Elf: "Eh?" (Menatap Vin dan Renz dengan bingung, matanya yang hijau bercahaya memantulkan sinar dari gerbang akademi)
Vin: "Ada apa?" (Sambil memandang Elf itu dengan tatapan dingin)
Renz masih terpaku pada keindahan Akademi Dilveria di samping kiri Vin, seperti anak kecil yang melihat hal baru untuk pertama kali.
Elf: "Kalian juga ingin masuk ke akademi ini?" (Nada suaranya terdengar gugup, mungkin karena tatapan tajam Vin)
Vin: "Juga?" (Mengulang kata itu dengan nada datar, mencoba memahami maksud si Elf)
Elf: "Iya, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk masuk ke sini." (Suara Elf sedikit gemetar, tapi ada tekad dalam sorot matanya)
Vin memalingkan wajah ke arah akademi tanpa berkata apa-apa, sikapnya yang dingin membuat Elf semakin bingung.
Elf: "Hei! Maksudmu apa dengan jawaban seperti itu?" (Nada Elf mulai meninggi, matanya memancarkan kemarahan)
Vin: "Lalu?, harus jawab apalagi?." (Melihat Elf itu dengan sudut matanya, matanya datar ke arah Elf itu)
Elf: "Dih, apa kamu berusaha untuk tidak menganggap diriku!?." (Suaranya kesal sambil menujuk jarinya kearah mata Vin)
Vin: "Aku berusaha untuk menjadi orang biasa, bukan mengabaikan mu." (Dengan tatapan yang masih sama)
Elf: "Yang benar saja, itu tidak ada hubungannya!." (Dengan nada kesal, lalu memalingkan wajahnya kearah lain)
Vin: "Lupakan saja, ayo kita masuk kedalam." (Kembali menatap kearah akademi)
Vin melihat kearah Renz, dia melihat kalau Renz masih saja memandang akademi itu dengan tatapan kagum.
Vin: "Tidak heran." (Melihat kearah Renz, dengan tatapan biasa)
Vin menepuk pundak Renz, Renz pun kembali sadar dan melihat kearah Vin.
Vin: "Jangan melamun, kita masih perlu berjalan." (Sambil menepuk bahu Renz)
Renz: "Maaf maaf, aku sedikit lupa, hehe." (Nada Renz seakan bercanda sambil menggaruk kepalanya)
Vin dan Renz pun berjalan bersama, menaiki tangga untuk sampai ke pintu utama akademi itu.
Elf: "Hah!, kau tidak peduli padaku!?." (Dengan nada kesal, tatapannya kembali tertuju pada Vin)
Vin: "Ayo sini, apa susahnya naik sendiri?." (Vin berhenti sejenak, lalu melihat kearah Elf itu)
Renz: "Ayo cepat, sebelum kita tinggal." (Dengan senyum tipis melihat kearah Elf itu)
Renz bejalan duluan, lalu disusul oleh Vin.
Elf: "Hei!, tunggu!." (Nada tinggi dan kesal kearah Vin dan Renz)
Elf itu juga berjalan dengan cepat, berjalan bersama dengan Vin dan Renz.
Sambil berjalan, Vin melihat sekitar dengan tatapan waspada, dia melihat kalau tidak banyak orang yang masuk kedalam akademi.
Vin: "(Kenapa hanya sedikit?, bukankah ini akademi yang paling diminati?." (Berusaha untuk memahami situasi)
Elf: "(Apa apaan tadi itu, apa orang ini tidak peduli dengan sekitarnya?) (Nada sinis melihat kearah Vin)
Angin menerpa ramput panjang Elf itu, angin sejuk yang berasal dari akademi. Elf itu merapikan rambutnya, dengan tatapan malu.
Mereka dan 3 orang lain hanya berjalan sebentar, lalu berhenti didepan pintu utama akademi itu.
Vin: "Ukiran Zodiak?." (Melihat kearah pintu utama itu)
Renz: "Aku rasa memang iya, coba lihat itu, Vin. Zodiak kita juga ada disana." (Menunjuk kearah ukiran pintu itu)
Vin melihat kearah Zodiaknya, yaitu Leo. Tepat setelah itu, Vin mendengar bisikan dikepalanya.
Zodiak?, Akademi?, Leo?. Kematian.
Vin terkejut dengan suara itu sejenak, tetapi tatapannya masih tertuju pada Zodiak Leo itu.
Vin: "(Apa tadi itu.)" (Tatapannya kaget)
Renz: "Vin?." (Bingung melihat kearah Vin)
Elf: "Huh?." (Melihat dengan bingung kearah Vin)
Vin: "Tidak apa, lupakan saja. Ayo kita masuk." (Tatapan Vin kembali normal, tetapi tangannya sedikit gemetar)
Renz: "Kamu kenapa?." (Khawatir pada Vin)
Elf: "(Dia kenapa?.)" (Bingung)
Vin menyentuh pintu itu dengan tangan kiri, pintu itu terbuka sedikit, dari tengah celah pintu itu keluar angin yang cukup kencang menerpa mereka.
Vin, Renz, Elf dan 3 orang dibelakang mereka menutup mata mereka sejenak, agar tidak terhempas angin itu.
Vin: "Apa yang terjadi?." (Heran dengan tangan yang masih mendorong pintu itu)
Renz, Elf dan 3 orang lain itu juga kaget dan heran dengan apa yang menerpa mereka.
Setelah itu, pintu itu terbuka lebar. Dan memperlihatkan sisi dalam Akademi Dilveria.
Mereka semua terpaku dengan kemegahan Akademi Dilveria, tetapi tidak dengan Vin.
Vin: "(Aura disini lebih pekat dari pada diluar tadi.)" (Pupil mata kiri Vin sedikit berwarna merah saat merasakan aura itu)
Renz: "Kenapa diam, Vin?." (Bertanya sambil menepuk bahu Vin)
Vin: "Tidak, tidak ada apa apa. Ayo masuk." (Mata kiri Vin kembali normal)
Mereka dan 3 orang lainnya pun masuk bersama kedalam akademi, kemegahan akademi itu seakan membuat semua orang seperti terikat akan suatu hal.
Vin: "Tetap waspada, Renz." (Sambil berjalan, Vin memegang sarung pedangnya dengan erat menggunakan tangan kiri)
Renz: "Waspada akan apa?." (Bingung melihat kearah tangan kiri Vin)
Elf: "Untuk apa waspada, kita kan-" (Dengan nada menganggap remeh ucapan Vin, tetapi dia terhenti dengan serangan tiba tiba)
Sebuah anak panah tiba tiba melesat yang mengarah ke arah salah satu dari 3 orang dibelakang Vin, Renz dan Elf itu.
Seorang laki laki yang berdiri dibelakang Elf itu terkena anak panah pada kiri bahunya, bahu orang itu tertancap panah yang tidak terlalu parah. Laki laki itu terlihat kesakitan karena ada darah yang keluar dari luka panah tadi.
Elf: "Apa itu tadi!." (Sambil menutup mulutnya dengan tatapan kaget dan emosinya campur aduk)
Renz dan 2 orang lainnya terkejut dengan kejadian yang begitu cepat tadi, tetapi tidak dengan Vin. Vin masih tetap waspada dengan sekitarnya, dia melihat kalau ada sekelompok orang menghampiri.
9 orang tidak dikenal itu menghampiri Vin, Renz, Elf dan 3 orang yang tadi.
Dari 9 orang tidak dikenal itu terdapat 6 laki laki dan 3 perempuan, mereka menggunakan warna jubah seragam yang berbeda beda.
Salah satu dari 9 orang itu berbicara kepada Vin, dengan sikap yang angkuh.
Laki laki tidak dikenal: "Hai, kalian para Junior harus sujud pada kami, kami adalah Senior di akademi ini. Jika tidak, kalian akan menerima akibatnya." (Dengan nada yang tinggi dan sikap angkuh)
8 orang lainnya tertawa dan mengejek kearah para Junior mereka, tetapi mereka berhenti setelah Vin mengatakan satu hal.
Vin: "Lalu?." (Dengan nada mengejek, Vin menatap dengan dingin tapi tajam kearah orang itu)
Pupil mata kiri Vin sepenuhnya berubah menjadi warna merah gelap. Dia melihat kalau aura orang itu sedikit keluar, warna samar seperti warna merah api. Aura orang itu terlihat diam dan tidak bergerak, hanya mengintari tubuhnya.
Laki laki tidak dikenal: "Apa apaan tatapan itu, kau hanya sampah, lebih baik kau mati saja terbakar!." (Nada angkuh sambil mengeluarkan tongkat sihir dari tangan kanannya)
Renz dan 2 orang yang tadi hanya terdiam setelah mendengar percakapan Vin dan laki laki tidak dikenal itu.
Sementara saat Vin dan laki laki tidak dikenal itu berbicara, Elf itu membantu menyembuhkan laki laki yang terkena luka panah tadi.
Luka laki laki tadi perlahan sembuh berkat sihir penyembuhan Elf itu.
Laki laki tidak dikenal: "FireBall!." (Menggunakan sihir untuk menyerang Vin)
Vin mengeluarkan pedang Obsidiannya dari sarung pedangnya.
Vin: "Lamban." (Nada mengejek sambil bersiap menghempaskan serangan)
Tepat sebelum FireBall itu mengenai Vin, Vin menghempaskan serangan untuk menangkis serangan laki laki itu.
FireBall tadi menghilang setelah Vin menghempaskannya menggunakan pedang Astral Demon Darius miliknya.
Elf: "Serangan tadi menghilang hanya dengan hempasan pedang itu?." (Nada kaget dan tatapannya terpaku pada pedang Vin)
Renz: "Kukira keras, ternyata kertas." (Nada mengejek kearah laki laki tidak dikenal itu)
Laki laki tidak dikenal: "Jangan kau remehkan aku, sampah. Aku adalah Dikarus Ace, tidak mungkin kau bisa menghinaku seperti ini." (Nada kesal dan matanya kesal menatap Vin)
Vin: "Siapa yang bertanya namamu?." (Nada mengejek dengan mata meremehkan lawannya)
Vin menggunakan posisi santai, sambil menggenggam pedangnya di tangan kanannya.
Perempuan tidak dikenal: "Apa apaan ukiran norak di tangan kanan mu itu, haha." (Mengejek kearah Vin, perempuan itu mengeluarkan tongkat sihirnya juga)
Tepat sebelum merka bertukar serangan, ada seorang guru sihir yang menghentikan mereka semua.
Guru sihir: "CUKUP!." (Dengan nada tinggi)