Beberapa kejadian begitu cepat terjadi saat Vin, Renz dan Jeannie di warung itu.
Suara wanita tidak diketahui:
Apa dia akan melakukan itu?
Suara pria tidak diketahui:
Sesuai jalan yang dia pilih.
Suara wanita tidak diketahui:
Maksudmu?
Suara pria tidak diketahui:
Sesuai panggung yang ditulis olehnya.
Vin, Renz dan Jeannie berjalan keluar dari Warung Padang, dengan keadaan perut yang penuh karena sudah menikmati makanan yang disajikan tadi.
Jeannie: "Hei, Vin. Jawab aku, apa yang kamu maksud tadi!?." (Suaranya kesal dengan jawaban Vin saat di warung)
Renz: "Lebih baik lupakan saja, Jeannie. Vin sepertinya tidak mau membahas itu." (Renz melihat Jeannie, dengan suara santai)
Mereka berjalan bersama, Renz dan Jeannie mengikuti langkah kaki Vin yang entah kemana arah tujuannya.
Jeannie: "Tolonglah berikan aku jawaban, Vin." (Melihat kearah Vin, dengan suara kesal)
Jeannie terdiam sebentar melihat Vin. Dengan suara ramai orang orang yang berada disekitar kota, tatapan Jeannie berubah ketika Vin tidak menjawab.
Jeannie: "Aku tidak suka dicuekin begini..." (Menundukkan kepalanya sedikit kebawah, dengan suara pelan dan sayu)
Vin mendengar perubahan mendadak dari suara Jeannie, tetapi Vin tetap berjalan mengikuti intuisinya.
Renz menghela nafas, Renz tidak bisa menjelaskan bagaimana cara berfikir Vin.
Renz: "Vin, sudahlah. Berikan jawaban sedikit saja." (Dengan nada yang sedikit kesal melihat Vin)
Vin: "Kalian. Cukup ikuti aku, akan aku jelaskan semuanya ditempat yang aku tuju." (Sambil berjalan, tatapannya tetap fokus melihat jalan, Vin memberikan jawaban dengan nada yang dingin)
Renz: "Maaf ya, Jeannie. Vin memang begini sejak dulu." (Menengok kearah Jeannie)
Jeannie melihat kearah Renz, dengan wajah sayu, matanya berkaca kaca.
Jeannie: "Kenapa...?" (Dengan suara melas bertanya kepada Renz)
Renz: "Entahlah, tapi aku yakin kalau Vin punya maksud tersendiri." (Melihat kearah Jeannie, lalu melihat kearah Vin)
Vin: "Sudahlah, harusnya sebentar lagi kita sampai, nanti aku jelaskan." (Melihat dengan tatapan yang tajam kearah pohon besar dipusat kota)
Pohon Rama, sebatang pohon yang berdiri sendiri dengan tegak dan kokoh dipusat kota. Memiliki tinggi sekitar 132 meter, daun daun pohon yang lebat membuat daerah sekitarnya teduh. Terdapat banyak orang yang berteduh dibawah pohon itu, sinar matahari menyinari pohon itu dengan cahaya yang indah.
Vin, Renz dan Jeannie sampai diujung cabang jalan yang menuju ke Pohon Rama, mereka bertiga berhenti dan terdiam akan keindahan Pohon Rama.
Vin: "Harusnya kalian bisa lihat pohon ini dengan mudah saat sampai dikota ini." (Berhenti berjalan, tatapannya fokus pada pohon itu)
Wajah Renz terpukau dan kagum melihat pohon itu.
Vin: "Jen, kamu masih sedih?" (Bertanya kepada Jeannie, dengan tatapan datar)
Jeannie melihat Vin dengan tatapan sayu dan sedih.
Jeannie: "Bisakah kamu berikan aku jawaban? walau sedikit saja, aku tidak apa apa dengan itu." (Matanya berkaca kaca memandang Vin)
Vin sedikit menghela nafas, dia melihat kearah langit sejenak, lalu memandang kearah Jeannie kembali.
Vin: "Aku akan jelaskan semuanya, secara perlahan. Ayo kita berteduh dibawah pohon itu dulu." (Sambil mengulurkan tangan kanannya untuk Jeannie)
Jeannie menatap tangan kanan Vin, dia melihat kalau terdapat bekas luka akibat latihan pedang.
Jeannie menaruh tangan kirinya ditengah dadanya, dengan senyuman yang manis. Setelah itu, Jeannie menggenggam tangan Vin dengan lembut.
Vin sedikit kaget dengan reaksi Jeannie yang berubah seketika. Meski begitu, Vin membalas senyuman Jeannie dengan senyum tipis di bibirnya.
Jeannie: "Vin..." (Tatapannya yang indah dan manis tertuju pada Vin)
Vin: "Jangan salah paham, aku hanya berusaha untuk minta maaf karena telah mengabaikan mu." (Dengan suara yang halus)
Jeannie: "Kenapa tiba tiba, Vin?" (Bertanya dengan lembut)
Vin: "Karena kita sudah tiba ditempat yang pas untuk momen ini." (Tatapannya lembut melihat mata Jeannie)
Waktu tiba tiba berhenti, suasana hening seketika.
Penulis:
Aku tidak suka ini.
Suara wanita tidak diketahui:
Kenapa?
Suara pria tidak diketahui:
Karena dia yang menulis panggung ini.
Penulis:
Vin Crimson, ini tidak sesuai takdir yang telah aku tulis.