiky Elf

Guru sihir: "CUKUP!." (Dengan suara tegas dan keras)

Mereka semua terdiam seketika, kecuali Vin.

Vin dengan tatapan dingin melihat kearah Guru sihir itu, Vin melihat kalau guru sihir itu ternyata adalah Mage yang sama saat di gerbang masuk Kota Devoria.

Vin: "Kau lagi?." (Tatapan dingin dengan suara yang pelan)

Suasana disekitar Akademi Dilveria terasa hening seketika, para murid yang hanya berjalan jalan disekitar akademi pun terhenti sejenak saat melihat kejadian barusan.

Mage: "Aku tidak menyangka kamu akan masuk ke sini, cacat." (Wajahnya marah dan sedikit mengangkat dagunya sedikit)

Vin: "Cacat?." (Membalas dengan suara yang pelan tetapi matanya melihat dengan tajam)

Vin menggenggam pedangnya dengan erat, mata kiri dan mata pada pedangnya memancarkan warna merah yang sama.

Mage: "Mata kiri mu yang merah itu, seperti mata iblis naga merah. Kau bukan manusia, tanpa aura apapun, kau hanya sampah." (Membalas dengan tatapan serius)

Mage itu mengeluarkan tongkat panjang dari tangan kanannya, tongkat yang memiliki bola kristal pada bagian atasnya.

Vin: "Lalu?." (Vin membalas, seketika tekanan aura disekitar Vin sedikit berubah)

Dikarus: "Setelah kau menghinaku, kau masih saja kurang ajar, SAMPAH!." (Tatapannya sangat marah dan suaranya meninggi)

Vin: "Kalian hanya budak." (Dengan jawaban singkat dan tanpa pikir panjang)

Elf: "Tidak...." (Wajahnya tampak sedih dan matanya berkaca)

Elf: "Aku tidak ingin ini terjadi." (Dengan suara sayu dan air matanya mengalir)

Elf itu menutup mata, dan seketika segala yang terjadi tadi menghilang. Tanpa meninggalkan apapun, kosong tanpa apapun di mata Elf itu.

Elf itu terbangun dari mimpinya, air matanya masih mengalir disaat dia telah terbangun dari mimpi itu.

Elf: "Aku tidak ingin itu terjadi." (Melihat kearah pintu masuk akademi dengan suara pelan)

Vin: "Kamu kenapa?." (Kebingungan melihat kearah Elf itu)

Renz: "Ada apa?." (Menengok kearah Vin, setelah itu Renz melihat kearah Elf itu)

Elf itu secara cepat mengusap air matanya, dan memalingkan wajahnya kearah lain.

Elf: "Tidak, tidak apa apa." (Sambil tersedu sedu mengusap air matanya)

Mata Vin masih berwarna merah, sesaat sebelum kejadian mengulangan waktu tadi, Vin sedikit melihat Elf itu di sudut matanya.

Vin: "(Aku merasa ada yang aneh, kejadian ini seharusnya sudah berlalu.)" (Mencoba mengingat tetapi matanya masih tertuju pada Elf itu)

Mata Vin kembali normal, dia menyadari sesuatu yang spesial dari Elf ini.

Elf: "Aku baik baik saja, lebih baik kita menjauh dulu dari pintu ini." (Meski suaranya masih terlihat sedih, Elf itu kembali melihat kearah Vin dan Renz)

Emosi Elf itu berubah dengan cepat, meski begitu, suara dan tatapannya masih terlihat sedih dengan kejadian yang telah terjadi.

Vin: "(Mata ku tidak salah saat melihat aura yang dipancarkan Elf itu.)" (Vin melihat kearah pintu akademi kembali)

Renz: "Aku masih tidak mengerti." (Melihat kearah Vin)

Vin: "Lupakan saja, aku juga setuju untuk menjauh dulu." (Menepuk pundak Renz)

Renz: "Kenapa?." (Mencoba memahami perkataan Vin)

Elf: "Aku ingin memperlihatkan sesuatu yang menarik." (Melihat kearah Renz)

Orang dibelakang: "Hei, kalian ingin masuk atau tidak." (Dengan suara kesal melihat Vin, Renz dan Elf)

Vin: "Kalian masuk saja dulu, kami akan pergi sejenak." (Melihat kearah orang yang berbicara tadi)

Vin pergi menuruni tangga dan disusul oleh Elf dan Renz. Disaat mereka berjalan, mereka berbincang satu sama lain.

Renz: "Hei, Vin. Yang benar saja, tujuan kita kan untuk masuk kesana." (Wajah kesal melihat Vin)

Vin: "Ikuti aku saja, aku ada rencana lain. Kebetulan juga kita belum makan apa apa." (Vin memperbaiki rambutnya yang berantakan)

Elf: "Aku juga ada yang ingin aku tunjukan." (Melihat kearah Renz)

Renz: "Dari tadi kamu bilang begitu, memangnya apa?." (Melihat kearah Elf dengan tatapan yang kesal)

Elf: "Nanti akan aku tunjukan." (Hanya membalas dengan senyuman tipis)

Vin: "Aku mau melihat kota ini dulu, aku ingin mencari makanan yang enak." (Melihat kearah kota)

Vin melihat sekitar, dia melihat jalanan yang dipenuhi rerumputan hijau disekitar Akademi Dilveria.

Renz: "Baiklah, aku akan ikut bersama mu, Vin." (Renz menghampiri Vin dan berjalan disamping kanan Vin)

Elf: "Kalian sangat dekat ya?." (Berjalan cepat menghampiri samping kiri Vin dan berjalan bersama sama)

Renz: "Tentu saja, kami sudah bersahabat sejak kecil." (Dengan senyuman tipis)

Vin: "Nama ku Vin Crimson, dan dia adalah Renz Xinolen. Kalau kamu?." (Melihat kearah Elf itu)

Mereka akhirnya berada di gerbang masuk akademi, tempat dimana Vin dan Renz bertemu Elf itu.

Elf itu berhenti sejenak dan memberitahukan tentang dirinya kepada Vin dan Renz, Vin dan Renz pun terhenti juga saat Elf itu berhenti berjalan.

Elf: "Aku dari ras Valiky Elf, nama ku Jeannie Althea. Senang bisa bertemu kalian." (Dengan senyuman membalas kearah Vin)

Renz: "Senang bertemu dengan mu, Jeannie." (Berhenti berjalan dan membalas dengan senyuman kearah Jeannie)

Vin: "Valiky Elf ya?, senang bisa melihatmu, Jeannie." (Vin berhenti berjalan dan membalas dengan senyuman tipis kearah Jeannie)

Jeannie: "Kau tahu ras Elf, Vin?." (Kembali berjalan menghampiri Vin)

Vin: "Lumayan, aku pernah belajar sedikit." (Melihat kearah Jeannie yang berada di sebelah kiri Vin)

Renz: "Vin memang begitu, dia memang pintar tapi dia itu pemalas." (Dengan senyuman tipis dan dengan nada mengejek kearah Vin)

Jeannie: "Oh ya?, memang terlihat dari tadi dia sangat malas berekspresi, haha." (Jeannie tersenyuman dan tertawa melihat kearah Vin)

Vin: "Aku memang tidak ingin menujukan ekspresi yang berlebihan." (Wajah datar melihat kearah Jeannie)

Jeannie: "Oh begitu?, emangnya kenapa?." (Bertanya dengan wajah penasaran kearah Vin)

Vin tidak menjawab, dan lebih memilih untuk berjalan duluan.

Renz dan Jeannie pun berjalan juga, mereka mengikuti Vin menyusuri Kota Devoria.

Suara wanita tidak diketahui:

Jeannie Althea, apa ini rencananya?.

Suara pria tidak diketahui:

Tidak ada yang tahu.