Pohon Rama, tempat dimana Vin, Renz dan Jeannie beristirahat. Angin sejuk yang bertiup, matahari yang mulai terbenam. Momen indah, namun akan berakhir.
Mereka beranjak dari tempat beristirahat, berjalan mengikuti arahan yang telah mereka tentukan. Jeannie yang sekarang sudah kembali ceria, berjalan duluan didepan Vin dan Renz.
"Ayo, aku ada informasi yang penting."
Suara Jeannie yang manis dan halus, sambil berjalan dengan wajah yang ceria.
Vin dan Renz bertatap mata sejenak, bertukar pikiran tentang Jeannie.
"Baguslah, kalau dia sudah ceria."
Renz yang lega berbicara kepada Vin.
"Ya, tapi tadi dia ingin bilang apa?"
Vin bertanya heran kepada Renz.
Jeannie yang berada didepan Vin dan Renz, Jeannie sedikit mendengar percakapan Vin dan Renz ketika mereka berjalan bersama.
"Kalian sudah tahu tentang sistem 'party'?"
Jeannie melirik kepada Vin dan Renz dengan wajah sombong.
"Belum tahu."
Renz yang kebingungan bertanya dengan nada penasaran kearah Jeannie.
Vin melihat Renz dengan wajah yang datar, lalu mengarahkan wajahnya kepada Jeannie.
"Jen, kamu dari Valiky Elf kan?, sepertinya kamu tahu banyak tentang sistem itu."
Vin yang sudah sedikit mengetahui tentang Valiky Elf, Vin ingin kepastian tentang hal yang Jeannie mau katakan.
Jeannie tersenyuman kepada Vin, wajahnya berpaling ke jalan. Sambil melihat langit yang mulai berwarna jingga, menandakan matahari mulai terbenam.
"Betul, sebagai Valiky Elf, aku punya banyak informasi tentang beberapa hal disini."
"Valiky Elf memang terkenal suka membaca dan mencari tahu tentang segala hal."
"Termasuk sistem 'party', ini sebuah sistem yang unik di Akademi."
Keadaan kota mulai sunyi dan tidak terlihat banyak orang. Dimomen itu, lampu jalan mulai bersinar, menyinari jalan mereka menuju tempat yang dituju.
Renz yang dari tadi fokua mendengar Jeannie, seketika teralihkan oleh sinar yang bercahaya dari lampu jalanan itu.
"Wow, bagaimana ada matahari kecil disitu?."
Renz dengan wajah yang penasaran dan kagum melihat kejadian barusan.
Vin yang dari tadi diam, sebenarnya sedang memperhatikan kalau dibawah tiang lampu itu terdapat semacam aliran sihir kecil.
"(Sihir?, apa itu menyala karena sihir?)"
Vin bertanya kepada dirinya sendiri.
Jeannie yang belum menyelesaikan kalimatnya, Jeannie pun menjawab dengan jawaban singkat untuk pertanyaan Renz.
"Itu adalah lampu sihir, yang menyala karena sihir api. Sama seperti Fireball yang ada di akademi tadi. Tapi ini tidak menggunakan mana."
Seketika Renz heran bagaimana cara Jeannie mengetahui informasi itu.
"Fireball yang ada di akademi tadi?, emangnya tadi kita ada kesana?"
Renz dengan heran bertanya kepada Jeannie.
Sementara itu, Vin denga tatapan serius menatap Jeannie. Alisnya mengkerut dan matanya melihat kearah Jeannie.
"(Berarti dia tahu tentang kejadian pengulangan waktu itu?)"
Vin bertanya kepada dirinya sendiri.
Jeannie yang agak kaget dengan perkataannya, mulai mengelak tentang kalimatnya barusan. Jeannie mengigit bibirnya dengan gugup, sambil berfikir untuk mencari alasan.
"Eh, eee. Tadi maksudnya itu, aku ingin bilang kalau tadi saat baru masuk akademi."
"Kamu lihat kan?, saat kita baru masuk akademi itu ada ukiran zodiak."
"Maksud ku adalah itu."
Dengan nada gugup dan cemas mengelak dari kejadian tadi, wajah Jeannie tidak berani menatap Renz.
Vin secara cepat berbicara pada Renz.
"Ukiran zodiak tadi itu bisa menyala karena ada sihir. Itu saja, sihir itu sama seperti sihir lampu jalan ini."
Tatapan Vin datar ketika melihat Renz.
Renz yang sedang kebingungan, seketika mengerti tentang penjelasan yang dikatakan Vin.
"Oh begitu. Lalu kamu tadi mau bilang apa lagi, Jeannie?"
Renz mengubah topik pembicaraan ketika sudah mengerti tentang lampu sihir itu.
Jeannie masih berjalan dengan keadaan yang agak gugup, tangannya menyentuh dadanya karena gugup. Begitu Vin menyelamatkan Jeannie dari pertanyaan itu, Jeannie menjadi lega.
"Yah, intinya gitu. Hei lihat disana, akademi mulai terlihat."
"Aku akan jelaskan lagi nanti saat sudah sampai disana."
Jeannie yang sudah lega mengubah pembicaraan tadi, sambil menunjuk dengan jarinya kearah Akademi Dilveria.
Kemegahan Akademi Dilveria terlihat dari kejauhan, disana terdapat lampu lampu sihir yang bersinar terang disepanjang jalan. Cahaya itu membuat keindahannya pilar pilar tinggi disana memantulkan cahaya dari lampu sihir itu.
"Apa kita tetap bisa masuk kesana saat matahari mulai terbenam?"
Vin melihat Jeannie, Vin tidak tertarik dengan keindahan Akademi Dilveria itu.
Berkebalikan dengan Vin, Renz malah terlihat sangat kagum.
"Kita masih bisa daftar disana, akademi itu tetap terbuka sampai esok hari."
"Akademi itu terbuka setiap 1 tahun sekali. Sekarang adalah momen yang tepat, karena akademi itu terbuka setiap bulan agustus."
Jeannie dengan sabar menjelaskan hal itu kepada Vin.
Dimomen itu Vin bertanya kepada Jeannie.
"Bagaimana kamu tahu tentang tahun dan bulan?"
Vin bertanya kepada Jeannie, tatapannya serius melihat Jeannie.
"Itu mudah, karena di Ras Elf itu terdapat semacam kalender. Itu sebagai penanda tahun dan bulan."
"Itu bisa terjadi karena kalender itu menghitung disaat bulan merah muncul."
"Bulan merah berarti sudah berjalan selama satu tahun. Tetapi 3 hari yang lalu, tepatnya 16 agustus itu bulan merah muncul dengan keadaan yang berbeda."
"Mungkin bulan merah yang berbeda itu muncul setiap 17 tahun sekali."
Jeannie menjelaskan hal itu dengan sabar kepada Vin, sambil berjalan menuju Akademi Dilveria.
"(Itu adalah bulan aku lahir, aku rasa ada unik dengan bulan itu.)"
Vin berasumsi dengan singkat tentang kejadian bulan itu. Ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya, merasa kalau bulan itu ada kaitannya dengan Vin.
Vin, Renz dan Jeannie berjalan menuju gerbang depan akademi, matahari sudah terbenam. Kegelapan menyelimuti kota itu, tetapi sinar lampu sihir menghiasi jalan dan rumah rumah di kota itu.